Ketua Kelas

96 3 0
                                        

Hari senin, Tepat satu minggu setelah upacara penerimaan siswa baru di SMA Otonokizaka. Kini para murid kelas 1 sudah terbiasa akrab dengan teman sekelas mereka yang lain. Suasana akrab ini tentu saja akan menjadi kenangan mereka untuk selamanya sebab mereka adalah angkatan generasi terakhir dari sekolah ini.

Pagi ini Mrs. Shibuya, Ibu guru wali kelas 1-A mengisi jam pertama untuk menentukan para pengurus kelas 1 selama satu tahun ke depan. Sensei sendiri yang bertindak sebagai moderator utama pemilihan pengurus kelas ini.

"Nah, anak-anak.. Hari ini kita akan mengadakan pemilihan untuk ketua kelas 1-A. Apakah ada yang bersedia untuk mencalonkan diri?" tutur sang wali kelas memulai musyawarah kelas ini.

Terdiam, tidak ada respon balik dari seisi penghuni kelas hanya suasana hening dan hampa yang didapatkan oleh Shibuya-sensei. Tidak mau menyerah, sekali lagi Shibuya-sensei mengulang pertanyaannya namun tetap saja tidak ada tanggapan dari para anak didiknya. Raut muka bosan dan enggan terpampang jelas di wajah setiap murid yang tampak tidak antusias untuk mengikuti prosesi ini.

Pagi itu, atmosfer negatif seperti dominan menguasai seisi kelas. Sensei pun hanya bisa menghela nafas panjang setelah membaca keadaan tersebut. Dirinya sudah pasrah karena tidak ada seorang pun dari para murid tersebut yang bersedia untuk mengangkat tangan. Hingga...

"Haik, Rin-chan?!" seru sensei menunjuk sang gadis tomboy. "Rin Hoshizora, yah?" gumam teman sekelasnya separuh sadar. "Ehh?!"

"EEEEEHHHHHH?!"

"Ehh, R.. Rin-chan mau mencalonkan diri sebagai ketua kelas?!" tanya ulang Sensei yang juga tidak yakin. "B.. Bukan, sensei!" bantah Rin segera. "Rin cuma mau mencalonkan Maki-chan sebagai ketua kelas kita yang baru, sensei!"

"Oooohh... Maki-chan, toh! Bagus, deh!" lolong teman sekelasnya menghela nafas lega. "Ehh, Tunggu sebentar?"

"HEEEEEEEEHHH?!!"

"R-Rin, apa-apaan kamu itu?!" protes Maki berdiri sambil menggebrak mejanya. Namun Rin malah cekikikan "Tehehehe..." yang tanpa beban membuat Maki semakin kesal. Dirinya hanya terdiam sambil terus menggerutu di dalam hati karena masih tidak rela namanya dicatut secara sembarangan oleh gadis itu apalagi setelah samar-samar dia mendengar suara gaduh yang ditimbulkan oleh bisik-bisik para penghuni kelas 1 yang juga sedang membicarakan tentang hal tersebut.


"Psstt, si putri orang kaya itu mau menjadi ketua kelas kita?! Iyuuhh!"

"Ogah bener dah milih dia!"

"Tampangnya itu lho judes banget!"

"Anak itu yah, kalau diajak ngobrol pasti jawabnya sepatah dua kata.. Kesel gue!"

"Yakin dia bisa jadi ketua kelas? Berteman sama kita-kita aja gak pernah."

"Belum jadi ketua kelas aja, tuh anak udah belagunya sok minta ampun! Apalagi kalau sudah terpilih!"

"Dasar putri keluarga ningrat.."

"Kalau begitu kenapa bukan kamu saja yang jadi ketua kelas?"

"Enggak mau, ahhh.. Ribet."

"Huuuu..."


Percakapan lirih dari teman-teman yang duduk di belakang bangkunya itu dapat terdengar jelas oleh Maki-chan. Meskipun lirih namun perkataan tersebut menusuk tepat di dalam hatinya. Rasa takut dan jengkel bercampuk aduk di dalam hatinya. Satu hal yang sedang dia pikirkan saat ini adalah "INI SEMUA ADALAH KESALAHAN RIN! ONOREEE RIN!"

The First ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang