Kilas Balik

41 2 0
                                        

"Rin-chan!"

"Hei, Rin-chan!"

"Bertahanlah...!"

"Buka matamu... RIN!"


"M... Maki-chan?"

"Aku... Kenapa?"


Maki berkali-kali mengulang seruannya kepada Rin yang tergolek lemah di atas kasur pasien di sepanjang lorong rumah sakit. Namun sekeras apapun dia berteriak Rin tetap tidak bisa memberikan respon apapun selain terbujur lemas tidak berdaya. Langkah kakinya menderu nyaring seiring tapak kaki yang memburu cepat meniti langkah perawat dan dokter jaga yang segera menuju ruang ICU.

"Gadis itu... Kamu, kenapa kamu harus berbuat sejauh ini untukku?" Berkali-kali pertanyaan itu terulang di dalam batinnya, rasa bersalah mulai timbul di hatinya. Bahkan tangisan air matanya tetap tidak mampu menalar semua tindakan yang telah diperbuat gadis itu. 

Dari depan ruang ICU, Maki hanya bisa berdiri termenung sembari menatap lampu darurat yang telah berubah warna menjadi merah. Maki yang sekujur tubuhnya mulai gemetar, duduk bersimpuh di depan pintu tersebut. Sambil memejamkan mata dan melipat tangan untuk pertama kalinya dia berdoa kepada Tuhan berharap agar suatu mujizat bisa terjadi di depan matanya.


-----[TFC]-----


"M... Maki?!"

"Maki, mulai tahun depan kamu akan masuk ke SMA Otonokizaka."

"Ehh!... Kenapa?!"

"Kami yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kamu, sayang..."

"Ehhh..."

"K- Kalian... Kalian jahat!"

"Maki, Tunggu, Nak..."

"Sudahlah, Sayang... Biarkan saja dia seperti itu. Anak itu cuma anak kecil. Toh, Nanti kalau dia lapar pasti dia juga akan keluar dari kamarnya untuk makan malam."


-ooo-


Aku benci mereka! Aku benci, benci, benci, SANGAT MEMBENCI mereka!

Dan kejadian itu terulang lagi...


-ooo-


Sudah sejak lama ada banyak teman sekolahku yang iri kepadaku karena aku adalah putri orang kaya.

Ok, memang itu benar, ayahku adalah seorang dokter yang juga merupakan direktur rumah sakit terkenal di Tokyo, sedangkan ibuku yang merupakan seorang perawat yang baru saja menyelesaikan pendidikan kedokterannya pada tahun lalu. 

Jadi, mulai bulan ini dia juga telah resmi bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Ayahku. Dan tidak diragukan lagi bahwa bisnis rumah sakit ini nantinya juga akan dilimpahkan ke dalam tanganku yang telah ditetapkan sebagai pewaris tunggalnya. Aku juga sudah lama merasa bahwa cepat atau lambat mereka akan memaksaku untuk masuk sekolah kedokteran.

Ahh... Menyebalkan!

Ehh, B-B.. Bukan berarti aku tidak berminat menjadi dokter!

Hanya saja aku tidak suka dengan motivasi kerja mereka berdua sebagai dokter yang hanya terobsesi dengan harta, materi dan kedudukan sosial. Kalian tahu, itu SANGAT MEMBUAT AKU MUAK! Kehidupan terpandang membuatku selalu hidup dalam dunia yang semu. Aku bahkan hampir tidak pernah tahu apa artinya bersyukur karena diberi sesuatu dan mencari sendiri? Toh, pada akhirnya aku juga pasti selalu mendapatkan segala hal yang aku inginkan.

The First ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang