Langit jingga terlihat pekat menaungi wilayah Akihabara, pertanda sore segera menjelang malam.
Meskipun suasana perkotaan disini masih terlihat majemuk dengan hinggar bingar para pedestrian yang masih lalu lalang di atas jalanan trotoar namun keadaan tersebut berbanding terbalik di daerah Kanda. Bahkan, sudah menjadi hal yang normal apabila jam sekarang ini para penduduk di daerah ini telah berada di rumah mereka untuk berkumpul dengan keluarganya masing-masing.
Namun keadaan tersebut tidak berlaku bagi kedua gadis ini, Rin dan Maki yang baru saja pulang dari rumah Sensei yang ternyata masih belum juga segera pulang ke rumahnya. Maki yang buta arah jalan benar-benar dimanfaatkan oleh Rin untuk mengajaknya berkunjung (ralat: jalan-jalan) ke tempat-tempat bermain favoritnya di sekitar Akihabara.
Tentu saja Maki menjadi kesal karena ulah Rin ini namun demikian dia tetap senantiasa mengikuti kehendak Rin untuk berkeliling disana hingga waktu menjelang malam. Rin yang telah puas mengerjai Maki seharian lalu memutuskan untuk mengakhiri tingkah lakunya dan berniat mengantarkan dia untuk pulang.
Namun...
"Ehhmm, Rin, sepertinya kita harus berpisah disini, deh?" pinta Maki saat tiba di persimpangan jalan. Tentu saja Rin menjadi kaget. "Ehh? Kenapa?"
"Umm, bukankah jalan pulang rumahmu lewat arah ini? Rumahku ada di ujung sebelah sana. Jadi, kita harus berpisah sekarang." tutur Maki sambil membuang muka.
"NO! Rin mau mengantar Maki-chan pulang sampai ke rumahnya dengan selamat." Rin segera menolak ide tersebut.
"Tidak apa-apa, Rin." kata Maki sedikit memaksa namun Rin malah memegang tangan dia kuat-kuat sambil bertatap muka. "Nggak, aku nggak akan membiarkan Maki-chan pulang sendirian seorang diri!" serunya keras.
"K-Kalau nanti... Ada sesuatu yang terjadi pada diri Maki, maka.. maka Rin sama sekali tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri." ujarnya dengan suara gemetar dan telinga terkulai lesu. "Ehh?... Tsk! Mou, baiklah... Kamu boleh mengikutiku" pada akhirnya Maki sekali lagi harus mengalah dengan ego gadis kucing ini.
Sekali lagi, Maki tidak berhasil menolak keinginan Rin dan malah mengijinkannya untuk mengikuti dirinya. Maki lalu mengambil jalan persimpangan sebelah kiri diikuti oleh Rin dibelakangnya. Tampaknya Maki sudah bisa mengenali daerah yang sedang dilaluinya ini sehingga tidak memerlukan tuntunan Rin lagi.
Namun demikian selama perjalanan tersebut entah mengapa gestur tubuh Maki malah menunjukkan kegelisahannya padahal dia masih bersama dengan Rin sampai pada suatu titik dia seperti mendapatkan pencerahan dan sebuah senyuman tipis terlukis di wajahnya. Maki lalu mempercepat langkah kakinya sehingga membuat Rin harus turut berlari untuk mengejarnya dan tiba-tiba mereka pada akhirnya sampai di depan sebuah rumah yang megah.
Rumah itu tampak begitu besar dibandingkan dengan rumah lainnya di kiri-kanannya, corak kemilau putih di dindingnya layaknya gading dan marmer, kaca yang memantulkan cahaya sore masih sanggup membuat kemilau emas. Meskipun demikian rumah ini masih terkesan sederhana layaknya rumah bertipe mediterania di wilayah eropa kelas dua. Namun bagi Rin yang untuk pertama kalinya melihat rumah seperti ini, dia hanya bisa tercengang takjub.
"Nah, disinilah rumahku. Puas?!" kata Maki sambil mengatur nafasnya. "Sekarang bisa kan kamu melepaskan tanganmu?!"
"Ehh, sugoi! Gede banget...! Kalau begitu kapan-kapan Rin mau main kesini yah? Boleh, kan?" tanyanya dengan mata berbinar-binar.
"Umm... yah yah yah!"
"'Nah, kalau begitu Rin pulang dulu sekarang. Byee, Maki-chan."
"Byee.."

KAMU SEDANG MEMBACA
The First Class
Fanfiction"Semuanya dimulai di awal tahun, kelas pertama dan... Generasi terakhir." author notes: i really enjoy to writting this story so i decided to keep on going this story. so please keep cheers me always! :)