04 - Tampan.

313 113 17
                                    

'Masih jam setengah enam pagi, udah kelar semua. Sukur deh waktunya sarapan biar gak kesiangan kayak kemarin.' batin Delia.

Pagi ini Delia bersiap-siap lebih awal, ia tidak mau hal yang sama terulang kembali. Benar-benar membuat dia tersiksa jika harus tiap pagi berlari agar menghindari kesiangan. Bisa-bisa tubuhnya semakin kurus jika setiap pagi menghilangkan keringat sebanyak kemarin. Dan bukan sifat yang menjadi kebiasaan Delia sebuah malas, apalagi kesiangan itu terjadi.

"Pada kemana sih ini meja makan gak ada orang, makanan numpuk gini. Bi Mama sama Papa kemana lagi sih?" teriak Delia heran melihat keadaan rumah yang sunyi, tidak seperti biasanya. Rasanya menyebalkan sekali. Pembantunya datang mendekat mendengar suara Delia yang menggema.

"Tuan dan Nyonya, sudah berangkat Non. Kalo Tuan berangkat jam empat dia ada kerjaan diluar kota, kalo Nyonya dia barusan berangkat, katanya ada kerjaan yang harus di kerjakan dengan cepat," jawab Bi Imah pembantu, yang juga mengurusnya dari bayi itu menjelaskan dengan suara yang lembut.

"Oh iya Mama Papa bilang gitu Bi, mereka sibuk banget Bi sampai lupa kasih tau Delia? Delia ngerasa Mama sama Papa udah gak sayang sama aku Bi." ucap Delia sebal sembari mengerucutkan bibirnya.

"Iya Non yang sabar ya, ini kan buat Non Delia juga. Apalagi Non penerus perusahan Tuan dan Nyonya," jawabnya mengingatkan.

"Jadi Non harus tetap bersyukur atas semuanya, kan ada saatnya Nona besar berkumpul sama Nyonya dan Tuan. Non makan yang banyak, Tuan nitip uang saku di bawah piring makan Nona. Bibi kebelakang dulu ya," timpalnya lagi seraya pamitnya bi Imah.

"Eh Bibi mau kemana? Bibi udah sarapan?" tanya Delia yang membuat Bi Imah bingung.

"E-ehhh belum Non nanti Bibi makan siang aja."

"Gak usah nanti siang Bi, Delia tau Bibi laperkan? Yaudah makan dekat Delia, sekalian temani Delia makan ya. Delia tidak berselera kalo makan sendirian," jelas Delia sembari membuka piring, membuat Bi Imah langsung menatap wajah Delia.

"Ja-jangan Non saya tidak mau dianggap tidak sopan makan dimeja makan yang sama dengan Nyonya, Tuan, dan Nona." jawab Bi Imah.

"Ah Bibikan yang rawat Delia sampe kayak gini, yaudah yuk makan bareng Delia." ajak Delia sembari menarik pergelangan tangan Bi Imah mengajaknya makan.

💔💔💔💔💔

"Makasih Pak." ucap Delia kepada supirnya.

"DELIA!" suara teriakan di belakang Delia itu menggema membuat semua orang menoleh kearah sumber suara, sama halnya dengan Delia yang terperanjat.

"Dara!"

"Kok kamu sekolah di sini? Bukannya kamu daftar sekolah di SMA Nusantara? Lagian kemarinkan kamu bilang udah MOS?" jawab Delia bingung.

"Hehe aku pengen pindah sekolah aja Delia, pengen bareng sama kamu lagian Mama sama Papa setuju kok aku pindah sekolah," girangnya Dara.

"Yaudah deh, kamu dikelas yang mana MOS nya?" tanya Delia antusias.

"Aku sekelas sama kamu Del aku minta sama Kepala Sekolah disini buat satu kelas sama kamu dari MOS, sampe proses belajar mengajar berlangsung, baik kan aku nemenin kamu wleee.."

"Haha dasar si Ijem kerjaannya, tapi bagus deh aku ada temennya, kamu tau sendiri aku pemalu Ra."

"Iya makanya aku pindah kesini Oneng, yuk ah ke kelas aku kan gatau kelasnya dimana?"

Lovely DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang