05 - Tatapan mata

284 100 34
                                    

Kalo suka simpan voment nya yaa ;;))) maaf kalo banyak typo , dan kosa-kata yang gak sesuai dengan kamus Indonesia yang baik dan benar wkwk. Maklum masih belajar;;)

Kritik dan saran masih sangat dibutuhkan, sangat!!!

💔💔💔💔💔💔

Bel istirahat sudah menggema ditelinga setiap manusia yang ada di sekolah, menetapkan tubuh Delia jua Dara di kantin. Dipojok kantin ditempat Mang Ujang tukang bakso urat. Bercengkrama membahas obrolan yang cukup membuat gelak tawa, tertawa ringan yang sesekali mereka lalui. 

Sedang asik-asiknya dari sesi percakapan, ada yang sedikit mengganggu mereka. Dan yah satu tatapan membuat seseorang terpana lagi dan lagi. Seseorang itu sudah tak asing lagi untuk mereka. Karena mungkin ruang lingkup yang sama bagi mereka atau yah seseorang itu yang mulai bisa mereka sebut teman. jadi? kapan mereka memulai menamai satu sama lain sebagai teman.

"Hei Delia?" sebuah sapa mengalihkan pandangan kedua gadis ini, seseorang tiba-tiba duduk dihadapan mereka. Dara, gadis ini tersenyum manis kearah sumber suara tersebut. Delia yang dipanggil hanya sekedar menoleh dengan sedikit tersenyum mencoba ramah saja. Ya gadis ini memang pendiam jadi wajarkan saja jika ia tidak bisa banyak bicara.

"Iya," jawabnya singkat dan masa bodo. Namun Dara menyenggol lengan Delia pelan seakan memberi isyarat. Delia tahu apa yang dimaksudkan oleh sahabatnya tersebut.

"Oh iya kenalin ini Dara. Dia sahabat terbaik aku, Dara ini Aldy." jawab Delia yang langsung memperkenalkan sahabatnya. Ia paham, sahabatnya lebih tertarik pada pria ini dari pada bakso yang tengah di hadapannya. Sebab itu dia memperkenalkan langsung, karena dikelas memang Dara sudah memperkenalkan diri. Tapi rasanya belum lengkap jika tidak berkenalan secara langsung. Mungkin itulah yang ada di dalam pikiran Dara.

Dara yang sedang melahap bakso di mulutnya, langsung menelan bakso itu dengan kasar. Memakan bakso hanya sebuah pengalihan saja. Klasik. Melirik pria dihadapannya dengan degup jantung yang tak normal. Jika detaknya bisa terdengar, mungkin Dara akan mati gaya. Mana bisa degupnya secepat itu? Seberisik itu? Seperti sebuah drum dipukul mengeluarkan gemuruh. Jika ini di rumahnya, mungkin Dara akan berteriak.

"Oh iya, gue Aldy kenalin." kata Aldy sembari menjabat tangan Dara.

"Dara." jawab Dara singkat yang langsung tersenyum sangat manis kepada Aldy, bola matanya tidak lepas dari wajah Aldy. Seperdetik ia tersadar ketika jemarinya masih setia melekat dijemari pria dihadapannya. Suasana semakin terasa canggung, namun Delia tetap tidak merasa terlibat hal tersebut. Ia sibuk dengan ponsel jua baksonya. Biarkan sahabatnya bekerja.

"Kalian kok beli bakso di sini? Gak takut sakit perut? Ini tempat kurang higienis loh." kata Aldy. Kedua gadis itu bertukar pandang kemudian tertawa ringan.

"Nggak, kenapa takut lagian ini udah di uji kebersihannya. Selagi yang lain makan masih baik-baik aja sih, santai aja Al." tungkas Dara yang tiba-tiba menerobos pertanyaan Aldy, Delia yang melihat tingkah sahabatnya ia manggut-manggut saja sembari mengunyah lembut daging baksonya, memberi ruang untuk mereka bercengkrama. Ia juga kurang tertarik sebenarnya, apa lagi ia merasa risih ditatap setajam itu oleh Aldy. Jika melihat dapat membuat bekas, mungkin wajah Delia sudah berlubang.

"Iya bener kata Dara Al, santai aja kita baik-baik aja," jawab Delia santai, matanya sedang asik tertuju pada gelas berisi jus strawberrynya.

"Oh iya deh bagus kalo kalian bisa menyesuaikan dengan lingkungan kalian. Gue takut aja, kalian kan biasa makan di restaurant mahal." jawab Aldy.

Lovely DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang