07 - Si Kaku yang beku

253 67 28
                                    

"Serius banget bacanya?" tanya seseorang dengan suaranya yang berat namun tetap membuat telinga nyaman. Ciri khas pria yang mudah membuat wanita jatuh cinta.

Delia berbalik mengarahkan pandangannya pada sumber suara.

"Kamu?" Delia memutar bola matanya malas. Kembali memokuskan pada novel-novel yang ada. Dia harus membawa pulang salah satu dari best seller ini masa bodo dengan pria yang kini berada disebelahnya. Entah sampai kapan ia harus selalu terlibat dengan pria ini.

💔💔💔💔💔💔

Kedua gadis ini berada di sebuah tempat makan pinggir jalan, pasca menyerbu Gramedia barusan membuat mereka merasa kelaparan. Diikuti oleh pengganggu yang menggemaskan mata. Yah lebih tepatnya Dara yang begitu ketakutan karena jadwal makannya yang akan berantakan, memaksa Delia untuk mengikutinya makan dimana saja. Proses dietnya bisa gagal jika dia harus melupakan jam-jam berakhirnya makanan yang akan ia santap. Dara masa bodo dengan keberadaan pria aneh satu ini, sedangkan sahabatnya sangat gusar.

Delia masih bergeming, pria ini masih setia menatap gadis dihadapannya penuh kagum. Delia risih, Dara sedikit tidak suka pada pria ini. Namun ia mencoba untuk tidak perduli, yang pasti untuk saat ini dia bisa makan gratisan. Bukannya tak mampu, hanya saja lebih nikmat menyantap makanan tanpa harus mengeluarkan uang jajannya. Kan lumayan uang jajannya untuk membeli pulsa misalnya.

"Kenapa Delia? Risih ya makan ditempat kayak gini? Kok diem aja? Apa makanannya gak enak?" tanya pria ini mencoba memberanikan diri. Ia tak nyaman melihat Delia tanpa suara. Maunya berbincang banyak hal.

Delia masih bergeming, menyeruput susu hangatnya dengan pelan ia kembali membuka lembar demi lembar halaman novel yang ia baca. Sebuah Usaha Melupakan, Boy Candra. Setiap petikan kata yang tersusun rapih dalam sebuah kalimat yang dirangkai oleh Bang Boy Candra memikat Delia untuk membacanya lebih dalam lagi. Sebuah usaha melupakan, seperti kucing yang disodorkan ikan oleh manusia nampaknya Delia mengalami hal yang sama seperti kucing tersebut. Judulnya saja sudah membuat semua orang akan memilihnya untuk dibaca. Siapapun pasti ingin melupakan seseorang yang pernah ia miliki. Entah dengan alasan tak perlu lagi diingat karena pengkhianatannya, karena sudah tak lagi bersama, agar tak terus menerus merasakan sesak didada atau bahkan mencoba melupakan agar tak lagi berat ketika menghela napas. Bermacam-macam alasan setiap orang yang ingin melupakan, terkhususnya para wanita makhluk paling rumit yang penuh tanda tanya.

Wanita adalah makhluk tersensitif sejagatnya, makhluk yang amat sangat mudah merespon sesuatu menggunakan hatinya yang lembut. Sedangkan makhluk yang bernama pria ditakdirkan dengan si keras dan penuh pertimbangan logika tanpa mengaitkan dengan hati.

"Nggak. Sudah biasa, saya lagi baca jadi mana bisa saya banyak bicara?" jawab Delia singkat dan kembali pada sumber fokusnya. Dara tersenyum tipis, pria ini belum tahu saja kalau Delia si gadis beku ini akan amat sangat menyebalkan jika sudah berkutat dengan fiksi. Dunia nyata akan dibuat tidak ada seketika. Memang lebih indah dunia yang kita buat seakan nyata dari pada kisah nyata namun seakan tak pernah ada.

Dulu, sangat dulu.

Sebelum Delia kehilangan cinta terbaiknya, dunia nyata begitu mengasikkan. Tak ada yang mampu menyandingkan dunianya yang indah, dulu. Tidak seperti saat ini. Semuanya mengabu.

"Hmm iya deh, tapikan bisa ditunda dulu bacanya. Makanannya kasian dianggurin, cukup saya deh yang dianggurin makanan jangan," ucap Denaldy sekenanya, Delia menatapnya entah tatapan seperti apa. Denaldy tak tahu itu mengancam atau semacam kode-kode yang sebagainya.

"Nikmatin aja makananmu, makanan saya itu urusan saya," Dara menoleh kearah sumber suara, Denaldy membeku. Gadis ini luar biasa. Lembut, tapi menusuk ucapannya. Dara kembali tersenyum tipis sembari menyeruput minumannya.

Lovely DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang