03-Kawan konyolku.

371 122 19
                                    

Keadaan istana itu masih sama, sepi bagai tak berpenghuni. Tidak ada sapaan dari manusia yang berteduh diatap ini. Selalu saja kosong rumah ini.

"Sepi terus ini rumah, kapan ramenya sih elah. Mama kemana sih? Ah yaudah deh mending mandi dulu. Capek!" gerutu Delia yang kemudian memilih berlalu menaiki satu persatu anak tangga.

Delia memasuki kamarnya di lantai tiga, melakukan kegiatan ritual kamar mandinya. Selesai dengan itu Ia langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Surga dunia sekali. Yah keringat yang menempel ditubuhnya memang sudah menghilang, namun rasa lelahnya tidak berkurang.

Delia kembali menerawang ingatan mengenai kejadian sewaktu di sekolah, banyak hal yang sangat aneh dan sangat mengejutkan diluar nalarnya. Pikiran Delia terus berputar, berhenti di ingatan saat Denal memeluknya. Saat tiba-tiba pria asing mendekapnya hangat, berbisik membuat tubuhnya sedikit mematung, bergeming tanpa penolakan. Bagaimana bisa Delia, terdistrak oleh Denal yang baru ia temui hanya kurun waktu tertentu saja?

"Ah apa-apaan sih ini? Itu juga cowok kenapa sih tiba-tiba meluk?! Bikin mumet banget sih! Arghh!" Delia mengacak-acak rambutnya kesal dengan kejadian tadi siang, ia tidak percaya apa yang ia rasakan. Ia berguling kekanan dan kekiri sembari menutupi wajahnya dengan selimut sampai diatas kepala. Berkat lamunan, bayangan ingatan yang terus berputar, mengusik kenyamanan hatinya. Delia tertidur dengan sangat nyenyaknya mengabaikan segala tingkah laku kakak kelasnya. Menyatu dengan lelah ditubuhnya. Terserahlah dengan semua hal yang sudah terjadi. Memang seharusnya terjadi seperti itu mungkin. Yang pasti, ia harus lebih berhati-hati lagi dengan The Most wanted di SMA Pancasila.

💔💔💔💔💔💔

"Delia pasti di kamar, lagi apa ya dia?" Daurel melangkahkan kakinya yang baru saja sampai diruang tamu, kerjaan dikantor sangat menumpuk membuatnya pusing dan amat sangat menyita banyak waktu. Kaki yang mulus dan jenjang itu melangkah ke kamar Delia, gadis yang tengah tertidur nyenyak.

"Ah syukurlah anak Mama baik-baik aja, tidur nyenyak Sayang. Mungkin kegiatan hari ini bikin kamu capek kayak gini nak." Daurel mengusap rambut Delia lembut, menatapnya sendu. Delia adalah penetral paling ampuh suasana hatinya. Rasa lelahnya langsung lenyap seketika.

"Mimpi indah anak kesayangan Mama," Daurel mencium Delia dan memakaikan selimutnya dengan benar. Melangkahkan kakinya pelan, menutup pintu sangat berhati-hati dengan harapan tidak mengganggu putri kesayangannya. Yah, meskipun Daurel ingin berbincang-bincang dengan gadisnya mengenai perusahaannya itu.

Selepas itu ia kembali ke kamarnya, dan merebahkan tubuhnya pelan diatas tempat tidurnya. Tempat yang selalu membuatnya terlelap dengan damai, melepas penat yang menumpuk ditubuhnya. Meskipun kamar ini adalah saksi bisu bagaimana air mata Daurel terjatuh setiap saat.

'Mas kamu kemana, kok gak pulang juga. Apa dia masih kesal sama aku? Ah yaudah lah aku capek kerjaan banyak banget dikantor tadi.' keluh batin Daurel.

Sedangkan diruangan yang memiliki desain serba hitam merah itu terlihat sangat maskulin, terasa hangat nyaman dan memiliki sensasi hening yang menenangkan.

Seorang pria yang nyaris berumur kepala empat itu tengah sibuk dengan mesin tik canggih nan modern yang mudah dibawa kesegala tempat. Pria itu berkali-kali membenarkan letak kacamata yang terasa tidak nyaman dipangkal hidung bangirnya. Dan dengan lihainya menggelitik mesin tik modernnya.

"Kerjaan masih numpuk gini, besok meeting. Pikiran juga lagi gak pro banget. Ah Daurel, kamu bener-bener bikin saya pusing. Andai kamu tahu, kamu tidak akan beranggapan saya jahat. Tapi itu memang mau saya," batin Demian sambil menarik napas dan kemudian membuangnya kasar. Demian menerawang segala ingatan yang dilaluinya bersama istrinya dulu.

Lovely DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang