Ini hari minggu. Hari libur dan waktu yang sangat tepat untuk menikmati istirahat setelah selama sepekan melakukan aktifitas yang berat. Waktu bersama keluarga untuk menikmati hangatnya suasana dalam cengkrama kemesraan di ruang keluarga.
"Kau mau pergi sepagi ini?." Tanya ibu yang melihat putra sulungnya menyiapkan masakan di dapur dengan sedikit terburu-buru.
Jin baru saja mengganti warna rambutnya yang awalnya hitam legam kini berubah menjadi blonde. Hmmm sangat tampan dengan kesan bad boy.
"Iya ibu. Hari ini aku akan membuat sebuah kejutan untuknya." Balas Jin dengan bersemangat.
Ibu menggeleng pelan sambil berdecak. "Kau ini. Ibu yakin Myung-Hee akan sangat terkejut nanti. Lihat rambutmu sudah berwarna seperti itu. Kau yakin dia akan menyukainya."
Jin mengangguk dengan penuh percaya diri. "Aku sangat tampan dan keren dengan gaya ini. Kurasa dia takkan keberatan."
Ibu menatap anaknya itu dengan heran.
"Selesai!." Seru Jin dengan gembira.
"Kau akan membawanya kemana hari ini?." Tanya ibu sambil membereskan sisa-sisa kekacauan yang Jin lakukakan di dapur.
"Itu rahasia. Hanya aku dan Jung-Kook yang tahu." Jin mengenakan jaket yang tergeletak diatas meja makan.
"Kau meminta bantuan adikmu lagi?."
"Tentu saja. Dia adalah ahli dalam segala hal." Jin meraih keranjang makanan yang telah ia persiapkan kemudian mencium pipi ibunya. "Aku pergi dulu. Sampai jumpa ibu."
"Hati-hati di jalan, Jin. Sampaikan salam ibu padanya."
"Tentu."
*****
Jung-Kook berkonsentrasi dengan buku partitur dan piano di depannya. Ia sudah menghabiskan waktunya selama beberapa jam di studio music miliknya. Mata obsidiannya tak lepas dari kedua benda itu hingga ia lupa waktu. Seakan teringat akan janjinya dengan Jin, segera ia mengemasi barang-barangnya dan bergegas menemui sang kakak.“Hyung~, maaf aku terlambat." Kata Jung-Kook dengan terengah-engah.
Jin tersenyum menyambut kedatangannya. "Tidak apa-apa Jung-Kook. Kau sudah melakukan yang terbaik. Dan terima kasih karena sudah meyiapkan rumah kaca ini dan meminjamkannya padaku."
Jung-Kook tersenyum. Ia melihat kesekeliling. Rumah kaca miliknya di penuhi dengan berbagai macam jenis bunga yang sudah tumbuh subur. Mahkotanya yang berwarna-warni menambah keindahan tempat itu. Sudah sangat lama ia merawat tempatnya dan tak membiarkan sembarang orang menginjakkan kaki di sana. Tapi kali ini ia merelakan tempat itu untuk di pinjam oleh Jin.
"Tempat ini adalah kesayanganku. Jadi tolong, jaga baik-baik, Hyung~."
"Tenang saja. Aku hanya akan menggunakannya sebentar. Untuk sarapan bersama Myung-Hee."
Jung-Kook memaksakan seulas senyum di bibirnya. Ia tahu itu. Apapun yang Jin lakukan selalu Myung-Hee yang menjadi alasannya dan ia tentu tak bisa menolak apapun itu jika berkaitan dengan Myung-Hee.
Jin masih sibuk menyiapkan meja dengan masakan yang ia buat. Beberapa kali ia melihat jam tangannya kemudian bersiap meninggalkan rumah kaca.
"Aku akan menjemput Myung-Hee. Bisakah kau melanjutkan pekerjaanku?. Tolong aku!." Jin menepuk bahu Jung-Kook sekali sambil mengucapkan terima kasih. Dengan secepat kilat pemuda dengan surai berwarna blonde mengambil kunci mobil dan pergi meninggalkan rumah kaca.
Jung-Kook menghela napas. "Tidak apa-apa, Jung-Kook. Kau melakukan semua ini demi dia. Demi seseorang yang sangat kau cintai." Katanya pada diri sendiri.
*****
Myung-Hee duduk termenung di dekat jendela kamar. Tangannya memeluk sebuah album foto lama yang selalu ia buka saat ia merindukan ibunya. Ada banyak foto di sana. Foto keluarganya, fotonya dengan kakaknya, foto semasa ia bersekolah di taman kanak-kanak, juga sebuah foto antara ia dan seorang anak laki-laki. Jeon Jung-Kook, pemuda dengan gigi kelinci dan senyum ceria. Seseorang yang sangat ia sukai dulu. Seakan terlempar ke masa lalu, ia terbayang saat ia dan Jung-Kook terakhir kali bertemu."Jung-Kook, aku akan pindah ke Jepang. Ibuku sudah meninggal dan aku tak bisa disini lebih lama." Kata Myung-Hee kecil dengan wajah sedih.
Jung-Kook dan Myung-Hee sedang bermain ayunan di taman seperti kebiasaan mereka. Myung-Hee duduk di ayunan dan Jung-Kook yang mendorongnya.
"Apa kau akan pergi lama?. Berapa lama?. Satu tahun?. Dua tahun?. Kenapa kau meninggalkanku?." Tanyanya dengan sedih. Jung-Kook berhenti mendorong Myung-Hee. Keduanya saling menatap dengan sedih.
Myung-Hee kecil memegang tangan Jung-Kook dan menggenggamnya erat. "Aku tidak tahu. Tapi maukah kau berjanji padaku?."
"Berjanji tentang apa?."
"Berjanjilah kau akan selalu mengingatku dan menemuiku saat kita dewasa nanti."
Jung-Kook kecil tak banyak berfikir. Dengan yakin ia mengangguk.
"Aku berjanji. Aku akan mengingatmu. Takkan pernah melupakanmu."
Myung-Hee kecil tersenyum senang. "Kau harus mencariku saat kita dewasa nanti dan kau harus bermain lagi denganku. Kau adalah hartaku, Jeon Jung-Kook. Seseorang yang sangat aku sayangi."
Mata Jung-Kook berkaca-kaca mendengar ucapan teman kecilnya itu. Keduanya berpelukan.
"Aku mencintaimu." Bisik Jung-Kook tepat di telinga Myung-Hee.
Myung-Hee masih mengingat perpisahan manis itu. Bahkan tak pernah sekalipun ia melupakannya. Ucapan Jung-Kook layaknya alunan melodi yang merdu di telinganya. Tapi semua telah berubah. Waktu telah mengubahnya, perasaan pada Jung-Kook sewaktu kecil dan perasaan cintanya pada Jin saat ini. Ia bahkan tidak menyangka bahwa Jin dan Jung-Kook memiliki hubungan.
Jung-Kook melupakannya. Jung-Kook bahkan tidak mencarinya. Bagaimana ia tidak tahu kalau Jin akan menikahi Myung-Hee?. Bagaimana ia bisa bersikap seperti orang lain di hadapan Myung-Hee?. Apakah Jung-Kook benar-benar melupakannya?. Apa Jung-Kook melupakan janjinya?. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering kali memenuhi kepalanya. Tapi, ia tak menemukan jawaban yang pasti. Hingga saat ini.
Bel rumah berbunyi. Jin sudah berteriak-teriak sambil mengetuk pintu juga memencet bel rumah dengan hebohnya. Myung-Hee tersenyum. Kekesihnya itu memang benar-benar bersemangat pagi ini. Ia harus segera pergi, Jin akan mengomel jika ia tidak segera membukakan pintu.
Myung-Hee meraih sling bag kemudian mengenakan coatnya. Ia segera keluar dari kamar dan membukakan pintu untuk Jin.
"Kau ini berisik sekali." Myung-Hee pura-pura kesal.
Jin hanya menunjukkan senyuman lebar. "Aku sangat bersemangat jadi aku tak ingin pergi dengan segera." Jin menarik tangan Myung-Hee dan mengunci pintu.
"Memangnya kita akan pergi kemana?."
Jin tersenyum licik. "Rahasia."
Continue..
Note : Mohon kritik dan sarannya ya.. semoga reader~deul menikmati cerita ini ^_^

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Melody [End]
FanfictionCinta pertama sering kali tidak berakhir bahagia. Perasaan pada cinta pertama juga sering kali menghilang setelah bertemu dengan cinta yang baru. Tapi, Kenangan cinta pertama takkan hilang begitu saja. Ada kalanya kau akan mengenangnya bahkan mencar...