"Jin, kau mau membawaku kemana?." Myung-Hee kesulitan berjalan. Matanya tertutup dengan sebuah kain hitam. Jin menuntunya memasuki sebuah ruangan. Sesekali pria itu manatap sambil menahan senyum melihat raut kesal menghiasi wajah gadisnya.
"Aku akan membukanya. Jadi kau harus bersiap-siap." Jin berdiri di belakang Myung-Hee kemudian membuka penutup mata itu dengan perlahan.
Sejenak gadis itu terdiam dengan mata cerah berbinar. Ia dapat melihat dengan jelas pemandangan indah di hadapannya. Deretan bunga berwarna-warni yang di tata sedemikian rupa hingga membentuk pola hati yang sempurna. Tanaman-tanaman hijau yang di tanam di dalam pot menghiasi sekeliling ruangan. Bahkan beberapa di antaranya adalah pohon yang sudah di bonsai dengan sangat rapi. Ia menatap takjub. Bibirnya tak berhenti mengurai senyum.
"Kau menyukainya?." Tanya Jin kemudian melingkarkan lengannya di pinggang Myung-Hee.
Gadis itu tersenyum dan balas memegang tangan Jin. "Sangat. Aku sangat menyukainya." Balasnya singkat. "Jadi kau yang merawat semua ini?."
"Jung-Kook yang memiliki tempat ini. Ia meminjamkannya untukku setelah aku berhasil membujuknya beberapa kali. Ia bahkan belum pernah mengijinkan siapapun berkunjung kecuali para pekerja dan dirinya sendiri."
Jung-Kook?. Jadi ini semua miliknya?.. Kau membuatku semakin ingin tahu.. bagaimana kau melakukan semua ini..
Senyum di bibir Myung-Hee memudar. Jung-Kook melakukannya untuk Jin atau untuk dirinya?.
"Dia manis sekali." Puji Myung-Hee kemudian melepaskan pelukan Jin dengan perlahan. "Siapapun yang melihat ini pasti akan sangat kagum. Bunga-bunga di sini dirawat dengan cinta."
Myung-Hee mengedarkan pandangannya di sekitar ruangan dan matanya berhenti tepat pada meja yang tertata rapi di tengan ruangan. "Kau menyiapkan sarapan untuk kita di tempat ini?."
Jin mengangguk. "Karena kita jarang bertemu, tidak ada salahnya melakukan hal seperti ini bukan?."
Myung-Hee tersenyun lembut kemudian melingkarkan tangannya di lengan Jin. Keduanya mendekati meja kemudian duduk bersama. Myung-Hee terluhat sangat menyukai masakan yang di buat oleh Jin. Ia makan dengan baik bersama pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
Myung-Hee dilanda dilema. Ia tak bisa membohongi hati. Satu sisi ia sangat mencintai Jin, dan di sisi lain ia masih penasaran dengan Jung-Kook. Tapi, apa yang harus ia lakukan untuk menjawab rasa keingintahuannya?.
*****
Jung-Kook terdiam. Mencuri pandang dari salah satu sudut luar rumah kaca. Sudah lama ia berdiri di sudut yang tak terlihat. Matanya menunjukkan sebuah kekecewaan disana. Ia melihat Jin dan Myung-Hee saling melempar senyum. Tidak, bahkan Jin memeluk gadis itu. Jung-Kook kecewa. Ia memalingkan wajahnya kemudian berjalan pergi.Seharusnya aku yang bersamamu di sana.. Hong Myung-Hee.. Haruskah aku mengakuinya??.. tapi bagaimana jika aku malah menghancurkan semua yang sudah kusiapkan selama ini?
Jung-Kook berjalan dengan lesu. Langkahnya terasa sangat berat setelah pemandangan yang ia lihat tadi. Bagaimana rasanya melihat seseorang yang kau cintai tersenyum untuk orang lain?.
"Anda baik-baik saja tuan muda?." Tanya seorang pelayan wanita tua yang tak sengaja melihat Jung-Kook berjalan dengan lesu meninggalkan rumah kaca kesukaannya.
Jung-Kook berusaha menyembunyikan perasaannya. Ia tersenyum kemudian menggeleng dengan yakin. "Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, bibi." Tegasnya.
Wanita tua itu tersenyum kemudian mendekati tuannya. "Jadi, dia adalah gadis yang anda maksud?." Tanyanya. "Dia gadis yang manis. Pipinya merona seperti buah peach dan bibirnya mungil dan merah seperti buah ceri." Wanita itu menatap pada Myung-Hee yang tengah tersenyum sambil menikmati sarapannya bersama Jin.
Jung-Kook mengikuti arah pandangnya dengan raut wajah muram. "Bibi benar. Dia sangat cantik. Dia tumbuh dengan baik dan bahagia."
"Anda sudah melakukan yang terbaik." Balasnya. "Cinta bukanlah sesuatu yang harus anda miliki. Tapi membuat seseorang yang anda cintai bahagia, itu jauh lebih mulia. Begitulah cinta yang sesungguhnya."
Jung-Kook menatap wanita itu kemudian tersenyum lembut. "Cinta sejati?." Kembali Jung-Kook melihat pada Myung-Hee dan Jin yang nampak bahagia. "Tentu saja. Aku tak perlu memilikinya. Aku hanya perlu membuatnya bahagia. Bukankah tidak ada istilah menang atau kalah dalam cinta?."
Continue..
Note : Semoga menghibur.. Mohon kritik dan sarannya ya.. jangan lupa kasi vote..

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Melody [End]
FanfictionCinta pertama sering kali tidak berakhir bahagia. Perasaan pada cinta pertama juga sering kali menghilang setelah bertemu dengan cinta yang baru. Tapi, Kenangan cinta pertama takkan hilang begitu saja. Ada kalanya kau akan mengenangnya bahkan mencar...