Sembilan

2K 320 11
                                        

"Myung-Hee!." Ayah memasuki ruang tunggu pengantin.

Myung-Hee tersenyum pada ayahnya. Gadis yang dalam hitungan menit itu akan resmi di nikahi oleh Jin, sedang duduk di sebuah sofa berwarna putih dengan buket bunga mawar berwarna merah muda di tangannya. Ia nampak sangat cantik dengan balutan pakaian pengantin berwarna putih. Senyumnya begitu cerah meski ia nampak sangat gugup.

"Aku merasa sangat gugup, ayah." Keluhnya. "Rasanya seperti baru kemarin aku bertemu dengan Jin dan sekarang aku akan menjadi istrinya."

"Ayah juga merasakan hal yang sama. Melepasmu untuk menikah benar-benar sangat luar biasa bagi ayah. Rasanya baru kemarin kakakmu menikah. Sekarang giliran kau. Sungguh ayah tak menyangka akan secepat ini."

Myung-Hee sekali lagi tersenyum. "Aku sudah dewasa ayah. Dan memang harusnya seperti itu bukan?."

Ayah mengangguk.

"Kau benar-benar sangat mirip dengan ibumu. Dulu saat kami menikah, ibumu juga terlihat sangat gugup namun ia tersenyum dengan sangat cerah sepertimu."

"Benarkah?."

"Tentu. Ibumu sangat cantik. Dan kau juga." Ayah menatap Myung-Hee dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.

"Ayah ingat betul saat kau masih sangat muda kau memaksa ayah untuk menikahkanmu dengan Jeon Jung-Kook. Tapi rupanya kau akan menikah dengan orang lain saat ini. Bukankah takdir memang sulit di tebak?."

Jeon Jung-Kook. Tentu saja ayah sangat mengenal dia. Keluarga mereka memang sangat dekat.

"Aku akan menikah dengan kakaknya Jung-Kook ayah. Sudahlah. Masa itu sudah berlalu."

Myung-Hee menghindarinya. Ia tak ingin terjebak dengan perasaan itu lagi. Saat ini biarlah ia dan Jin bahagia. Jung-Kook pasti akan bahagia dengan pilihannya. Itu yang ia yakini.

"Baiklah. Kau bersiap-siaplah. Ayah akan menjemputmu sebentar lagi." Ayah meninggalkan ruangan sementara Myung-Hee merenungkan kembali apa yang ayahnya katakan.

Seandainya Jung-Kook datang lebih awal.. Mungkin saat ini ia yang akan jadi mempelai prianya.. Bukan Jin..

"Myung-Hee." Jung-Kook masuk ke ruangan Myung-Hee. Seketika gadis itu berdiri. Menatap Jung-Kook dengan balutan jas hitam dengan pandangan ragu dan gugup.

Jung-Kook tersenyum hangat. Ia sangat tampan dan memikat. Tentu akan banyak gadis yang rela antri demi berkencan dengan pria seperti Jung-Kook.

Jung-Kook menutup pintu ruangan itu. Menjadikan tempat itu tenang untuknya dan Myung-Hee berbicara.

"Jung-Kook... ada apa?." Tanyanya berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

Jung-Kook tersenyum kecil kemudian berjalan mendekati Myung-Hee. Keduanya berdiri berhadapan. Mata mereka bertemu dan Myung-Hee sekali lagi tersesat dalam mata Jung-Kook.

Pria itu meraih tangan kiri Myung-Hee menatap tangan itu kemudian kembali menatap dalam mata Myung-Hee. Tangan kirinya yang bebas ia gunakan untuk merogoh saku bagian dalam jasnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah kotak perhiasan berwarna silver.

Myung-Hee menatap dengan bingung apa yang sedang coba Jung-Kook lakukan. Tapi ia bahkan tak menolak perlakukan Jung-Kook saat itu. Saat Jung-Kook memasangkan sebuah cincin di jari manis di tangan kirinya. Juga saat Jung-Kook melapas kalung yang ia kenakan dan menggantinya dengan sebuah kalung yang ia bawa. Kalung dengan bandul berbentuk not balok.

"Apa maksudmu dengan semua ini?." Tanyanya bingung.

"Jin akan memasangkan cincin pernikahan kalian di jari manis tangan kananmu. Jadi biarkan aku memasangkan cincin ini di tangan kirimu. Mungkin sudah sangat terlambat. Tapi aku tidak menyesal. Aku tidak akan menyesal dengan semua yang sudah aku lakukan."

"Jeon Jung-Kook..."

"Ini adalah perhiasan yang di berikan oleh ayahku kepada ibuku saat ayah menikahinya. Ibuku menyimpan ini dan berharap aku bisa memberikannya kepada orang yang nantinya akan menjadi istriku."

Myung-Hee terdiam. Matanya sudah berkaca-kaca dan jantungnya berdetak dengan sangat cepat.

Jung-Kook.. jangan melakukan hal bodoh... Kumohon...

"Aku tidak bisa memberikan ini kepada orang yang akan menjadi istriku. Tapi aku berjanji pada ibuku untuk memberikannya pada satu-satunya orang yang aku cintai seumur hidupku."

"Jung-Kook aku tak bisa menerima ini semua..."

"Aku tidak memintamu menerima perasaanku. Aku hanya ingin kau mengerti seperti apa perasaanku. Simpanlah ini dengan baik seperti aku menyimpan perasaanku kepadamu selama ini."

"Aku akan menikah dengan Jin. Dan dia kakakmu."

"Aku tahu. Apa aku memintamu untuk meninggalkan pernikahan kalian?. Aku tidak ingin seperti itu. Aku harap kau dan dia akan selalu saling mencintai dan hidup bahagia. Dan aku akan bahagia juga. Kau mengerti?."

"Jeon Jung-Kook... Aku..."

"Hiduplah dengan baik setelah ini. Aku tidak ingin melihatmu menangis atau sedih. Jin sudah berjanji padaku bahwa dia akan membuatmu selalu bahagia."

Air matanya tumpah. Ia menangis kemudian memeluk Jung-Kook dengan erat. Sungguh ia tahu apa yang Jung-Kook lakukan sekarang. Ia tahu seperti apa perasaan pria itu.

"Jangan menangis. Ini hari pernikahanmu."

Jung-Kook melepaskan pelukan Myung-Hee dengan lembut. Sungguh jika boleh meminta, ia ingin waktu berhenti saat itu juga. Saat ia dan Myung-Hee saling memeluk. Tapi semua hanya sebuah keinginan. Ia tahu kenyataannya sudah berbeda saat ini. Dan ia tak bisa merubah apapun.

"Kau adalah pengantin tercantik yang pernah kulihat. Jadi tersenyumlah." Jung-Kook menghapus air mata di pipi gadis yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu.

Myung-Hee memaksakan bibirnya untuk tersenyum meskipun air matanya masih menetes. Jung-Kook sekali lagi menghapus air mata gadis itu kemudian memberikan sebuah kecupan di dahi Myung-Hee.

"Aku pergi.."

Jung-Kook meninggalkan Myung-Hee sendirian di ruangan. Ia sempat memutar tubuhnya dan tersenyum pada Myung-Hee sebelum akhirnya ia membuka pintu dan berjalan pergi. Membiarkan Myung-Hee menatap punggungnya dengan sedih.

Continue...

Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini. semoga reader semua menyukainya. Vomment dan Vote dari kalian sangat berharga untukku.. <3

The Lost Melody [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang