ONE

717 229 108
                                    

Vote

Comment

Vote

Comment

Author's Pov
Sinar pagi membangunkan sosok gadis belia dari tidurnya, tiap langkahnya mencoba menyadarkan diri dari mimpinya. Burung-burung bernyanyian terdengar dari luar jendelanya, ia tersenyum sambil terus melangkah. Mencoba membuka tirai jendela berbahan sutra lembut itu. Matanya yang coklat pekat begitu tenang melihat burung-burung itu menyambut paginya, gadis itu lalu terdiam.

Lalu ia melemparkan pandangannya ke suatu gambar potret di dalam sebuah bingkai cantik di atas meja riasnya. Dipandanginya seorang gadis kecil di dalam potret itu, tubuhnya dililit sebuah gaun berwarna merah muda nan indah dan sepatu yang dikenakannya memiliki nilai kemewahan yang tinggi.

Ia mengalihkan pandangannya ke sosok anak laki-laki yang ada di sebelah gadis itu. Anak laki-laki yang usianya beberapa tahun lebih tua dari gadis itu, berjas hitam elegant dengan dasi kupu-kupu berwarna merah terpasang di leher kera bajunya.

Mereka berdua mengembangkan senyum yang mengukirkan kebahagiaan diantara mereka dan ditambah pemandangan menara Eiffel di belakang mereka membuat potret gambar itu semakin lebih menuai beribu makna di dalamnya.

Zea memandangi sebuah foto masa kecilnya yang terukir di dalam sebuah bingkai berpoles cat putih yang cantik di atas meja riasnya dan ia mengingat waktu dulu dirinya berada di Paris, 10 tahun yang lalu.

Tiba-tiba terdengar suara dari pintu kamarnya.

Tokkk...Tokkk...Tokkk...

"Masuk aja, pintunya gak di kunci," katanya kepada wanita tua itu.

Lalu muncul wanita tua, yang biasa mengurus rumahnya.

"Mau sarapan apa, Non?" tanya wanita tua itu yang merupakan pembantu rumah tangganya.

"Saya mau roti bakar pisang coklat dan segelas susu, Bi," jawab Zea sambil mengembangkan senyumnya.

"Baik, Non. Saya akan siapkan di meja makan, saya permisi."

Lalu ia menutup pintu kamarnya dan segera bergegas untuk mandi pagi setelah itu, ia mengenakan kemeja putih serta rok sedengkul berwarna abu-abu. Rambutnya dibiarkan terurai begitu saja dan wajahnya di biarkan tanpa polesan bedak ataupun pelembab bibir, ia terlihat sederhana namun ia mempesona.

Kini Zea telah menginjak bangku Sekolah Menengah Atas di salah satu sekolah swasta favorit dan ia mengalami pengalaman-pengalaman yang tidak terlupakan di dalam hidupnya bersama orang-orang yang mencintainya dengan sepenuh hati.

Gadis itu dengan semangat memasukan perlengkapannya ke dalam tas ransel berwarna biru tua, seperti: buku-buku, peralatan tulis, i-Phone, notesbook, dan lensa matanya. Segera ia menutup pintu kamar yang terbuat dari kayu jati yang diukir dengan ukiran yang indah dan detail lalu meninggalkan kamar mungilnya itu.

Gadis itu melangkahi beberapa anak tangga yang tak jauh dari kamarnya, dengan senyum merekah ia menyambut wanita yang sudah menua yang sedang menghidangkan sarapan pagi untuknya.

"Zeaaaa... Mama udah siapkan kamu sarapan, yuk!" wanita paruh baya itu menuang susu segar di sebuah gelas tinggi.

"Pagi, Mama. Kak Eyon mana?" tanya Zea sambil melahap sepotong roti.

"Udah berangkat duluan ke kampus, nanti kamu berangkat bareng Andre kan?" Ibunya mencoba memastikan.

"Mmm.... Bareng Andre kok, Ma."

Gideon Scout adalah kakak kandung dari Zealetta Scout, ya meskipun wajah tidak memiliki kemiripan yang signifikan. Gideon lebih condong memiliki kemiripan dengan Ayahnya, ia idola di kampusnya.

Dalam waktu dekat ini ia akan mengikuti beasiswa di luar negeri.
Jika Zea mengetahui hal itu ia akan sedih karena kakaknya yang seru dan satu-satunya tempat Zea curhat seperti Eyon harus pergi jauh untuk menyelesaikan study di luar negeri. Memerlukan waktu berbulan-bulan, keadaan memaksa untuk Zea jauh dari kakak laki-lakinya yang tampan itu.

Ya, Bagaimana kehidupan Zea seterusnya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

__________

Support
Vote
Comment
THANK'S BIG HUG FOR YOU

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang