Banyak dari kalian comment di Chapter sebelumnya dan mengklaim bahwa ceritanya terlalu pendek, ya aku mengakui adanya hal itu.
Maka dari itu aku lebih meng-update Chapter selanjutnya dengan cerita yang lebih panjang dan tidak terlalu pendek dari sebelumnya, maafin authornya ya!
_________
Andre's Pov
Bel istirahat telah berbunyi, gue segera beranjak dari kursi kelas dan gue langsung aja menuju kantin sekolah. Btw, gue ke kantin bareng Si Dio, sahabat karib gue.Mau tau Dio orangnya kayak gimana? Nih, ya dia tuh 'jomblo akut' di sisa hidupnya ini kerjaannya cuman main game yang jadi game favoritnya di handphone-nya dia tuh Clash Royale.
Oiya, gue mau sedikit cerita tentang pertemuan pertama gue dengan Dio, sahabat gue yang terkenal dengan julukan Si Bocah Gamers.
Jadi, pertama kali gue bertemu Dio pada saat sekolah gue mengadakan penerimaan, dan menawarkan formulir pendaftaraan siswa/i baru.
Saat itu gue kebetulan ketemu 'dia' di tempat pembeliaan formulir pendaftaran, so karena gue geram banget lihat 'dia' hanya berfokus pada layar handphone-nya sambil memencet layar handphone secara bergantian dan terus menerus. Tanpa basa-basi gue menegurnya...
"Ehm, Bro. Dari SMP mana?"
1 detik
2 detik
3 detikKrikkk...Krikkk...
Saat itu gue sama sekali gak mendapat respons dari Si Bocah Gamers. Di benak gue berpikir bahwa hanya ada 3 kemungkinan, yaitu: ini orang budek? atau pura-pura gak dengar dan cuek? atau emang ini orang sombong?
Setelah mengetahui seperti itu respons darinya gue mulai cuek dan gue pergi dari ruang itu setelah gue mendapat formulir ditangan.
"Bro, permisi numpang tanya. Kapan formulirnya di balikin ke pihak sekolah?"
Dan suara itu adalah manusia menjengkelkan, ya suara Dio. Pada saat itu gue menoleh dengan sinis menatapnya dan sok cool.
"Tanggal 24 Maret," singkat gue, dan berlalu pergi.
"Eh, tunggu gue Ladyandro Hassen, panggil gue Dio."
Kayaknya gue gak nanya deh, ya kalo gua gak ladenin kasian juga kan? Karena gue baik aja sih, hihihi.
"Andreandez Christopher, call me Andre."
Nah, dari situ kita berbagi social media dan sering banget berbagi informasi mengenai pra-MOS, ya begitulah dan kebetulannya kita bisa ketemu di satu kelas yang sama. Dari awal gue kenal dan bisa lengket sama 'dia' tapi kita bukan homo spesies.
Gue juga memperkenalkan Dio ke Zea dan tentunya mereka saling merespons satu sama lain dengan baik gak kayak pertemuan pertama gue dengan Dio.
Gue sebagai sahabatnya cuman bisa geleng-geleng kepala kalo sedang melihat kelakuannya yang membawa handphone kemana-mana dan bakal kacau tanpa gadget. Kalo kalian suka gitu gak?
Si Bocah Gamers sejauh ini udah cukup mengenal gue dengan baik, ia malah udah paham baik, dan buruknya sifat gue of course gue juga sebaliknya. Dio juga mengenal keluarga gue yang tinggalnya bukan di Indo. Ia juga paham masalah di dalam diri gue, terutama my heart trouble Dio benar-benar paham betul tentang itu.
Setelah tiba di kantin sekolah yang benar-benar ramai sampai-sampai penjualnya gak kelihatan, ini sih ramai banget woy.
"Di, beli apa lu?" tanya gue sambil mencari bangku yang masih kosong.
"Udeh lu aja sono, gue lagi nyoba deck CR gue," jawab Dio hanya fokus pada handphone nya.
"Kayaknya game buat lu kenyang ya?"
"Mmmm... Udah sono gua tunggu di sini," Dio langsung duduk di bangku panjang yang kosong.
"Yaudah, gue ke abang-abang siomay ya?" gue meninggalkan Dio disana, lalu pergi mengantre untuk membeli seporsi siomay.
Vanda's Pov
Gue gak sabar banget untuk ke kantin, dan semoga manusia yang gue incer itu ada di sana. Gimana gak sabar? Pasalnya, gue bakal ketemu kakak kelas yang gantengnya satu angkatan dan jantung gue cukup dagdigdug.Akhirnya, gue sampai di kantin sekolah yang super duper ramai, cyin. Mata gue berkeliling mencari bangku kantin yang kosong untuk gue dan Zea duduk.
Tiba-tiba gak sengaja banget mata gue berhenti berkeliling setelah melihat laki-laki ganteng dan kulitnya putih lagi pokoknya itu bisa di ka-te-go-ri-kan ganteng, tapi beneran ini 'gak sengaja', guys!
"Zeee.. itu ya? Itu orangnya!" teriak gue sambil menepuk-nepuk pundak Zea yang lumayan keras sih, but I'm sorry Zea.
"Aw! Apa sih, Van?"
"Ituuuuu!!!" Gue menunjuk laki-laki itu yang sedang duduk di bangku panjang sendirian dengan handphone di tangan.
Zea pun langsung mendekati laki-laki itu, gue hanya berjalan mengikutinya dari belakang sambil menenangkan detak jantung gue.
"Apaan sih, Van? Bukan ini orangnya!" teriak Zea sambil matanya melotot ke arah gue.
Aduh, mampus salah orang.
"Tapi kok ganteng?" Duh, kok gue kelepasan ngomong sih, malu.
Dio's Pov
Ketika gue lagi seru-serunya lagi nyoba deck CR terbaru gue, tiba-tiba seseorang nepuk pundak gue paling gek Si Andre."Kok nyolot sih nih anak? " batin gue.
"Anjir, siapa sih ini?" tengok gue ke belakang.
Pas gue nengok ke belakang gue melihat cewe cantik berambut panjang dengan wajah yang gak asing lagi di mata gue, yes itu Zea.
"Eh sorry, Di. Gue lagi salah orang," kata Zea sambil mohon-mohon ke gue minta maaf.
Apaan sih nih anak yang harusnya minta maaf, ya gue.
"Aturannya gue yang minta maaf, sorry udah ngomong kasar. Duh, jadi gak enak," kata gue sambil garuk-garuk kepala.
Tapi ada yang aneh, di belakang Zea ada cewe yang super berisik, lumayan sih.
"Ze.. siapa tuh?" tanya gue penasaran tapi Zea gak menjawab pertanyaan gue lantaran temen cewenya itu lagi ngoceh.
Tiba-tiba gak tahu gue salah denger atau emang bener? Gue 'gak sengaja' denger percakapan mereka berdua, gue denger dari telinga gue kalo....
"Tapi kok ganteng," kata cewe itu sambil mencoba menutup rapat mulutnya.
Kalo gue dibilang ganteng? BOOM!
___________
Hallo semua! Jadi gimana seru gak? Makasih banget yang udah sempatin baca, jgn lupa untuk:
Vote
Vote
Vote
Comment dan Kritik berguna untuk kelangsungan Chapter sekarang, sebelum dan selanjutnya.See you next Chapter, love ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionKesalahan ku ketika aku tidak jujur, dan mengakui bahwa aku mencintaimu hanya karena kemunafikan dalam hatiku. Jika aku harus kehilanganmu, pantaskah itu terjadi??? Aku menerima itu, asalkan aku telah mengatakan yang sebenarnya bahwa : "I WANT YOU" ...