TWELVE

111 5 1
                                    

"Sebenarnya, gua mau ngomong tentang perasaan gua ke Zea," ucap Andre spontan.

"Apa, Ndre?!" sontak Vanda terkejut.

"Iya, Zea," Andre meyakinkan perkataannya.

"Jadi bukan ke gua?" tanyanya kecewa.

"Oh god! Jangan bilang daritadi lu baper!" goda Andre.

"Daritadi? Dari pagi kali," protes Vanda sejadi-jadinya.

"Sorry, sorry kalau gitu. Gua minta contact person lu karena gua butuh bantuan lu," Andre menunjukkan senyum mautnya.

"Jangan bilang, kalo lu suka sama Zea!" Vanda melotot ke arah Andre.

"Jadi, bisa dong bantu gua?" Andre membujuk Vanda.

"Hadiahnya apa?" Vanda menaikan sebelah alisnya.

"Cium," Andre menunjuk pipinya.

"Percuma, lu sayangnya sama Zea," Vanda melipat kedua tangannya seolah marah.

"Canda elah," Andre tertawa kecil.

"Tapi, Zea sama Levan?" heran Vanda.

"Gua bukan mau jadi perusak hubungan mereka," ucap Andre.

"Trus?" Vanda mulai menyedot orange juice-nya.

"Gua cuman berusaha kasih yang terbaik, mungkin tanpa lu gua gak bakal bisa," suara Andre sedikit bergetar.

"Oke, gua bakal berusaha kasih yang terbaik buat sahabat gua, Zea," Vanda tanpa ragu.

"Thank you," ucap Andre semangat.

"Tapi emang sih Levan cuek banget," Vanda menatap tajam Andre.

"Tapi Zea sayang sama dia," jawab Andre frustasi.

"Levan jarang meluangkan waktu buat Zea, lu yang tiap hari meluangkan waktu demi Zea," Vanda meyakinkan Andre dengan perkataannya.

"Tahu darimana lu?" Andre terheran-heran.

"Zea told me!" jengkel Vanda.

"Sebagai hadiah karena lu mau bantu gua, lu mau gak gua deketin sama Dio?" tanya Andre penuh tawaran.

"Temen lu yang punya nama ribet itu?" Vanda tak percaya.

"Tenang, Van. He is a good man, trust me," Andre menaikan alis sebelah kirinya.

"Coba aja kalau bisa," Vanda bertingkah seperti masa bodo.

Keesokan harinya...

Vanda dengan wajah cerianya menuju ke ruang kelasnya, ia menemui sahabat, Zea itu sedang berbincang-bincang dengan kekasih dan tiga teman nya yang lain. Vanda teringat perkataan Andre kemarin tentang perasaannya kepada Zea, ia sedikit miris melihat kedekatan Zea dan Levan. Vanda memilih diam daripada mengganggu perbincangan mereka, tiba-tiba dua orang laki-laki telah berdiri di depan ruang kelasnya.

Andre ditemani sahabatnya, Dio menuju kelas Vanda. Entah bagaimana caranya Andre bisa mendekatkan Dio dengan Vanda. Dio yang selalu asik dengan dunia games-nya dan sifat Vanda yang sedikit manja dan juga berisik, apa mungkin terjadi? Andre hanya menggelengkan kepala saat pikiran itu melitas di otaknya.

"Hallo, Van," sapa Andre kepada Vanda di ambang pintu.

"Hi, Ndre," balas Vanda dengan senyum merekah.

"Jangan ngobrol depan pintu, pamali. Mending cari tempat duduk yuk," ajak Andre kepada Vanda dan Dio.

Lalu mereka mencari tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka sebelumnya dan melanjutkan perbincangan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang