Author's Pov
Andre menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan yang ia lipat diatas meja lalu memenjamkan kedua matanya dan berbicara di dalam batin kecilnya."Bagaimana bisa aku jatuh ke hati lain jika cinta ku masih mendalam hanya kepadamu? Aku lelaki yang tidak sempurna di hadapanmu, hanya 'dia' yang bisa kamu lihat hatinya, you never see my heart," batinnya.
Hanya bisa memendam, menopang, dan mempertahankan beban luka hatinya yang telah meradang sejak lama, hingga Andre hanya bisa menikmati hari-harinya di dalam senyum palsunya.
Tenggelam dalam kehancuran yang terbiasa datang dan pergi menghampirinya.
Memberi tanpa meminta untuk di balas, merindu tanpa harus di rindukan, dan mencintai dengan segenap hati tanpa harus mengemis balasannya.
Sesakit inikah mencintai seseorang?
Andre menenggelamkan wajahnya lebih lama lagi. Matanya mulai memanas, suhu badannya tidak terkontrol lagi, gejolak amarahnya selalu memompa lebih kencang, dan hatinya sedikit demi sedikit mengernyit perih di sana.
Berusaha mencari celah agar mood-nya kembali normal agar bisa mengembangkan senyumnya yang selalu ia palsukan di hadapan banyak orang yang memujanya.
Berusaha mengumpulkan tenaga untuk dapat mengangkat wajah payahnya di atas meja yang disanggah oleh lipatan kedua tangannya.
Dan ia mencoba melupakan dan mulai memaafkan kesekian kali untuk cintanya.
Lalu Andre membangkitkan kepalanya dari atas meja dan melepas semuanya. Ia mulai menyiapkan buku untuk pelajaran yang ia terima selanjutnya.
Dio, sahabat karibnya menghampirinya yang sedang duduk di barisan pojok belakang, dan duduk di sebelahnya.
"Just stay cool, Bro!" sambil menepuk pundak Andre pelan.
"Sampai kapan?" tanya Andre frustasi.
"Gak akan berhasil kalo lu cuma bisa memendam rasa itu," kata Dio ketus sambil memelototi sahabatnya.
Andre diam dan hanya memalingkan pandangannya ke depan kelas yang sudah di dapati seorang guru disana.
"Selamat siang, anak-anak," suara seorang wanita dengan suara beratnya.
"Selamat siang, Bu," jawab serentak seluruh siswa.
Vanda's Pov
Oh my god! Jadi itu 'dia' Si Andre? Itu sih parah ganteng banget maksimal.
Demi apapun gue awkward banget pas tadi kenalan sama 'dia', apa cuman gue yang belum pernah tau keberadaan kakak kelas yang ganteng satu angkatan?Tapi, gue terheran-heran. Kenapa Zea yang dari dulu kenal sama Andre kok gak sama sekali tertarik? Dan cuman Zea yang bilang Andre biasa aja. Are you kidding me? Zea emang upnormal.
Ah, intinya gue so happy today. Apa yang gue lihat dari Andre itu terlihat dari paras wajahnya itu menandakan kalo dia sosok nice guy and perfect, pembawaan yang penyayang, dan kriteria laki-laki yang perempuan pasti gak akan menolak termasuk gue.
"Van, kenapa lu senyum-senyum?" tanya Zea sambil melirik ke arah gue.
"Hah?" jawab dengan kaget, dan tersadar dari lamunan gue.
"Lamunin apa?" tanya Zea sekali lagi.
"Andre," ucap gue spontan.
"What?" Zea terkejut sambil menyunggingkan alis matanya.
"Wait, lu gak tertarik kan sama Andre?" gue mencoba memastikan.
"Ya, eng-gak-lah. Mana mungkin juga kan cowo gue Levan," jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/86781817-288-k127166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionKesalahan ku ketika aku tidak jujur, dan mengakui bahwa aku mencintaimu hanya karena kemunafikan dalam hatiku. Jika aku harus kehilanganmu, pantaskah itu terjadi??? Aku menerima itu, asalkan aku telah mengatakan yang sebenarnya bahwa : "I WANT YOU" ...