Sepuluh

7.3K 436 0
                                    

Sejujurnya aku bukan tipe cewek yang munafik. Aku cenderung kalau suka bilang suka kalau gak bilang gak.

Tapi jangan anggap aku gak pernah bohong ya. Untuk ukuran gadis umur 18 tahun yang selama ini hidup sendirian tanpa orang tua bohong dikit gak apa-apa ya.

Mau gimana lagi untuk bertahan hidup.

Seperti sekarang , aku lagi memandangi wajah Deson yang telah tertidur pulas disebelahku.

Meskipun kita seranjang dari tadi dia gak berbuat aneh-aneh. Paling cuman cium kening lalu bilang good night.

Aku bingung dengan perasaanku sekarang. Disatu sisi aku benci sekali dengannya karena sudah merampas kebebasanku. Disatu sisi aku suka pribadinya yang sabar dan penyayang.

Kalau manusia bisa diedit kayak dicomputer tuh . Aku mau delete semua kelakuan buruknya dan save semua sifat penyayangnya.

Tapi namanya juga manusia. No body is perfect.

"Kamu kenapa kok belum tidur?" Ah sepertinya dia terbangun.

Aku duduk sambil bermain selimut di perutku.

"Aku gak bisa tidur Deson."

"Kenapa? Kamu takut aku apa-apain?"

"Gak kok. Aku percaya kamu bukan cowok yang kurang ajar. Kamu kenapa bangun?"

"Aku lapar."

"Mau aku pesenin makanan?"

"Gak usah. Kan makanan aku itu kamu."

"Ah. Gak usah bercanda deh." Aduh kenapa jadi deg deg an gini.

Deson menggenggam kedua tanganku.

"Pearl, percaya sama aku ya. Ini gak sakit kok. Kamu lihat mata aku dan bayangin hal yang paling membuat kamu takut dan sedih selama ini."

"Untuk apa?"

"Sudah lakukan saja."

Aku pun menatap mata Deson dan membayangkan saat orang tuaku meninggal dan saat aku tidur sendirian dimalam harinya.

Deson membuka mulut.

Keluar lah asap hitam seperti dulu yang pernah Deson lakukan dirumahnya.

Asap hitam itu semakin banyak. Tenagaku seperti terkuras.badanku seperti mau ambruk. Tapi Deson menahannya.

Lemas sekali. Tapi lama kelamaan kepalaku menjadi ringan seperti beban hidupku selama ini berkurang sedikit.

Asap itu pun perlahan menipis dan habis.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Hmm.. apa yang kau lakukan padaku Deson? Pikiranku sekarang sepertinya lebih ringan. "

"Aku mau memberi tahu mu sebuah rahasia. Tapi aku takut kamu jijik dan tak mau lagi bersamaku. Meskipun aku bisa memaksamu sih. Tapi aku ingin kamu seperti hari ini. Bersamaku tanpa adanya paksaan."

"Kalau memang kamu belum siap jangan katakan dulu. Aku akan menunggu hingga kamu siap."

"Makasih ya." Dia memeluku.

Huaa apa yang aku katakan barusan. Bodoh, bodoh. Ingin sekali ku tampar mulut cerobohku ini.

Jangan bilang aku ingin bersamanya terus. Suatu saat penyakit kejamnya bisa kambuh lagi huaa.

Be An Demon (Completed 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang