Empat Belas

6.8K 450 0
                                    

Deson sampai di mansionnya. Setelah 4 hari dia pergi untuk menemui ayahnya.

"Aku sangat merindukan mu Pearl." Dengan semangat Deson berlari ke kamar Pearl.

Tapi Pearl tidak ada.

Deson mengecek ke kamar mandi. Tapi Pearl tidak ada.

"Dimana dia?" Tanya Deson panik.

"Maaf tuan. Nona sudah empat hari belum pulang."

"Apa? Kenapa bisa."

"Saat supir kembali setelah menaruh barang-barangnya. Nona tidak terlihat."

"Kenapa kalian tidak memberi tahukan ku?"

"Maaf tuan." Maid tersebut terlihat sangat ketakutan.

Deson berlari kearah mobilnya.

Dan mengemudikan mobil tersebut sangat cepat.

"Aku yakin pasti kamu kembali ke apartementmu."

Butuh hanya 15 menit Deson sampai di apartemen Pearl.

Deson berlari ke kamar Pearl.

Kamar Pearl terlihat berantakan.

Bungkus dan sisa-sisa makanan tercecer di lantai dan meja.

"Pearl dimana kamu?" Deson berteriak.

Tidak ada jawaban.

Deson mencari ke sekeliling tapi tidak ada Pearl.

Deson duduk di atas sofa.

Deson mengacak rambutnya frustasi.

"Dimana kamu Pearl. Kamu pasti sekarang sedang masa sulit. Maaf kan aku telah mengubahmu. Aku memang bodoh. Aku memang tolol. Aku memang egois." Deson terus menerus memukuli kepalanya.

Lalu dia teringat sesuatu.

"Mungkin sekarang dia sedang lapar dan mencari makanan. Ya aku yakin pasti dia ada di sekitar daerah ini."

Deson keluar dan mengemudikan mobilnya pelan.Matanya tak berhenti melirik kanan kiri mencari keberadaan Pearl.

Sampai dia dengar sebuah teriakan.

Deson keluar dan berlari kearah sumber suara tersebut.

Terlihat gadis kecil terjatuh dari sepedanya.

Datang lah seorang perempuan menggunakan serba hitam.

Dia menghampiri gadis kecil itu.

"Kamu tidak apa-apa kan dik?"

"Hiks hiks kaki aku berdarah kak. Hiks hiks."

"Ayo pindah duduk di kursi itu agar Kakak bisa obatin luka kamu." Gadis kecil itu pun mengangguk.

Perempuan itu membuka maskernya. Dan topinya.

"Pearl." Deson kaget.

Deson merasa bingung.Disatu sisi dia ingin berlari dan memeluk Pearl tapi satu sisinya lagi dia ingin melihat apa yang akan Pearl lakukan.

Deson memilih bersabar dan tetap bersembunyi.

"Nama kamu siapa sayang?"

"Karina. Kakak?"

"Nama kakak Sunrise."

"Nama kakak lucu."

"Hehe. Ini sudah kakak balut lukanya pakai sapu tangan. Sudah gak sakit lagi kan?"

"Iya kak. "

"Satu lagi kakak bisa main sulap. Mau lihat?"

"Mau mau mau."

"Tapi Karina harus janji ya jangan bilang siapa-siapa?"

Karina mengangguk.

"Karina lihat mata kakak. Dan bayangin apa yang paling membuat Karina takut."

Karina pun menatap mata Pearl dan membayangkan saat papanya datang dan memukulinya tanpa ampun.

Sebuah asap hitam keluar dari tubuh Karina masuk kedalam mulut Pearl.

Deson yang melihatnya kaget.

"Bagaimana bisa dia melakukannya. Aku memang bodoh. Aku telah mengubahnya menjadi demon sepertiku."

Setelah asap tersebut menghilang badan Karina jatuh tapi dengan cepat Pearl menangkapnya.

"Karina.. kakak tahu apa yang buat kamu sedih. Lain kali kalau papa karina akan pukulin karina. Karina siap-siap lari ya dan minta bantuan seseorang. Kakak tahu hidup itu sulit. Tapi kalau kita tau bagaimana cara mengatasinya pasti akan lebih mudah. Kakak juga turut berduka cita ya untuk kematian mama kamu. Semangat ya sayang."

Pearl menggendong Karina. Sambil menuntun sepeda kecil karina.

Karina yang masih sadar memberi tahukan alamatnya.

Tanpa Pearl tahu Deson mengikutinya dari belakang.

"Meskipun kamu telah menjadi demon tapi hatimu tetaplah hati manusia. Aku memang tidak salah memilihmu."

Be An Demon (Completed 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang