Dua Puluh Sembilan

5.3K 336 0
                                    

"Kamu Vasco kan?tapi kenapa kamu bisa disini?"

"Aku Deson Pearl ,apa kau tak mengingatku?"

"Apa kau pikir aku bodoh, kamu adalah Vasco. Lihat saja wajahmu."

Pria itu berjalan ke arah danau di dekatnya. Dan melihat pantulan wajahnya di air.

Badan pria itu menegang. "Kenapa wajahku berubah seperti lelaki sampah itu?"

Pearl mencari sesuatu untuk memukul pria itu dan dapatlah sebuah balok kayu yang lumayan besar.

Saat Pearl akan memukul Vasco datang lah seseorang dari belakang Pearl.

"Haha bagus Pearl. Lanjutkan. Bunuh dia." Kata pria itu.

"De...Deson."

Vasco menoleh.

"Hey kau, kenapa kau memakai tubuhku?" Tanya Vasco pada Deson.

Pearl menoleh ke kanan dan kekiri. Dia merasa bingung dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Ha? Apa kau sudah gila. Aku Deson dan ini tubuhku sendiri."

"Tidak,Pearl jangan percaya aku Deson. Bukan dia." Kata Vasco.

Pearl serasa melihat pertandingan badminton hanya bisa diam dan menoleh kesana ke mari.

"Haha sepertinya lelaki itu sudah gila Pearl. Kau menunggu apa ? Cepat pukul dia" perintah Deson.

Pearl mengangkat lagi balok kayu tersebut.

"Jangan Pearl,aku Deson sayang. Lelaki yang menculikmu saat kamu pulang part time. Kita pernah ke disneyland. Apa kamu ingat?" Kata si Vasco.

"Ba...bagaimana kau tahu itu Vasco?" Pearl merasa heran.

"Karena aku Deson sayang, hanya saja tubuhku berbeda sekarang." Jelas Vasco.

"Jangan percaya Pearl. Bisa saja dia diberi tahu oleh informannya. Cepat pukul dia." Desak Deson.

"Semua... stooop. Biarkan aku berfikir sebentar."

'Tenang Pearl. Semua ini pasti ada penjelasannya. Ingat tempat ini tak nyata. Apa yang aku lihat tidak nyata. Tapi yang aku rasa itu nyata.'

Pearl memejamkan matanya. Dia berusaha untuk tenang.

Pearl menarik nafas panjang. Sambil tetap memejamkan mata dia berusaha merasakan sesuatu.

Tercium harum parfum khas Deson. Tak sulit dia mengenalinya karena sudah lama dia selalu menempel pada Deson sejak diculik hingga hari ini.

Pearl membuka mata.

'Ah tapi bau itu mengarah ke Vasco?'

Pearl memejamkan matanya lagi sambil menoleh ke arah Deson.

'Ah.. baunya berbeda.ini bukan Deson. Yeah dia bukan.'

Pearl membuka mata dengan cepat mengarahkan balok kayu itu ke arah Deson.

Dia memukulnya tepat di kepalanya secara membabi buta .

Lagi dan lagi.

Keluarlah darah dari kepala Deson.

Air mata Pearl mengalir. Dia tak tega melihat tubih orang yang dicintainya terluka.

Tapi dia yakin dia bukan Deson yang asli.

Tubuh Deson tergeletak di tanah. Perlahan menjadi butir-butir debu. Terbang kelangit satu persatu dan lalu menghilang.

"Hiks... hiks..." Pearl jongkok dan sambil menangis.

Kakinya lemas melihat tubuh Deson menghilang jadi abu.

Entah kenapa hatinya sakit sekali seperti teremas-remas.

Dia takut. Bagaimana kalau ternyata dia salah membunuh.

Bagaimana kalau ternyata dia adalah Deson yang sesungguhnya.

Pearl menoleh kearah Vasco tapi dia tak ada. Pergi kemana dia?

Sekarang tinggal Pearl sendiri berdiri di depan danau dengan perasaan bingungnya.

Pearl semakin lemas. Ingin dia berteriak. Tapi tenggorokannya terasa sangat sakit.

Tubuhnya bergetar cepat.

Pearl terjatuh terbaring di atas tanah karena kakinya tak kuat menompang badannya.

'Hiks hiks bagaimana kalau aku tak bisa bertemu Deson lagi? Masih bisakah aku meneruskan perjalanan ini?'

Be An Demon (Completed 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang