Lima

9.5K 518 1
                                    

"Kamu yang sering datang di cafe tempat aku bekerja kan?"

"Iya Pearl kamu benar. Namaku Jeson"

"Sedang apa kau disini?"

"Hmm.. mungkin aku tak bisa menjelaskannya disini."

"Lalu dimana?"

"Ikut aku."

Serigala putih menjilati tanganku.

"Hehe geli tau." Aku jongkok dan mengelusnya.

"Aku pergi dulu ya. Sampai jumpa." Aku melambaikan tanganku.

Dan berjalan keatas tangga. Tapi para serigala terus mengikutiku.

"Kalian mau ikut ya?"

Aku mulai gemas dengan para serigala ini.

"Boleh kan mereka ikut?" Jeson menatap para serigala itu. Tiba-tiba mereka menunduk dan berjalan mundur.

Ada apa dengan mereka.

Jeson menarik tanganku pelan dan naik ke lantai satu.

Aku menoleh kebelakang lagi tapi serigala itu suda tidak ada. Kemana mereka?

Cepat sekali mereka perginya.

Aku dan Jeson sekarang duduk di ruang tengah.

Meskipun tempat ini didesign dengan modern tapi ada penghangat ruangan yang masih tradisional menggunakan kayu yang dibakar.

"Aku hanya ingin minta maaf atas perlakuan adik ku."

"Adikmu? Siapa? Oh Deson maksudmu?"

"Iya. Maaf dia telah memperlakukanmu dengan buruk. Aku pikir kamu telah meninggal di dalam ruang bawah tanah tadi."

"Jadi kamu tado yang membuka kan kuncinya?"

"Iya."dia mengangguk. "Tapi keyika tak ku dengar lagi suaramu ku pikir kau sudah... hmm."

"Meninggal? Ah tidak. Para serigala itu lucu sekali. Aku gemas dengan mereka. Tapi kenapa aku ada disana?"

"Hmm.. mungkin Deson yang membawamu di sana. Dia selalu bertindak semaunya ketika marah. Tapi dia orang yang baik."

"Ah.. ya baik." Baik apanya nyulik aku. Nyiksa aku. Dorong aku.

Aku hanya senyum tipis.

Kakaknya begitu sopan tak seperti adiknya.

"Jeson, kenapa kau ada disini?" Panjang umurnya. Baru saja di omongin muncul orangnya.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Pearl."

"Tidak boleh. Dia milik ku." Milikmu? In your dream ,sir.

"Kau seharusnya tak memperlakukannya dengan buruk, De."

"Sesuka ku. Dia melakukan kesalahan dan aku harus menghukumnya?"

Hukum? Kau pikir kau guru apa.

"Aku menyesal telah mempertemukan kau dengan Pearl."

Oke sekarang aku bingung.

"Apa maksudmu mempertemukanku dengan Deson?" Tanyaku pada Jeson.

"Kau sebaiknya pergi dari sini." Deson menarik ku menuju tangga lantai dua.

Aku pun memberontak.

Sialan tenaganya kuat sekali.

Aku pun melihat pergelangan tangannya.

Dan hap.. aku gigit tangannya.

Dia meringis kesakitan tapi tidak melepaskanku.

"Lepas kan aku Deson aku ingin pulang."

"Pulang kemana? Kau bahkan tak punya rumah."

Dasar penghinaan.

"Tapi.."

"Tak akan ada yang akan mencarimu Pearl. Kau tak punya keluarga yang kau punya hanyalah kamar kecil fan pekerjaan part time itu."

Aku hanya terdiam karena semua yang Deson katakan benar.

Selama aku meratapi nasipku yang kurang bahagia aku tersadar sudah duduk di sofa dalam kamar dan Deson berdiri di depanku sambil melipat kedua tangannya.

"Bagaimana kau bisa keluar dari ruang bawah tanah. Apa Jeson menolong mu?"

Aku menggelengkan kepala.

"Bohong"

"Terserah kau akan percaya atau tidak." Aku berjalan ke kamar mandi.

"Jika kau tak keberatan. Silahkan keluar karena aku ingin mandi."

Aku masuk kamar mandi dan melepas pakaianku.

Rasanya aku ingin berendam di air hangat berjam-jam.

Aku rasa bathtube ini besar. Cukup untuk dua orang atau lebih. Hmm atau mungkin badanku ya yang terlalu kecil.

Aah rasanya enak sekali berendam dan ditemani bubble yang banyak dan harum sabun yang wangi.

Aku memejamkan mata. Dan aku rasakan sentuhan di bahu ku.

Bahuku terangkat kaget.

Aku membuka mata. Aku lihat Deson berdiri hanya menggunakan handuk putih menutupi area pribadinya.

Terlihat dada yang bidang dan punggung yang kuat.

Aku tak bisa mengedipkan mataku.

"Sedang apa kau disini? Bagaimana kau bisa masuk?

"Aku ingin mandi. Kau tadi lupa mengunci pintunya." Ah bodohnya aku.

Dia melepas handuknya.

Oh tidak mataku.

Spontan aku menutup mataku dengan tanganku.

Ku rasakan dia masuk ke dalam Bathtube.

Huaa ingin aku segera berlari dari sini.

Tapi tidak bisa. Kalau aku berdiri dia pasti bisa melihat tubuhku.

Aku tak mau.

Perlahan dia memegang tanganku dan menariknya agar aku membuka tutupan dimataku.

Tapi aku tahan.

Tapi apalah daya ku. Ku hanya gadis bertubuh kecil yang belum sarapan.

Tanganku sudah tak di mukaku lagi. Tapi mataku tetap terpejam.

Kudengar suaranya tertawa kecil.

Sialan dia mengatawaiku.

Awas kamu ya. Akan aku balas.

Dia memegang tanganku dan memasukannya kedalam air.

Aku rasakan sesuatu yang lembut tapi keras.

Ah aku rasa itu dadanya.

Dia membawa tanganku turun lebih bawah.

Aku rasakan perutnya yang kotak-kotak.

Gerakannya memutar seperti sedang mengelus perutnya.

Dia membawa lebih kebawah lagi.

"Tidak..."aku berdiri dan berteriak.

Dia tersenyum dengan memandangi tubuhku.

Sial.

Aku segera menutupinya dengan ke dua tanganku.

Aku berjalan pelan melangkahinya dan keluar dari bathtube. Sialan aku malu sekali.

Dia memandangiku terus.

"Apa kau liat-liat." Aku segera menarik bathrobe dan memakainya dan keluar dari kamar.

Be An Demon (Completed 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang