Tujuh

8K 502 4
                                    

"Kenapa kau menangis?" Tanya Deson saat melihatku menangis di atas balkon kamar.

"Aku merindukan orang tua ku."

Aku pun berdiri sambil memegang pagar balkon dan menikmati pemandangan sore yang indah.

Dia tak mengatakan apa-apa.

Kurasakan tangannya menyentuh perutku.

Dia memelukku dari belakang.

Sebuah pelukan yang hangat untuk hatiku yang sedang dingin saat ini.

Aku biarkan dia memelukku. Tanpa perlawanan. Aku nikmati setiap hembusan nafasnya di telingaku.

Pelukkannya semakin menguat.

Dia menaruh dagunya di atas bahu ku.

"Kau tak sendiri. Kau sudah mempunyaiku sekarang."

Aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Jujur aku sekarang butuh seseorang untuk menemaniku. Aku bosan hidup sendirian terus menerus.

Tapi aku tidak mengenalnya. Aku sedikit takut dengannya.

Dia membalikkan tubuhku.

Sekarang mukanya dan muka ku berhadapan.

Dia membelai rambut panjangku.

"Kamu tahu. Sejak kecil aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan sekarang yang aku mau hanyalah kamu. Dan aku senang sekarang kau sudah jadi milik ku. Aku akan membahagiakan mu."

"Aku tidak tahu harus berkata apa."

"Kamu tak harus mengucapkan apa-apa. Cukup selalu bersamaku. Dan selalu menurut apa yang aku katakan."

"Aku bukan anjingmu Deson."

"Memang bukan." Dia tersenyum miring dan mencium bibir ku.

Huaaa... aku berusaha mendorongnya.

Tapi dia begitu kuat.

Aku terus memberontak. Tapi ciumananya semakin kuat.

Sepertinya usahaku akan sia-sia.

Aku pun mulai lelah dan mulai membiarkan dia menciumku.

Ciumannya mulai lembut dan hangat. Aku mulai terbuai dan membalas ciumannya.

Mataku terpejam.

Kurasakan  hembusan angin sore semakin mendukungku untuk menikmati permainan bibir ini.

Tangannya melingkar di punggungku.

Dia memiringkan sedikit kepalanya agar kita bisa bernafas.

Oh God.. apakah aku berdosa melakukan ini dengan seseorang yang tak ku kenal.

Aku melingkarkan tanganku di lehernya.

Tapi apa dia melepaskan ciuman kita.

Kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?

Aku memasang muka heran ku.

Dia tersenyum dan menggendongku masuk kedalam kamar.

Dia menidurkan ku diatas ranjang.

Apa yang akan dia lakukan?

Jangan-jangan.

Oh tidak aku belum siap.

Tapi aku masih ingin berciuman dengannya.

Dia menciumku pelan dan aku membalasnya.

Tapi dia menarik bibirnya lagi.

What? Again? Apa dia hanya ingin mempermain kan ku?

Dia tersenyum dan keluar kamar begitu saja meninggalkan aku di atas ranjang dengan sejuta kebingungan.

Huaaa ternyata dia hanya ingin mempermainkanku. Sial.

Be An Demon (Completed 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang