3. Tak Terlihat

2.9K 165 7
                                    

"Aku takut jika semua harapan yang aku bangun hanya akan menjadi sebuah mimpi belaka, yang ku tahu tak akan pernah menjadi nyata, dan hanya rasa sakit yang akan tersisa."

-L U N A Y L A-

*******

"LUNA!"

Luna terlonjak kaget mendengar teriakan itu, gadis itu mengelus-elus dadanya berharap tidak terjadi sesuatu pada jantungnya. Luna mendelik kesal pada Ana yang tadi berteriak. "Lo mau bikin gue jantungan yah?." Tanya Luna sinis, kemudian kembali menekuni aktifitasnya yaitu melipat doboknya yang baru saja ia lepas sehabis latihan.

Ana hanya bisa cengengesan melihat kekesalan sahabatnya itu " Sorry kali, Abisnya gue kesel tau gak sama lo! " Kali ini gantian Ana yang menampilkan ekspresi kesalnya.

Setelah memasukkan baju itu ke dalam tasnya, Luna menoleh ke arah Ana yang menampilkan tampang kesalnya " Emang gue salah apa?" tanya Luna dengan kening yang berkerut bingung.

"Pake nanya lagi! Gue tuh udah nunggu lo sejam di tempat biasa sampe jamuran tau gak." Ucap Ana menggebu-gebu saat mengingat kembali tujuan utumanya menghampiri cewek itu.

Memang sudah menjadi kebiasaan mereka untuk melihat anak Futsal dari atas lantai dua, tempat dimana mereka bisa dengan leluasa memperhatikan mereka tanpa takut ketahuan. Namun, karena Luna harus menghafal beberapa gerakan untuk persiapan Kenaikan Tingkatnya menjadi sabuk Merah ia terpaksa harus latihan lebih lama dari biasanya.

"Sorry, tadi gue harus latihan lebih lama buat ngehafal beberapa gerakan" Ucap Luna sambil menampilkan raut menyesalnya.

Ana mencibir " Terus kenapa lo gak ngasih tau gue? Lo bisakan ngechat gue supaya gak usah nunggu disitu kayak orang gila."

Luna menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia benar-benar lupa untuk memberi tau sahabatnya itu karena terlalu fokus latihan "Hehehe, gue lupa." ucap Luna sambil cengengesan.

Ana memutar bola matanya malas "Dasar! Awas aja kalau lo ngulangin lagi! Sekarang ayo ke kantin, lo harus traktir gue." Putusnya, kemudian menarik tangan Luna. Luna yang kaget langsung menarik tasnya yang ada dimeja dan menyampirkannya di bahu.

"Lah, kok gue yang traktir sih?." tanya Luna tak terima.

"Yaiyalah, ini tuh sebagai bentuk tanggung jawab lo karena udah ngebuat cewek cantik membahana kayak gue nunggu sendiri, berasa jomblo tau gak! " Ucap Ana sewot.

"Yee, bilang aja lo gak punya duit! Lagian lo kan emang jomblo kali." Luna menoyor kepala Ana dan menatapnya sinis.

Mereka memasuki kawasan kantin yang ramai akan siswa-siswi yang mungkin baru saja selesai latihan ekskul mereka masing-masing. Kedua gadis itu melangkah ke arah tempat duduk yang kosong. "Lo mau pesen apa?" tanya Ana.

"Gue mau makan Bakso aja, gak pake Mie pake bakso urat terus minumnya Es Teh aja." Jawab Luna. Ana mengangguk dan berjalan meninggalkan Luna menuju Stand milik Mbak Hera, sang penjual bakso dan Mie ayam langganan mereka.

Luna memainkan I-pad yang sengaja ia bawa dan menyumbat telinganya menggunakan headset yang telah ia sambungkan ke I-padnya Sambil menunggu Ana kembali, yang dapat di pastikan bakalan lama melihat antrian yang begitu panjang.

Luna membuka aplikasi Youtube dan memutar salah satu Vidio Offlinenya. Lagu Big-bang yang berjudul Fxxk it mengalun di telinganya, membuat Luna sesekali melantunkan lirik yang berbahasa Korea itu dengan kepala yang bergerak seirama dengan musik.

Saking seriusnya ia melihat vidio yang ada di I-padnya hingga ia tak sadar jika ada beberapa orang yang saat ini menempati tempat yang sama dengannya. Luna baru sadar saat merasakan seseorang menepuk bahunya, Cewek itu terkejut mendapati beberapa Siswa telah duduk dibangku yang sama denganya, dan yang paling membuat Luna shock adalah Aldo duduk tepat disampingnya dan baru saja menepuk bahunya!. Rasanya Luna ingin pingsan saja.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang