10. Menunggu itu membosankan

1.9K 124 7
                                    

"Aku dan harapanku kini telah hilang bersama dirimu yang menjauh"

*****

Menunggu adalah salah satu hal yang paling Luna tidak suka, menunggu itu membosankan. Karena itu, ia sangat kesal saat di suruh menunggu gilirannya tampil yang entah kapan, terlebih lagi pertandingannya baru saja di mulai dan dirinya mendapat nomor urut 23. Dia mungkin harus menunggu hampir selama dua jam. Jika saja Ana tidak ada di sampingnya, Luna pasti lebih memilih ke kantin dari pada harus berada di Aula yang di padati oleh Siswa-siswi yang ingin melihat pertandingan Akustik.

"An, kita keluar aja yuk?" Rengek Luna sambil menatap Ana memohon. Ia benar-benar akan mati ke bosanan jika berada di dalam terlalu lama.

Ana menggeleng-gelengkan kepalanya tak terbantahkan "Gak, gimana kalau lo di diskualifikasi? Bisa-bisa kelas kita bakal kalah lagi." Putusnya final "Lagian, lo nikmatin aja kali acaranya. Di jamin lo gak bakalan bosan." Lanjutnya, kemudian mengarahkan pandangannya ke arah panggung, dimana seorang perempuan anak kelas XI sedang menyanyikan sebuah lagu yang sedang ngetrend saat ini, Surat Cinta untuk Starla.

Luna mendengus kesal, ia melipat tangannya di depan dada dan mengarahkan pandangannya itu kedepan. Dalam hati ia merutuki kebodohannya yang terlalu cepat datang ke sekolah, padahal dia sudah tau kalau acaranya baru akan di mulai pukul 9 dan dia berada di nomor urut 23. Ini semua karena dirinya yang terlalu semangat untuk menyaksikan pertandingan Final Futsal, dan pada akhirnya Luna tidak dapat menyaksikan pertandingan itu karena sudah lebih dulu di seret oleh Ana menuju aula untuk latihan.

Luna melirik gitarnya yang tergeletak begitu saja di sampingnya. Dua hari terakhir ini, Luna di sibukkan untuk latihan bernyanyi. Dua hari terakhir ini, Luna juga belum melihat keberadaan Aldo. Mereka belum pernah bertemu setelah kejadian di Uks waktu itu.

Cewek itu menghentak-hentakkan kakinya di lantai karena bosan. Sebuah senyuman terbit di wajahnya saat sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala cantiknya. Ia melirik ke arah Ana yang terlihat begitu menghayati lagu yang dinyanyikan adik kelas mereka itu, bahkan sahabatnya itu ikut menyanyikan bait demi bait lagu tersebut. Luna menusuk bahu Ana menggunakan telunjuknya, tak ada respon. Ana mengacuhkan Luna dan malah menutup matanya dan menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan menghayati. Dengan kesal Luna mencubit bahu Ana, membuat cewek itu meringis kesakitan sambil mengusap-usap bahunya. "Kok lo nyubit gue sih?!" Tanya Ana sebal.

Luna mendengus "Gue mau keluar bentar" Luna mengambil gitarnya "Mau latihan" Lanjutnya saat Ana terlihat ingin melarangnya.

Ana terdiam sejenak, namun sedetik kemudian ia mengangguk pasrah. "Tapi, sebentar aja yah? Jangan sampai lo di diskualifikasi." Ana menunjuk Luna sambil memicingkan matanya mengancam.

Memutar bola matanya malas, Luna  kemudian bangkit dari duduknya dan melenggang pergi tanpa menjawab pertanyaan cewek itu, membuat Ana berdecak kesal melihat kelakuan sahabatnya itu, ia hanya bisa berharap jika Luna menuruti ucapannya untuk cepat-cepat kembali.

*****

Luna duduk di bangku yang terbuat dari semen yang tidak jauh dari lapangan, bangku itu berbentuk persegi dengan sebuah pohon yang cukup rindang di tengah-tengahnya. Biasanya jika sedang malas untuk kelantai dua, Luna akan memperhatikan Aldo yang sedang latihan futsal dari tempatnya duduk. Luna meminum Pop ice yang sebelumnya sudah dia beli di kantin bersama beberapa makanan ringan, matanya tertuju ke tengah lapangan dimana sedang di adakan pertandingan  balap karung. Luna tertawa saat melihat salah satu peserta melompat tetapi karungnya malah terlepas, alhasil Peserta laki-laki itu kembali mengulang dari awal dan meloncat secepat yang dia bisa. Sayang sekali karena saat pertandingan balap karung kemarin kelasnya sudah kalah duluan di babak pertama.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang