12. Khayalan

1.7K 114 4
                                    

 Sampai saat ini aku masih belum mengerti, Mengapa hati ini dengan bodohnya rela di lukai berulang kali oleh mu?

******

Aldo keluar dari dalam kamarnya dengan pakaian sekolah yang sudah lengkap. Raut wajah cowok itu terlihat begitu dingin. Apalagi saat dirinya berjalan melewati ruang makan dimana seluruh keluarganya sedang berkumpul.

"Aldo? Kaukah itu Nak?" Aldo berhenti melangkah, ia mendengus mendengar suara wanita yang sama sekali tak ingin ia dengar.

"Kak Aldo, ayo sini makan!." Cowok itu menghela nafas panjang, berusaha untuk mengendalikan dirinya. Jika bukn karena adiknya, ia tak akan sudi untuk menginjakkan kakinya lagi dirumah itu dan melihat wajah-wajah egois yang telah merusak kehidupan bahagianya.

Aldo membalik badannya dan menatap wajah adiknya dengan senyuman hangat. "Kak Aldo udah telat nih dek, jadi gak bisa nemenin kamu makan deh" Terangnya memberi alasan. Ia tak bisa berlama-lama berada di satu tempat dengan orang-orang memuakkan itu.

Sedangkan seorang wanita yang tadi memanggil Aldo yang tak lain adalah Mama Aldo, hanya bisa memasang raut wajah kecewanya. Ia ingin sekali memeluk Putra semata wayangnya itu. Namun apa daya, dirinya cukup tau diri untuk tidak memaksa anaknya itu untuk bersikap seperti biasanya. Karena semuanya memang sudah tidak seperti dulu.

"Aldo, duduk dulu sarapan. Ini juga baru jam 6, kamu tega liat wajah kecewa adik kamu?" Kali ini seorang pria yang sedari tadi hanya diam membaca koran yang mengangkat suaranya.

Aldo mengangkat satu alisnya, kemudian ia tersenyum sinis. Rasanya ia ingin sekali memberikan cermin dihadapan pria itu agar ia sadar siapa sebenarnya yang membuat adiknya kecewa?. "Apakah Anda tidak keliru Pak Panji? Bukankah Anda dan istri Anda yang membuat adik saya kecewa dengan pergi bersama selingkuhan kalian masing-masing sampai lupa dengan anaknya? Lucu sekali ucapan Anda" Ucapnya sinis dan menekankan kata 'istri' dan 'selingkuhan'.

Alicia dan mama Aldo -Monica- hanya bisa diam mendengar perdebatan mereka. Sedangkan Panji yang memang memiliki tempramen yang buruk langsung membanting koran yang ia baca di meja membuat kedua perempuan itu terlonjak kaget.

Panji berdiri dari duduknya dan menatap tajam ke arah anaknya itu. "Jaga ucapan mu Aldo! Saya ini adalah orangtua kamu! Apa pantas kamu mengucapkan kata-kata seperti itu?!" Bentaknya marah.

Lagi-lagi senyuman sinis kembali terbit di wajah Aldo, kekesalannya yang telah ia tumpuk sejak lama kini telah menguap ke permukaan "Orangtua?" Aldo mengangkat sebelah alisnya "Cih, Apakah Anda sedang membual Pak Panji? Sudahlah jangan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja setelah semua yang telah kalian lakukan."

"Reonaldo! Jaga ucapanmu! Dasar anak kurang ajar, baru saja kamu menginjakkan kaki dirumah ini kamu sudah membuat keributan!" Bentak Papa Aldo marah.

"Jika saja bukan karena adik saya yang sedang sakit, saya juga tidak sudi berada di tempat ini! Lagipula sejak awal kalianlah yang membuat keributan! Membuat rumah ini lebih layak disebut neraka! Dan satu lagi, Saya tak pernah memiliki orangtua seegois kalian!" Bentak Aldo, meluapkan semua yang ia rasakan. Nafasnya terengah-engah akibat emosi yang begitu besar.

Tak ingin berada lebih lama ditempat terkutuk itu, Aldo segera membalik badannya untuk pergi dari sana. Baru dua langkah Aldo berjalan, cowok itu kembali menghentikan langkahnya."Oh ya, jika kalian memang masih merasa seperti orangtua, tolong luangkan sedikit waktu kalian untuk Alicia. Jangan hanya sibuk mengurusi anak orang lain sampai-sampai melupakan jika kalian masih memiliki anak yang membutuhkan kasih sayang." Ujarnya pedas.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang