15. Seperti Air

1.6K 92 2
                                    

"Dia seperti Air, yang hanya bisa aku rasakan dan sangat mustahil untuk aku genggam"

-Titaniya Wardana-

*

*******

Luna menghempaskan tubuhnya di kasur empuk miliknya, kedua tangannya terlentang sedangkan kakinya menggantung. Perempuan itu menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya. Sebuah senyuman tipis terlihat terukir di bibirnya saat mengingat kembali kejadian di pasar malam ini, apalagi kejadian saat mereka baru saja ingin beranjak pergi.

"Lun, lo tunggu di mobil dulu yah? Ada yang kelupaan soalnya"

Luna berhenti berjalan dan menatap Aldo yang berdiri disampingnya, Ia menganggukkan kepalanya pelan dan kembali melanjutkan langkahnya. Sejenak ia menengok kebelakang dan mendapati Aldo yang berlari-lari kecil dengan kepala yang menengok kesana-sini. Seperti mencari sesuatu.

Tak ingin memikirkannya lebih jauh, Luna lebih memilih mengangkat bahunya acuh dan berjalan ke arah mobil Aldo. Sesekali ia menusuk siomay yang berada di tangannya kemudian ia masukkan ke mulutnya. Hanya itu kegiatan yang ia lakukan bahkan sampai Aldo kembali.

"Udah dapat?" Tanya Luna sambil membuang bungkus siomaynya ketempat sampah yang berada disamping mobil.

Aldo menganggukkan kepalanya singkat dan duduk di depan kemudinya. "Kita pulang sekarang atau lo masih mau ke tempat lain?."

"Yah kali, kita masih ke tempat lain! Udah Jam sembilan nih, bisa-bisa gue dicincang-cincang sama Mama!" Luna melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Aldo terkekeh geli, ekspresi takut Luna terlihat begitu lucu dimatanya. Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya.

Suara ketukan jari Luna di pahanya mengisi suasana sunyi mereka, Luna tidak suka mereka seperti ini setelah hubungan mereka yang mungkin kini kian dekat. "Emmm, Al?"

Sejenak Aldo menoleh ke arah Luna saat mendengar suara Luna yang terlihat ragu. "Apa? Kalau lo mau nanya, ya nanya aja. Gak usah takut-takut gitu" Ucap Aldo di sertai kekehan gelinya.

"Cita-cita lo apasih?" Pertanyaan konyol yang tiba-tiba saja keluar dari mukit Luna, bukan itu yang ingin ia tanyakan. Jika tentang cita-cita Luna juga sudah tau!. Ah,bodoh!.

"Dokter Psikologi"

Hah? Luna tidak salah dengarkan? Jadi, cita-cita Aldo yang katanya ingin menjadi pilot itu palsu?.

"Bukannya lo mau jadi pilot? Ah, maksudnya gue pernah denger lo pengen jadi pilot dari Ana" Luna merutuki mulutnya yang telah salah mengambil kata-kata tadi, bagaimana jika Aldo sampai tahu kalau dirinya seringkali mencari informasi tentang lelaki itu? Atau yang paling parahnya Aldo sampai tahu kalau selama ini ia menyukai cowok itu diam-diam, bisa saja Aldo menjahuinya dan tak ingin mengenal dirinya lagi. Luna menggeleng-gelengkan kepalanya saat, mengenyahkan semua fikiran buruknya.

"Itu dulu, waktu gue masih Smp. Tapi, sekarang gue berniat untuk jadi dokter psikologi" Luna menghela nafas lega karena sepertinya Aldo tidak curiga. "Gue pengen tau bagaimana kondisi batin orang lain dan membantu untuk menyembuhkannya."

Perkataan Aldo berhasil membuatnya tersenyum. "Bagus dong, kalau gue sih pengen jadi Arsitek. Supaya gue bisa ngerancang rumah masa depan gue sendiri" Ucap Luna dengan mata berbinar, sedari dulu dia memang ingin sekali menjadi Arsitek.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang