7. Bersamanya

2.1K 137 10
                                    

Chapter 7. Bersamanya

"Berhenti jika kamu sudah tak mampu bertahan, berhenti mengharapkan dia yang hanya memberikan rasa sakit"

-L U N A Y L A-

**********

Entah sudah berapa lama motor yang Aldo kendarai melaju, hingga akhirnya mereka berhenti di suatu tempat yang tidak diketahui. Luna turun dari motor kemudian mulai meneliti keadaan sekitar, dari tempat Luna berdiri disepanjang jalan terdapat pohon-pohon lebat dan menjulang, diseberang jalan ada beberapa rumah dengan desain sederhana. Luna tak tahu apa tujuan Aldo mengajaknya ke tempat seperti ini.

"Ayo, kita harus jalan ke dalam."

Luna menoleh menatap Aldo kemudian mengalihkan tatapannya ke arah jalan setapak yang baru diperhatikannya, Luna sedikit mengernyitkan dahinya. "Kita masuk kesana?" katanyanya ragu. Bukannya apa, Luna hanya sedikit ngeri melihat pohon menjulang disetiap sisi jalan setapak.

Melihat ekspresi Luna, Aldo hanya tersenyum. Ia meraih tangan cewek itu dan menariknya untuk berjalan mengikuti jalan setapak. "Gak usah takut, ada gue."

Ucapan yang keluar dari bibir Aldo membuat Luna tertegun, namun dengan cepat ia mengendalikan ekspresinya dan mengikuti langkah kaki Aldo dengan tangannya yang berada digenggaman cowok itu, fakta itu berhasil membuat Luna tersenyum sepanjang jalan.

Ternyata sepanjang jalan, tidaklah semenyeramkan yang Luna bayangkan. Semakin ke dalam Luna merasa suasana disekitar semakin indah, apalagi ditambah fakta bahwa ternyata terdapat danau indah dijalan yang mereka lewati. Berjalan sedikit dari danau, langkah Aldo akhirnya terhenti.

Luna membulatkan matanya terkejut melihat tempat yang sedang mereka kunjungi. Di depannya saat ini terdapat sebuah rumah yang ditopang oleh sebuah pohon dan akar-akar yang mencuat. Rumah itu mungkin setinggi tiga meter dari tanah, dibawahnya terdapat sebuah ayunan, meja dan kursi yang terbuat dari batu alam yang telah dihaluskan dan diukir hingga membuatnya terlihat indah. Rumah pohon itu dikelilingi pagar kayu yang hanya setinggi pinggangnya.

Tanpa sadar Luna mulai melangkahkan kakinya kedalam sana, berdiri tepat dihadapan rumah pohon tersebut.

" Ini rumah pohon adik gue, biasanya setiap weekend kami kesini buat piknik keluarga. Tapi itu dulu, sekarang cuma gue yang sering kesini."

Luna menoleh, menatap Aldo yang berdiri disampingnya sembari menatap kea rah rumah pohon itu. Sekilas, Luna dapat melihat kilatan kesedihan dari tatapan Aldo. Cowok itu terlihat mengenang sesuatu.

" Terus kenapa lo ngajak gue kesini?"

Cowok itu sejenak terdiam, kemudian ia menjawab "Gak tau." Aldo berbalik menatap Luna dengan pandangan yang sulit diartikan. "Yang jelas waktu ngeliat lo, gue jadi ke inget tempat ini."

******

Luna membuka matanya perlahan-lahan, ia mengusap-usap wajahnya dan memandang ke arah sekitar dengan dahi yang mengerut bingung. Luna bangun dari tidurnya, lantas terduduk diatas kasur sederhana, dihadapannya terdapat beberapa boneka, buku, dan beberapa mainan anak perempuan lainnya yang disusun rapi diatas sebuah meja kayu. Di dinding terdapat tempelan kertas-kertas note kecil dan beberapa foto yang Luna tidak kenali, kecuali seorang anak yang kira-kira berusia tiga belas tahun, itu Aldo.

"Lo udah bangun?

Luna menoleh ke arah kanannya, mendapati Aldo yang sedang duduk tidak jauh darinya dengan earphone yang tergantung ditelinganya. Cowok itu menatapnya dengan senyuman yang menjadi favoritnya. " Lo ketiduran di luar, jadi gue bawa masuk kesini."

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang