23. Berbeda

1.6K 110 23
                                    

" Tertawa dikala hati sedang menangis merupakan hal yang paling menyakitkan"

*******

Selama 18 tahun hidupnya, Luna hanya punya beberapa impian. Dan mimpi terbesarnya adalah merancang rumahnya sendiri, rumah yang akan dia tempati kelak bersama keluarga kecilnya. Karena itu, sejak kelas Dua SMP Luna sudah menetapkan mimpinya untuk menempuh pendidikan disalah satu universitas ternama di bidang Arsitektur di Belanda. Ia ingin menjadi seorang Arsitek ternama.

Namun, saat ini entah kenapa sebuah keraguan muncul dihatinya perihal mimpi masa depannya. Padahal kesempatan itu sudah ada didepan mata, bahkan sang Mama sendiri yang menawarkannya. Luna mulai ragu, dan jujur saja salah satu alasan Luna tidak secara langsung menerima tawaran dari sang Mama adalah karena Aldo. Apalagi setelah kejadian malam itu. Ia khawatir, ia takut dirinya tidak akan ada saat Aldo sedang membutuhkannya. Dan lagi, apakah Aldo akan setuju dengan hubungan jarak jauh?. Luna tak begitu yakin.

Menghembuskan nafas kasar, Luna lantas menjatuhkan kepalanya di atas meja, dengan kepala yang menghadap ke arah dinding. Perlahan Luna memejamkan mata berharap dengan begitu semua hal yang membuatnya kacau dapat menghilang. Lagi pula, Luna masih punya waktu dua bulan lagi untuk memutuskan semuanya, memutuskan apa sebenarnya yang paling dia inginkan.

"Luna! Lo di cari tuh."

Monyet. Sepertinya semesta tidak mengijinkannya untuk merasakan ketenangan sebentar saja.

"Siapa?" Mengangkat kepalanya dengan malas,  Luna menatap Mita yang sedang menghapus papan tulis dengan sedikit kesal.

Mita mengarahkan pandangannya ke arah luar kelas, kemudian berbalik menatap Luna "Kayaknya adik kelas deh, Cewek."

Mendengar itu, Luna dengan malas bangkit dari duduknya dan menemui orang yang telah berani mengganggu ketenangannya itu.

"Kak, bisa kumpul bentar gak? Soalnya Sabeum nyuruh anak Taekwondo kumpul. Kayaknya ada yang mau dia bahas."

Luna menatap perempuan berbando biru di hadapannya itu, dia adalah Kinar. Salah satu anak Taekwondo yang sekarang menjabat sebagai sekretaris di Ekskul itu. Luna mulai bertanya-tanya untuk apa Pelatih mereka yang biasanya sangat susah ditemui itu mengadakan pertemuan mendadak seperti ini, Dan lagi bukankah Luna sudah mengajukan izin untuk sementara waktu untuk tidka melakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan Taekwondo, kenapa sekarang ada panggilan mendadak untuknya?.

"Anak kelas tiga yang lain juga disuruh kumpul?" Tanya Luna memastikan.

Kinar menanggukkan kepalanya "Iya, kayaknya Sabeum mau bahas soal pertandingan Bulan depan"

"Bukannya gue udah bilang sama lo, kalau untuk sementara waktu gue gak bisa ngikutin kegiatan apapapun? Lagian sebentar lagi mau ujian nasional, gue udah gak bisa terlalu aktif di Taekwondo." Jelas Luna sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Emang kumpulnya jam berapa?." Tanyanya.

"Pulang sekolah Kak...."

Luna menggaruk dahinya, berusaha mengingat-ingat apakah pulang sekolah nanti ia memiliki kegiatan atau tidak. "Yaudah, nanti gue usahain buat dateng. Tapi gue gak bisa lama yah?"

Kinar menganggukkan kepalanya "Iya, nanti biar Kinar yang bilang sama Sabeum."

"Yaudah, balik ke kelas lo gih. Bentar lagi Bel mau bunyi" Luna melirik jam tangannya dan melemparkan senyumannya ke arah Kinar membuat perempuan yang berbeda satu tahun dengannya itu ikut tersenyum dan pamit untuk kembali ke kelasnya.

Luna masih menatap ke arah Kinar hingga perempuan itu hilang di belokan menuju tangga. Ia kemudian berbalik berniat masuk ke dalam kelasnya dan melanjutkan kegiatannya tadi, berhubung kelasnya sedang free.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang