17. Tembak

1.5K 98 7
                                    

" Ini bukan pertanyaan yang harus kamu jawab, ini pernyataan yang tidak bisa kamu tolak."

-Reonaldo Dirgaham-

*******

"Bukunya mana sih?" Luna menyentuh jejeran buku yang tersusun rapi di atas rak sembari membaca setiap buku itu. Luna berbalik, menghadap rak yang satunya dan kembali melakukan hal yang sama.

"Perasaan waktu itu ada disini deh" Matanya dengan jeli menjelajahi setiap judul buku.

"Nah! Itu dia!" Gumamnya pelan agar tak mengganggu orang lain. Tangan Luna terulur untuk meraih buku itu, ia berjinjit berusaha menggapainya karena buku itu berada di rak yang paling atas, jadi ia cukup susah untuk menggapainya. Luna melompat-lompat pelan, namun sayangnya jarinya hanya bisa menyentuh sedikit bagian dari buku itu.

Luna mendengus kesal ia bertolak pinggang sambil menatap kesal ke arah buku itu "Kenapa bukunya jadi ada disitu sih?" Gerutunya kesal. Sekali lagi, Luna menjulurkan tangannya dengan kaki yang berjinjit berusaha menggapai buku incarannya itu.

Perempuan itu terkejut saat merasakan ada sesuatu yang terasa keras yang menyentuh punggungnya. Dengan cepat Luna membalik tubuhnya, perempuan itu menahan nafas saat melihat dada seseorang yang berbalutkan seragam yang sama dengannya kini berada tepat di depan wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti. Luna mengendus pelan, aroma itu sangat familiar bagi Luna, ia mendongak membuat kedua matanya bertemu dengan pemilik mata sekelam malam yang selama ini menjadi favoritnya. Dia Aldo.

Seakan terbius, Luna hanya terdiam membeku menatap mata itu dengan jantung yang mulia membuat ulah. Hingga suara Aldo berhasil membawanya kedunia nyata kembali.
"Ini buku yang lo mau kan?" Aldo tersenyum segaris menambah tingkat ke tampanan cowok itu dimata Luna, apalagi dengan jarak sedekat ini. Luna bisa lebih jelas menatap setiap inci wajah cowok itu. Seakan baru tersadar, ia mundur selangkah membuat tubuhnya bersandar pada rak buku. Luna menerima buku yang cowok itu berikan dan memeluknya di depan dada, entah mengapa perasaan gugup itu kembali lagi. "M-makasih" Ucapnya kaku sambil menyelipkan helaian rambut panjangnya di belakang telinganya.

"Eh?" Luna melotot melihat Aldo yang maju, kembali mempertipis jarak diantara mereka. Apalagi salah satu tangan cowok itu bertumpu pada rak yang berada tepat disamping wajahnya. Luna merasa terkurung.

"Lo suka gue?"

Luna semakin melotot mendengar pertanyaan yang di ucapkan cowok itu, tangan Luna yang sedang memeluk buku kini mencengkram buku itu dengan sangat erat. Apakah Aldo sudah menyadarinya?.

Luna meneguk ludahnya susah payah, ia berdehem pelan kemudian menjawab dengan gugup "N-ngak, Pede amat lo." Luna terkekeh kaku, berharap dapat mencairkan suasana yang terlihat tidak menguntungkannya.

Cewek itu menahan nafas melihat senyuman miring yang tercetak di bibir Aldo. "Gue udah tau, lo gak usah bohong... " Aldo mundur selangkah dan menarik tangannya yang bertumpu pada rak "Lagian lo gak punya bakat bohong." Cowok itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan memandang ke arah Luna dengan pandangan yang sangat sulit di artikan.

Luna membuang wajahnya yang terasa panas, kenapa tiba-tiba cowok itu datang dan mengucapkan hal semacam itu?. "Gue gak bohong kok... " Gumamnya pelan sambil melirik Aldo sekilas. Kemudian kembali membuang pandangannya, tidak kuat menatap wajah Aldo.

"Mulai sekarang lo jadi pacar gue."

Luna terkejut, dengan cepat ia menatap cowok itu setelah mendengar ucapan yang dengan santainya keluar dari mulut Aldo. "Gue-"

"Ini bukan pertanyaan yang harus kamu jawab, ini pernyataan yang tidak bisa kamu tolak." Potong Aldo, kemudian melenggang pergi dengan santainya. Meninggalkan seorang cewek pemilik nama Lunayla yang sedang terdiam membeku di tempatnya "Pacar? Kamu?" Gumam Luna pada dirinya sendiri, ia terkekeh kaku "Dia lagi ngerjain gue atau apa?"

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang