Extra Part

1.1K 92 13
                                    

"Tangis, luka, dan kecewa adalah tahap awal menuju arti cinta yang sesungguhnya."

*****

"H'mm, gue baru aja nyampe." Perempuan itu menatap perumahan yang ia lewati, sebuah senyum kecil terbil dibibirnya "Gak perlu, gue udah ada di taxi." Ia berdehem mendengar balasan dari seberang sana.

"Udah yah, gue udah nyampe nih. Bye...." Mengakhiri sambungan telefon, ia lantas melirik ke sekitar. Sebuah senyuman terbit dibibirnya melihat bangunan yang sangat dia rindukan.

Membuka pintu mobil, Perempuan itu menghirup udara disekitar dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Ia mengalihkan tatapannya, menatap sang supir taxi yang menurunkan kopernya tepat disampinganya. Merogoh tasnya, mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada sang supir taxi. "Makasih yah Pak...."

Pria paruh baya itu tersenyum sopan "Sama-sama Neng...." balasnya, kemudian kembali kedalam taxi dan melaju pergi.

Perempuan itu mengambil kopernya, menatap rumah yang ia rindukan dengan senyum penuh semangat, tidak sabar untuk memberi kejutan pada sang pemilik.

Setelah empat tahun lamanya, ia akhirnya kembali. Dirinya yang sekrang, tidaklah lagi seperti yang dimasa lalu. Ia telah bangkit, menyembuhkan luka dihatinya setelah empat tahun bersembunyi.

Yah, perempuan itu tak lain adalah Lunayla Anastasya. Selama empat tahun di Belanda, Luna telah menjadi sesosok perempuan dewasa yang mempesona. Tak ada lagi jejak-jejak seorang cewek remaja yang dirundung kesedihan, ia telah belajar menjadi dewasa.

Luna telah kembali, telah sepenuhnya siap berdiri dihadapan dia lagi. Sesuai janjinya pada cowok itu, yah walaupun ia tak yakin jika cowok itu masih bersedia menunggunya.

Menarik kopernya, Luna melangkah masuk ke dalam rumahnya yang dapat ia pastikan kosong karena sang Mama sampai sekarang masih sibuk seperti empat tahun yang lalu.

******

"AKH! I MISS YOU SO MUCH!"

Luna tertawa, membalas pelukan Mita yang begitu erat di tubuhnya. "Apa kabar?"

"Woi udah! Duduk dulu yuk, kita diliatin nih dari tadi." Sari berkata sembari melemparkan senyum kaku pada orang-orang yang menatap ke arah mereka.

Mita melepas pelukannya, berdehem canggung. Ia mengambil tempat duduk di samping Sari.

Luna tersenyum, ikut mengambil tempat duduk disamping perempuan yang sejak tadi hanya diam sejak kedatangannya. Luna menoleh, menatap perempuan yang terlihat tidak nyaman itu dengan senyuman yang terbit dibibirnya "Hai An, udah lama yah? Apa kabar?" Luna bertanya santai, seolah-olah kejadian dimasa lalu tak pernah terjadi dan Ana masihlah sahabat terbaiknya.

Ana terdiam, tertegun melihat senyuman tanpa beban sahabatnya. Ah, apakah ia masih layak disebut sahabat? Ana tersenyum miris, ia menghembuskan nafas panjang dan menatap Luna penuh penyesalan "Lun, sorry...."

"Udah gue maafin, lagi pula setelah gue fikir-fikir lo gak pernah berbuat sesuatu yang nyakitin gue. Guenya aja yang egois dan nyalahin lo...." Luna marik bahu Ana, memeluk sahabatnya itu dengan erat.

Tertegun sejenak, Ana mulai membalas pelukan Luna. Terisak pelan dibahu sahabat terbaik yanh pernah dimilikinya itu. "Makasih, gue kira lo gak akan pernah mau ketemu gue lagi. Gue kangen banget sama lo...."

Luna tersenyum, menghapus sebutir air mata yang turun membasahi pipinya. Ia berdehem, melepaskan pelukan mereka dan menatap Ana dengan senyum jenaka. "Gue denger lo udah tunangan sama Fian, udah siap nikah lo?"

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang