2. Sang Bulan

3.2K 186 0
                                    

"Aku hanyalah salah satu Bintang yang mengagumi sosok Sang Bulan... "

-L U N A Y L A-

*******

Sudah hampir Satu jam Luna berada di perpustakaan dengan beberapa buku Matematika yang cukup tebal menemaninya, Cewek itu sudah hampir selesai menuliskan segala rumus yang dia dapatkan, dan rasanya tangan Luna sebentar lagi akan mati rasa karena terlalu banyak rumus yang dia tulis.

"Astaga...tangan gue pegel banget." Keluhnya sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya, Luna merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Luna kembali memperatikan buku tulisnya yang sudah banyak dengan rumus-rumus yang seakan mampu memecahkan kepalanya. "Segini cukup kali yah?" tanya Luna pada dirinya sendiri. Cewek itu membuka lembaran-lembaran bukunya kembali untuk memastikan tak ada kesalahan karena Luna tak ingin menjadi mangsa Pak Rifan untuk yang ke dua kalinya.

Luna berdiri dari duduknya lalu mengambil semua buku matematika yang tadi ia gunakan untuk dikembalikan karena Luna sudah selesai menjalankan hukumannya, ia menaruh buku itu di tempat semula lalu kembali lagi ketempat duduknya tadi untuk mengambil buku tulisnya.

Saat Luna melewati salah satu rak, langkahnya seketika terhenti. Kini tatapan matanya tertuju pada salah satu buku yang ada dirak itu, Luna berjalan kearah buku itu lalu mengambilnya.

"Bintang dan Filosofinya" Luna tersenyum setelah membaca judul buku Itu.

Luna sangat suka berbagai Hal yang berhubungan dengan Bintang, karena menurutnya banyak hal yang dapat dipelajari dari Bintang. Entah itu untuk kehidupan ataupun pengetahuan. Ia membatalkan niatnya untuk keluar dari perpustakaan dan malah kembali duduk disalah satu tempat yang cukup nyaman menurutnya.

Luna membuka halaman pertama dan terlihat sebuah gambar Bintang yang berhamburan diatas langit malam

Dari penglihatan mu ia tak selalu muncul disetiap malam.

Dari penglihatan mu ia hanya setitik terang.

Yang tak kau tahu dia selalu disana.

Bahkan ketika kau tak melihat terangnya.

Ia memunculkan diri agar kau tahu bahwa dia selalu disana, tak pernah berpindah.

Ia terlihat dari jauh, hanya untuk memberikan gambaran Indah tentang langit yang kau miliki.

Walaupun ada Bulan didepan mata mu.

Bintang itu selalu ada. Selalu terang, tak pernah pergi jauh dari malam.

Ia selalu berdampingan dengan malam, tanpa kau ketahui.

Coba kau lihat perlahan, ia tak pernah hilang, ia masih ditempat yang sama.

Menunggu ditempat yang sama, memberikan cahaya ketika malam mu terlalu gelap.

Luna menyelesaikan bacaannya karena bel tanda pergantian pelajaran telah berbunyi. Dia cepat-cepat berdiri dari duduknya lalu menyimpan buku itu di tempatnya semula dan melesat pergi dari perpustakaan, karena pelajaran selanjutnya adalah Fisika dan gurunya itu tak kalah menakutkan dari Pak Rifan, bahkan mungkin lebih killer dari Pak Rifan!.

Luna berlari dengan cepat menuju ke kelasnya, mungkin karena terlalu cepat berlari dan tak melihat kea rah sekiranya ia jadi tak sengaja menabrak seseorang.

[SOL 1]Lunayla -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang