oh iya, novel ini akan datang lagi lima puluh set besok, semoga tidak ada kendala. Pengiriman dilakukan melalui kota jogjakarta.
Bagi teman-teman yang ingin memesan, hanya dijual set seharga 215 rb rupiah, ( berisi : bulir cinta dwi renda, ballonis, lanjutan extra 10 bab bertekuk lutut ) gratis ongkir untuk wilayah jawa saja. diluar jawa subsidi 15 ribu perpaket.
silahkan hubungi saya di line dengan id : emeradlthahir
oh iya, saya baru saja meng upload versi revisi di part 12 di cerita bertekuk lutut. disana, kalian akan tahu dimana beda buku yang lama dan versi revisi.
_____
"Ini sudah orang terakhir yang kita wawancara. Aku tertarik dengan cara Gema Larasati berbicara, bahasa tubuh dan geraknya mampu meyakinkan kita. Tak perlu ungkapan kata," ucap Yuyun mulai membahas hasil penilaian.
"Aku juga sepakat. Pengalamannya waktu kuliah, dibidang jurnalis lumayan. Dan ini tempat pertama ia bekerja. Aku sangat menolak orang yang pernah bekerja di stasiun TV lain atau yang pernah dipecat, cara dia berbicara mengingatkanku saat mbak Yuyun membawakan berita." Pandu, memberikan pandangannya.
Yuyun tersenyum malu-malu mendapatkan pujian dari Pandu. "Ah, bisa aja kamu, Ndu. Eh, maunya kita panggil Juan juga, karena dia yang bakal berpasangan dengan pembawa berita yang baru ini menggantikan Rara."
"Aku kok lebih suka Niken ya, Bang? Itu, lho...ngomongnya lembut banget dan tak lupa senyumannya bikin aku kebat kebit, yang nonton juga pasti nggak berhenti liat tivi." Satya tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi-gigi putih ala iklan di tivi.
"Sinting lu ya. Niken nggak ada masuknya dalam list. Kalau nyari foto model atau iklan, atau acara gosip bisa kita panggil Niken."
"Kan saran saja kubilang Bar, kenapa tak ada canda-canda sedikitlah dalam mulut kau itu. Mungkin saja Niken bisa mendampingi Cinta bawain program olahraga."
"Sudah-sudah. Sekarang Wisan sedang melihat ulang sesi wawancara, biar membantu memberikan penilaian. Mungkin beberapa menit lagi dia bergabung dengan kita."
"Seriusan, Bang? Wisan sudah di sini?"
"Iya. Katanya pesawatnya baru tiba tadi pagi. Terus langsung ke sini." Panji bergumam sembari melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 siang lewat.
"Kalau aku sih, lebih tertarik dengan peserta kelima ya. Dia cukup berani dan lugas dalam menyampaikan pandangannya, pengalaman di dunia jurnalis juga ada, meski pernah dipecat. Setiap ucapannya mengajak kita berfikir."
"Terlalu sederhana dia Bar, nggak tampil maksimal menurut aku."
"Dandanan, kayak tante-tante gitu kau suka? Lipstik merah menyala? Mata genit kayak wanita murahan?" sanggah Barry menantang, mencoba membela hasil penilaiannya.
Panji tak bersuara. Percuma. Keputusan akhir memang berada di tangan Wisan. Seleksi ini hanya kedok, demi meminimalisir titipan orang-orang yang tak diketahui motifnya. Memang mereka membutuhkan pembawa berita utama. Tetapi sebenarnya, konsep acara yang bernama "Ruang Publik" sudah tersedia dan tinggal dijalankan. Dan Wisan memilih Barry yang bertanggung jawab serta memilih tim sendiri yang nantinya akan ada dalam acara ini. Mulai dari kru serta kameramen dan orang-orang yang terlibat. Hanya Barry belum diberitahu hingga pembawa acara ini terpilih.
***
"Siapapun yang terpilih, yang jelas kita sudah mengusahakan yang terbaik," ucap Gema, salah seorang peserta audisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulir cinta Dwi Renda
RomanceDwi sasono amran. Berbeda dengan kakaknya eka perwira amran. Dwi Pria ramah, perhatian, teduh, penuh kasih sayang dan sungguh menjadi daya tarik tersendiri bagi wanita disekelilingnya.Dia seolah tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Baginya dunia te...