Bab 2 "dam dam dudi damdam

11K 862 16
                                    

Kalau yang baru saja kudengar adalah suaranya, maka suaranya berhasil membuat degup jantungku berdetak 2 kali lebih cepat dari yang seharusnya.

"Kau nyanyikan dua lagu dengan mic ini". Ulangnya.

Aku hanya menyadari tengah berada dalam situasi tak bagus, mataku berkedip beberapa kali seolah memastikan aku sedang tidak bermimpi mengalaminya. alam sadarku sudah sepenuhnya pulih akibat suara nya. Kami sama-sama berdiri dan bergerak menuju panggung ketika dia menyerahkan mic itu padaku. Dengan takut-takut kuhadapkan wajah padanya.

"Maaf suaraku, kurang bagus kak". Ucapku setengah berbisik, agar tak terdengar beratus pasang mata yang kini sedang menatapku seolah menunggu. bahkan untuk berbicara dan bergrasak grusukpun mereka tak berani merespon keadaanku. Takut peristiwa serupa menimpa mereka mungkin. Aku makin merutuk dalam hati menyesali keadaanku.

"Menyanyilah, itu yang kuperintahkan". Ia berucap tanpa memandangku, untung saja. Aku juga tak berani beradu tatap dengannya dari jarak sedekat ini.

Kemudian dengan keberanian yang tersisisa aku menyanyikan mars kampusku dan himne kemahasiswaan yang baru beberapa hari lalu kuhapal. Hasil nya tak buruk tak ada yang komplain apalagi tertawa setelah aku bernyanyi. Sempat kulirik orang disampingku yang hanya sibuk membolak- balik buku yang dipegangnya. Luar biasa keadaanku saat ini. Kuberikan mic itu padanya tanda bahwa aku sudah selesai. Lalu kedengar lagi dia bersuara.

"Lain kali kalau kau ingin tidur saat aku yang membawakan materi, silahkan keluar dari ruangan. Aku tidak pernah memaksa siapapun untuk mendengar materiku, dua hari lagi kau harus membuat kajian filsafat dan mengenai ideologi ketuhanan, rangkum semua materi yang saya berikan menggunakan tulisan tangan. Minimal 5000 ribu kata. Pastikan kau menguasai semua materi dan kaitkan semua pembahasan yang kau buat dengan menggunakan dua elemen. Kebangsaan dan keilmuan".

Aku hanya bisa menggigit bibirku. Tak kusangka akibat tidurku ini membawaku menemui tugas yang berat. Bagaimana mungkin aku yang masih murid baru mencoba memahami dengan ceoat semua materi ospek ini.

"Kau paham?"

"I..ii..iya kak paham". Aku menganguk dan segera berjalan dengan langkah dibuat seolah tenang menuruni panggung. Padahal didalam hati aku meringis karena malu luar biasa akibat peristiwa ini. Orang yang diam-diam kusukai bahkan yang memberiku hukuman berat ini. Entah bagaimana harus kukerjakan semua tugas-tugas yang kumiliki. Aku kembali menduduki tempat yang kutinggali tadi sembari melihat wajah perihatin dari teman-teman wanita disekitarku. Yah aki tahu hidupku yang sebenarnya akan kulewati dikampus ini.

Beberapa saat aku terdiam, karna mendengar pengumuman panitia yang berdiri disebelah pria yang kukagumi. Dia nampak mengumumkan menemukan sebuah amplop coklat kecil yang telah dibentuk dengan cantik. Aku hanya membelalakkan mata ketika kuketahui surat itu adalah milikku. Aku yang menulisnya. Dan buruknya aku menulis dengan jelas bahwa surat itu diperuntukkan untuk Dwi sasono amran.

Tertekan itulah yang kurasakan saat dengan senyum menggodanya sang panitia meminta ijin untuk membacanya saat itu juga. Kurasakan riuh bergemuruh sorakan teman-teman karna menertawai siapa yang dengan percaya diri menuliskan surat cinta itu.

Sial.sial.aku memang tak sengaja membawanya di tas. Yang aku ingat aku membawa banyak perlengkapan ospek ditas. Sebelum masuk ruangan aku sempat membeli minuman ringan dikantin fakultas. Mungkin saat akan mengeluarkan atau menyimpan kembali dompet lah surat itu jatuh. Matilah aku.

Kulihat pria itu mengambil surat dari tangan panitia dan mulai membacanya. Dia terlihat berfikir sejenak saat mulai membacakan surat itu dengan mic yang dipegangnya. Oh tuhan..aku memilih dikubur hidup-hidup saja. Batinku.

Tak ada yang menyamaimu
Menyamai gurat-gurat diwajahmu
Menyamai ekspresi mu.
Damai.
Itu yang kurasakan saat menatap wajahmu
Selongsong peluru seakan tak mampu mengusik
Mengusik sibukku tatap matamu
Mengusik perhatianku yang selalu menikmati gerak tubuhmu
Mengusik senyumku yang tak pernah hentinya mengukir karena hadirmu

Kau simbol dari sempurnanya ciptaan tuhan
Tak ada kata yang mampu melengkapi utuhnya ekspektasi tentang dirimu.
Dirimu yang yang hadir mengisi mimpiku
Membawaku dalam semai,ingin menuai indah bersamamu
Kau sosok lelaki yang padamu kegantungkan harapanku.

Dariku
PH.

Aku ingin sekali berhenti bernafas saat itu juga, saat surat itu selesai dibacanya dia tampak menganguk dan membaca sekali lagi isi surat itu. Para panitia mengerubungi aula itu. Ramai sesak saat mereka mendekatinya karena ingin melihat sendiri apakah memang seperti itu isi suratnya.

Bisakah aku menghilang saja dari dunia ini?

Bulir cinta Dwi RendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang