Kebetulan yang mencengangkan 2

1.1K 65 11
                                    

Renda tersenyum kaku. Semua mata entah mengapa tertuju padanya.

“Acara seperti apa, yang akan saya bawakan?” “Konsep acara ini adalah, mengundang tokoh-tokoh yang terkenal. Apakah dari dunia pendidikan, politisi, dan pejabat negara, memberikan mereka pertanyaan seputar  masalah apa yang membuat nama mereka menjadi topik pembicaraan yang hangat saat itu. Sambungkan dengan komentar masyarakat serta   temuan-temuan yang kita dapatkan. Orang yang memiliki kuasa juga penting, karena kekuasaan selalu menciptakan konflik. Konflik selalu menarik untuk dikaji. Akan ada kru khusus yang bekerja untuk mencari berita. Kamu harus fokus bagaimana membawakan acara

itu sehingga bisa lebih dari sekedar hidup”.


Ini gila, memang dahulu ia selalu meminta diberikan sesuatu yang  sangat menantang. Sebagai seorang jurnalis, meliput berita secara langsung dan melaporkan sebuah peristiwa dari tempat kejadian merupakan kebahagiaan tersendiri. Semangatnya tiba-tiba membuncah.


“Apakah aku memiliki pilihan?”.


Tanpa banyak bicara, Wisan menunjuk sebuah map yang berisikan kontrak yang telah ditanda tangani Renda, di bagian Humas tadi.


“Sore ini kita harus mulai shooting dan pengambilan gambar. Sebagai icon, wajahmu akan terpampang disemua media,  baik cetak, online maupun elektronik.  Dan  Aku mengubah  nama acara  ini, “Merenda  Negeriku.” Ini kata yang  pas, menggambarkan sentra keseluruhan  tema”.


Barry mengatur kursinya agar sejajar dengan Pandu. Satya melongo  bagaimana hal sepenting itu bisa berubah cepat  dalam jangkauan  Wisan. Hanya dalam hitungan menit. Panji berdehem, entah mengapa ada atmosfir lain yang tiba-tiba mengelilingi ruangan itu.


Tidak ada satupun dari Barry, Panji, Pandu, ataupun Yuyun yang  berkomentar. Suasana hening, hingga Wisan, mengangkat wajah dan memandang wajah teman- temanya meminta dukungan.


“Bagaimana, Bang? Teman-teman? “Merenda Negeriku” Aku baru saja menggantinya.”


“Skarepmu Wisan, Wong punyamu,” singgung Yuyun.


Panji mengangkat wajah, memandang Renda dengan pandangan menilai. “Idemu brilian. Mengaitkan nama pemandu acara dengan acara itu sendiri sangat jarang terjadi. Tinggal pengemasan, serta desain  konsep yang matang. Para kru dan editor harus maksimal. Barry bisa segera memimpin tim  ini, agar  persiapan maksimal.”ungkap  Panji dengan mata menatap kepada Renda, seakan meminta persetujuan. “Apakah ada yang tidak membuatmu nyaman?” sambung Panji lagi.


Wisan tidak memperdulikan Panji yang mulai cemas akan ketidaksiapan Renda.


“Baiklah Barr, segera temui Deris dan make up artis. Semua perangkat untuk acara ini, ada pada Deris dan ajak Renda bersamamu.”


Barry menganguk dan segera  mengarahkan Renda agar mengikutinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulir cinta Dwi RendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang