Selamat

9.3K 705 24
                                    

"Cobalah untuk gemakan surat yang kau tulis ini". Ucap nya saat kulihat matanya mengidentifikasi mayang dengan lebih teliti.

Dapat ku lihat ekspresi terkejut mayang saat mendengar instruksi dari nya. Bisik-bisik makin menjadi-jadi diseluruh penjuru ruangan ini. Deru jantungku dapat kupastikan bisa terdengar dengan baik oleh orang disampingku. Kalut. Lidahku bahkan kelu. Hal kurasakan adalah ingin menangis dan berteriak saat itu juga. Yang kusadari aku takkan mungkin bisa hidup dengan tentram jika surat itu ku akui. Apapun caranya aku harus bertahan. Pasti ada cara lain selain menggantikan mayang mengakui dengan jujur bahwa itu adalah surat ku.

Mayang pun terlihat salah tingkah dimataku. Aku pahami ia ingin segera mengakhiri hal bodoh ini.

"Maaf kak". Akhirnya mayang berujar. " aku bersikap seperti ini karena jujur kita hanya menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak penting. Bisa saja bukan kami para mahasiswa baru pelakunya. Silahkan pikirkan, bagaimana kami yang baru saja memasuki kampus ini bisa mengenal senior disini. Jikapun ada yang tahu dan mengenal kakak, pasti kakak sendirilah yang terlebih dahulu tahu siapa pelakunya". Aku menarik nafas lega mendengar penuturan mayang. Aku bahkan salut bagaimana ia mendapatkan keberanian seperti itu.

Lalu pandangan ku alihkan pada lelaki itu. Ia terlihat mengangkat kedua alisnya dan tangan tetap bersidekap mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh mayang. Lihatlah, bahkan ditengah kengerian yang kurasakan ini apapun yang tengah dilakukan pria itu masih sanggup mempengaruhiku.

"Siapa namamu?".
"Aku mayang kak". Aku nya.
"Kesimpulanmu bisa dipertimbangkan. Tetapi mekanisme pencocokan surat temuan ini harus segera dibandingkan dengan sample tulisan yang kalian kumpulkan. Jika memang pelakunya tak ada di antara kalian, baru aku mengakui bahwa kami salah dan kalian boleh bernafas lega. Tetapi masih ada satu proses yang harus dicocokkan. Sebenarnya bukan persoalan siapa dan kenapa. Tetapi mengapa. Jika penulis surat ini tak bisa mengakui perbuatan nya, berarti dia pengecut, ".

Apa? Pengecut? Tak masalah daripada aku harus menanggung malu.

"Tolonglah kakk, kami sudah lelah dengan tekanan ini. Bahkan temanku sedari tadi menahan sakit dan terlihat pucat akibat keadaan ini. Dia bahkan terlalu sungkan untuk pergi meninggalkan tempat ini".

Oh, jangan lagi mayang...jangan lagi.kumohon.

"Siapa yang sakit? Disini kan ada panitia. Kenapa tak melaporkannya pada panitia?".

"Tadi saya sudah melaporkan nya kak, tetapi dia memutuskan untuk menunda sampai kegiatan ini selesai".

"Mana mahasiswa baru yang sakit. Bisa berdiri sekarang juga".

Aku bahkan tak sanggup membuka mata.Dengan sisa kekuatan yang ada kuberanikan diri berdiri menghadapi keadaan ini.

"Rupanya kamu. Mengapa tak memberitahu panitia kalau kau sakit?".

"Kupikir aku masih bisa menahan nya. Lagipula ini bukan jenis penyakit yang perlu dikhawatirkan". Ucapku yakin. Bahkan dengan situasi seperti ini tiba-tiba keberanianku meningkat berkali lipat. Kulihat ia menganguk dan berbisik kepada beberapa panitia. Demi tuhan, kegiatan ini bahkan lebih lama dari yang kuperkirakan.Waktu tiga jam serasa tiga minggu lamanya. Sampai kapan keadaan ini akan berlangsung.

"Tetap saja kau harus mengikuti panitia untuk ber istirahat. Aku tak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi saat aku yang membawakan materi, ikutlah dengan mereka".

Beberapa panitia terlihat menganguk saat kualihkan pandanganku menuju kearah panitia seksi kesehatan. Mereka seolah mendesakku untuk turut serta dengan mereka. Dengan berat hati setelah melihat permohonan maaf dari mayang melalui kepanikan yang jelas tergambar dari wajahnya, akupun mencari jalan menuju pintu yang ditunggui oleh panitia. Langkahku masih biasa-biasa saja, sebelum kudengar lagi suaranya yang sontak menghentikan gerakan ku.

"Tunggu".

Kualihkan wajahku menatap dirinya. Menatap matanya. Tolonglah selamatkan aku kali ini tuhan.

"Majulah kedepan terlebih dulu".bahkan suaranya yang pelan terdengar menggelegar di telingaku. Aku yakin pertolongan tak akan datang kali ini.

******

Akhirnya novel BL bisa dinikmati dalam waktu dekat. Senin yang soft cover siap mulai diangkut ke olshop. dan bergiliran kirimnya untuk yang pesan di saya. Yang hard cover kemungkinan kamis baru finishing dan siap dikirim ke alamat teman-teman . Selamat menanti surat Eka perwira Amran, yang bahkan "Em" pun sampai di akhir cerita tak pernah mendapatkan nya. Resi akan saya copi paste melalui line saat semua buku telah dikepak dan dikirim ya. Terimaksih yang telah menunggu.

Bulir cinta Dwi RendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang