You POV
Aku membetulkan ikatan rambutku yang agak longgar karena pagi ini sudah berlari menelusuri taman Sungai Han untuk olahraga.
Peluh telah membanjiri seluruh badanku. Kuseka pelipisku guna melindungi mataku dari keringat.
"Kenapa berhenti?"
Jungkook menghampiriku yang saat ini sedang merunduk dengan tangan yang bertumpu pada lutut.
Aku mendongak, dan mulai memasang wajah memelasku. "Aku lelah Jungkook-ah."
Jungkook menghela napasnya dan terkekeh. Dia berlutut, menyamakan tingginya denganku.
"Maaf. Tadi aku terlalu bersemangat. Kamu tahu aku sangat menyukai olahraga, 'kan?"
Dia merapikan anak rambutku yang berantakan di dekat kening. Astaga, kenapa dia harus membuat jantungku ikut berolahraga juga pagi ini?
Aku menegakkan badanku kembali, begitu pun dengannya. Dia memegang tanganku, menautkan jari kami dan menggenggamnya hangat.
Tidak terlalu kencang, tapi aku yakin genggamannya itu mampu melindungiku dari bahaya apapun.
"(Y/n), kita istirahat di sini dulu ya?" ujarnya setelah kami sampai pada satu bangku taman.
Aku mengangguk. Dia kemudian lari dengan bergegas. Aku mengernyit, sesuka itukah dia dengan olahraga?
Tanpa memperpanjang pikiran negatifku, aku memilih untuk mengutak-atik ponsel saja. Melihat aktifitas teman-temanku di jejaring sosial.
Sesekali aku tertawa melihat interaksi mereka di dunia maya, hingga sepasang sepatu yang sangat kukenal mencuri perhatianku.
"Tadi aku pergi untuk membelikanmu ini," ujarnya seraya menyerahkan sebotol minuman isotonik padaku.
Dia kemudian meletakkan telapak tangannya--tanpa mengelus-- pada puncak kepalaku, sedikit menekan dan menggerakkannya. Membuat kepalaku tampak berguncang.
Dia tersenyum kecil dan terkekeh. "Kamu pasti sudah memikirkan hal yang tidak-tidak, 'kan?"
"Tidak," elakku.
Dia mengambil tempat tepat di sebelahku, ikut menegak minuman yang ia beli tadi.
Aku terkejut dan hampir menyemburkan air pada mulutku saat ia dengan tiba-tiba berlutut di depanku."Ceroboh," katanya.
Kulihat dia sedang membetulkan simpul tali pada sepatuku. Dia sangat terampil bila berkaitan dengan hal-hal seperti ini. Sangat berbeda denganku.
"Terima kasih," ucapku singkat.
Dia menatapku lamat, belum juga bangkit dari posisinya sekarang. Aku mengerjap saat dia tiba-tiba menyelipkan--lagi--rambutku ke belakang telinga.
Damn, look at his smile and bunny teeth.
Hangat mulai kurasakan pada wajahku. Aku mengulum bibir dan memutus kontak mata kami tadi--atau bisa disebut salah tingkah.
"Berhenti memandangku Jeon Jungkook."
Dia menggeleng, masih betah menatapku. God, andai saja tatapannya itu tidak mengintimidasi, aku sudah pasti berani menatapnya balik.
Tidak ada cara lain.
Aku menekan kedua sisi pipinya dengan telapak tanganku, membuat wajahnya seperti mengerucut.
"I said stop it," geramku.
Tawanya meledak. Dia bahkan terduduk, membuat bokongnya bersentuhan langsung dengan jalan.
"Kamu kenapa masih saja malu saat kutatap?"
Aku mengedikkan bahu, menatapnya tak acuh.
Seringainya mulai tampak, dia menatapku dengan alis yang naik pada satu sisinya.
"Aku tahu aku tampan," pungkasnya.
Mulai lagi. Sifat narsis--yang aku rasa sudah bersamanya sejak lahir--muncul lagi. Kepercayaan diri seorang Jeon Jungkook memang tidak perlu diragukan.
Dia terkekeh geli setelah mengatakan 'pujian'nya tadi. Dia berdiri dan kemudian mengantukkan dahinya pada dahiku pelan. Kebiasaannya saat salah tingkah.
"Sudah sadar?" ledekku.
Dia mengangguk seraya menarik dua ujung bibirnya.
"Sekarang aku sadar, bau kakimu sangat tidak sedap."
Aku mendelik, menggigit geram bibir bawahku.
"JEON JUNGKOOK!"
×××
Ayee, finally petjah telor ff gue.
Minta vote dan komennya guys;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy Bangtan //Bangtan Imagine//
RandomDia yang orang lain kira "The hottest group in Kpop" justru terlihat berbeda saat di depanku. Dia manis, lucu, baik dan terkadang menyebalkan. Tapi ada satu yang masih tampak sama, aku masih tetap menyukai kedua sisi dirinya. Sexy on stage and flu...