Taehyung : Study

6.5K 610 68
                                    

You POV

Aku melemaskan sepuluh jari tanganku, meregangkannya dan kemudian mengepalkan kembali.

Sudah lima jam aku berada di perpustakaan kota. Apalagi kalau bukan tugas. Kembali kubuka salah satu buku untuk referensi tugasku dan membacanya.

Jujur saja, mataku sudah sangat lelah melihat baris tulisan di buku ini. Belum lagi harus mengetiknya pada laptop.

Aku hempaskan buku itu ke meja dan menidurkan kepalaku di sana. Aku lelah, aku mau pulang. Tapi tugasnya belum selesai.

Tuhan, tolong kirimkan penolong untukku.

Aku sedikit memijat keningku yang uratnya terasa jelas di tanganku. Aku mengerjap dan menarik napas dalam.

"Fighting," ujarku lemas.

Drrt.... Drrt....

Tae♡

"Halo," sapaku.

"Kenapa suaramu lemas sekali?"

"Benarkah?"

"Jangan bilang kamu masih di perpustakaan."

Aku menghela napas. "Sayangnya, benar. Bokongku masih menempel rapat di bangku perpustakaan ini."

"Ckck, sudah aku tutup dulu."

Apa Kim Taehyung baru saja memutuskan sambungan tanpa menanyakan keadaanku?

Damn! Apa dia tidak merasa bersalah sedikitpun? Dia beralasan sibuk tadi pagi, dan membuatku harus pergi dan belajar sendiri di perpustakaan besar ini.

Mataku menatap nyalang dua orang yang duduk pada dua meja di sampingku.

"Sshht! Aku sedang belajar, kalau mau bermesraan tolong jangan di sini," ujarku ketus.

Astaga, aku melampiaskan rasa kesalku pada dua orang tak bersalah tadi. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan Taehyung.

Lelaki yang sangat tidak peka, idiot, menyebalkan dan ... arrgh!! Entahlah.

Kurebahkan kembali kepalaku di atas meja. "Idiot," gumamku.

Tuk.

Atensiku membulat, tepat di hadapanku ada segelas kopi favoritku. Ice caramel latte.

Aku segera menegakkan badanku dan tertegun.

"Tutup mulutmu itu," ujarnya sembari mengatup bibirku.

"Taehyung-ah, kenapa kemari?"

Taehyung membuka bungkusan sedotan dan memasukkannya pada lubang di tutup gelasku.

Dia menyerahkan ice caramel latte tadi dan tersenyum.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh melihat yeojachingu-ku sendiri?"

Aku masih tidak percaya dia ada di sini. Bukannya dia sedang ada tugas survei ke Ilsan? Ilsan ke Seoul itu cukup jauh, dan dia ke sini hanya untuk memberiku segelas kopi.

"Taehyung-ah," panggilku.

Aku sangat merasa bersalah pada persepsiku tentang dirinya tadi. Berpikir yang tidak-tidak padanya.

Dia menyesap americano-nya dan menatapku. "Ada apa?"

Aku menatapnya sendu, ku pegang tangannya erat. "Maaf."

"Untuk apa?" tanyanya.

Aku sedikit terkekeh melihat wajah bingungnya. Benar-benar terlihat imut dan bodoh sekaligus. Dasar alien tampan.

Aku membasahi bibirku dan menggeleng. "Geunyang," jawabku singkat.

"Untuk apa membawa kopi ini? Aku kan bisa membeli sendiri. Ilsan itu jauh, pasti saat mengendarai tadi kamu ngebut. Ya, 'kan?" selidikku.

Dia menggeleng keras dengan mulut yang terisi penuh oleh minumannya.

Aku menatapnya penuh selidik. "Pasti iya. Kamu ini, kalau terjadi apa-apa bagaimana?"

Rasa penasaranku langsung berubah khawatir dengan fakta bahwa ia memang melajukan cepat mobilnya untk sampai ke sini.

"Aku ingin memberikanmu suntikan semangat," ujarnya dengan senyum kotaknya.

"Jangan cemberut, sayang. Tidak akan aku buat lagi. Janji," sambungnya.

Aku menghela napas dan meraih minumanku. Menyesapnya hingga tersisa setengah.

"Pulanglah, kamu pasti sudah lelah," ujarku.

"Dan meninggalkanmu di sini sendirian? Maka jawabanku tidak," sahutnya mantap.

Aku menggedikkan bahuku dan kembali tenggelam dalam buku dan ketikan.

Aku meliriknya sesekali, memastikan apakah dia masih terjaga atau sudah tidur.

Satu jam berlalu dan akhirnya ... selesai.

Aku merapikan buku serta laptopku. Aku meluruskan pandanganku dan melihatnya yang kini sudah tertidur di sandaran kursi.

Aku berjalan mengitari meja dan berhenti di sampingnya. Menatapnya dari jarak sedekat ini, memandang tiap sudut wajahnya yang emm ... tampan.

Dia juga sama lelahnya denganku, tapi masih menyempatkan datang ke sini dan menyemangatiku.

Kim Taehyung, lelaki yang paling tidak bisa ditebak cara berpikirnya.

Berulang kali kucium pipinya, mencoba untuk membangunkannya. Anggap saja itu sebagai tanda terima kasihku.

"Emmhh, apa?" erangnya.

Dia terlihat seperti anak kecil saat bangun. Mulutnya yang tadi menganga lebar, kini terkatup dengan dengkuran halusnya yang ikut berhenti.

"Tae, pulang yuk."

Dia mengusap wajahnya dan menguap lebar. Sontak, segera kutupi mulutnya dengan telapak tanganku.

Dia menyengir. "Hehe, terima kasih sayang," ujarnya.

×××

Anjiir, gue mau digituin juga tae.

Vommentnya guuuyss, jangan sungkan:')

Mau disayang oppa, 'kan?:"

Fluffy Bangtan //Bangtan Imagine//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang