Chapter 11

257 12 0
                                    

Fran's point of view

_______________

Waktu gue dan Karin ke Carita beberapa tahun lalu, kami menyewa sebuah losemen dekat pantai yang sederhana namun cukup nyaman. Gue dan dia menghabiskan waktu di terasnya, melihat view pantai sambil minum cappucino hangat. Menunggu yang lain datang.

Saat itu gue ingat, dia senang banget main pasir sambil lari-larian kaya anak kecil. Gue sengaja merekamnya menggunakan camcorder lama, berniat menjadikannya film dokumenter kami. Film yang gue rencanakan sebagai kado untuk ulangtahunnya.

Gue bisa saja duduk seharian memandangnya, melihat dia tertawa begitu lepas karena sesuatu yang gue katakan, menatap matanya yang secerah langit biru. Gue ingin menghabiskan seluruh waktu gue saat itu bersamanya, membuat banyak kenangan yang akan gue ingat sampai nanti.

Mungkin gue terlalu naif, karena berpikir dia akan selamanya bersama gue. Mungkin segala bentuk perasaan itu hanya gejolak cinta anak SMA, yang suatu saat akan padam. Gue pernah berpikir seperti itu, menduga apa jadinya jika nanti gue kehilangan dia. Jujur, membayangkannya aja gue takut. Gue nggak tahu apa yang akan gue lakukan kalau dia sampai pergi dari gue.

Dan ketika matahari mulai tenggelam, entah apa yang membuat gue ingin mengutarakan semuanya lewat kata.

Gue berjalan menghampirinya, tersenyum kecil kemudian merengkuh gadis itu dalam suatu pelukan. Dia terperangah, agak kaget karena gue jarang membuat kontak fisik pertama. Saat dia mengadah untuk menatap gue, gue mengecup kedua bilah bibirnya hangat, memberikan seluruh perasaan itu dalam satu kalimat sederhana.

"Karin, I know this sounds so chessy and probably not my typical line, but I just want you to know something."

Dia memandang gue dengan wajah polos yang dihiasi semburat merah jambu. She looks so beautiful under the sunlight.

"I... I just want to say that I love you. More than anything in this world." Gue berbisik di telinganya, berharap dia mengerti maksudnya.

Dia membungkus jemari gue dengan tangan kecilnya, lalu tersenyum. Ketika gue lengah dan berpikir bahwa Karin takkan menjawab pernyataan itu, dia berjinjit kemudian mengecup pipi gue. Sebuah perasaan hangat mengalir dalam hati gue dan saat dia mempererat pelukannya.

"Dont you ever dare to leave me, cause there will be no life after you, Rin." gue bergumam lalu melingkarkan lengan di pinggangnya.

Dia memandang laut lepas dan langit yang telah berganti warna. menyaksikan matahari menghilang di balik deru ombak pantai. Ketika gue tengah menghitung dalam hati hingga hari berubah gelap, dia berbalik dan membisikkan sesuatu di telinga,

"I love you too, Fran. More than life itself." janjinya.

***

Malam itu, gue habiskan dengan duduk di depan api unggun bersama Karin dan kedua teman dekat kami. Kita bernyanyi sambil memetik gitar asal, menikmati angin pantai yang dingin. Bersama-sama.

Gue nggak bisa berhenti menatap Karin yang saat itu entah kenapa cantik banget. Gue bukan orang yang sering muji penampilan cewek, tapi kali itu, pandangan gue nggak bisa lepas dari dia. I'm totally fall in love with her that time.

Dia sama sekali nggak pakai make up, rambutnya juga cuma digulung asal. Tapi buat gue dia kelihatan cantik banget dalam balutan sweater yang kegedean dan celana tidur.

Gue dan dia menghabiskan malam dengan duduk berdampingan di depan api unggun. Makan jagung bakar sambil mengobrol ringan. Sesekali dia bersandar di bahu gue sambil memejamkan matanya. Gestur yang bikin hati gue berdesir entah karena apa.

Untuk pertama kalinya, gue merasa begitu sayang dengan seseorang. Gue ingin terus ada disamping dia. sekarang, nanti, selamanya. dia adalah sosok cinta pertama buat gue.

Mungkin saat itu, gue masih seorang bocah yang nggak mengerti apapun tentang cinta. Gue belum menemukan jati diri, gue masih labil dalam banyak hal. Gue tahu saat itu gue hanya kemakan perasaan, terlalu berandai-andai akan kata selamanya. Tapi satu yang gue yakini sampai sekarang adalah, perasaan gue ke dia nggak akan pernah berubah.

Meski pada akhirnya gue dan dia harus berpisah, gue tetap menjadikan dia gadis pertama yang membuat gue jatuh cinta.

***

Together with The SundownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang