Chapter 6

338 16 2
                                    

Karin's point of view

_______________

Aku mematut diri di depan cermin, entah sudah berapa kali mencoba baju yang ada di closet. Bertumpuk dress dan jumper berserakan diatas tempat tidur seperti lautan pakaian. Maya duduk di pojok kamar, berdecak melihatku yang kebingungan.

"Lo kenapa sih gelisah banget kelihatannya. Kaya anak SMA yang baru first date aja."Dia melirikku sekilas, ada ekspresi geli di wajahnya yang membuatku malu.

"Gue gatau mau pakai apa masalahnya. You know, terakhir kali gue jalan sama cowok itu entah kapan." Aku mengambil sehelai silk dress dari lemari dan mencobanya.

This is too formal.

"Pakai yang biasa aja, sih, Rin. Jeans, sweater, flat shoes. Lo cuma mau grab some coffee doang kan, bukan candle light dinner."

Aku tertawa. "Iya sih... kenapa nggak kepikiran ya."

"Emang yang ngajak lo itu siapa? Gue penasaran nih." Maya menutup laptop di pangkuannya lalu berjalan kearahku.

"Temen lama." Jawabku singkat.

"Temen lama atau cinta lama?" Dia menaikkan sebelah alis.

Aku mengeryit. "come on, May, jangan mancing mulu deh." Kulempar dress tadi ke atas tempat tidur, lalu kembali mengaduk-ngaduk lemari.

"Oke oke, gue nggak maksa lo cerita. Tapi sih, dari gelagatnya yang paling tepat opsi kedua." Dia melangkah kearah tempat tidur lalu duduk diantara tumpukan baju.

"Terserah lo aja deh ya."

Aku mengeluarkan beberapa potong blus, kemudian menemukan sebuah sweater dan skater skirt warna lembayung yang jarang kupakai namun masih kelihatan baru. Aku mencoba menjajarkannya di depan cermin. "Yang ini gimana?"

Maya melirikku lagi dengan ekspresi datar, kemudian memiringkan kepala. "Bagus-bagus aja." ujarnya tanpa minat.

"Serius, May." Aku menutup lemari lalu duduk disebelahnya, merasa lelah. "Atau sekalian aja gue pakai jeans belel sama kaus band indie, ya?"

"Boleh aja kalau emang lo merasa confident dengan itu." Dia terkekeh.

"Masalahnya meski baju selemari itu gue coba, nggak ada yang cocok."

Dia bergeming. "Lo jadi diri lo sendiri aja Rin, mau pakai apapun pasti kerasa nyaman."

"Yeah I know, tapi... "

Maya tiba-tiba bangkit lalu mengambil sweater tadi diantara beberapa potong blus yang sengaja kulempar. "Udah deh, pakai ini sama skater skirt itu, jangan dandan, cukup tambahin lip gloss di bibir lo and I'm sure, he will fall in love with you."

Aku terdiam menatapnya.

" I mean, he will not fall in love with you because of all this things. He will fall in love with you because of yourself."

***

Fran's point of view

_______________

Gue memarkirkan mobil di depan apartement Karin, sudah siap menjemput seperti yang dia bilang. Somehow gue merasa balik lagi ke zaman SMA ketika pertama kali jalan berdua sama dia.

Gue mengecek diri di balik kaca spion, jarang-jarang gue rapi kaya gini cuma buat jalan sama cewek. Mungkin seharusnya gue pakai jeans sama kaus berkerah aja, bukan kemeja kaya gini. but its okay, lagipula siapa tahu dia dandan lebih rapi daripada gue.

Gue menunggu beberapa menit sampai akhirnya dia keluar dari lobi. sosoknya yang mungil dibalik baggy sweater bikin gue terkekeh sendiri. She always looks that cute.

Dia mengenali mobil gue lalu berdiri disampingnya, menunggu. ketika gue keluar dan membukakan pintu untuknya, dia malah mengeryit. ekspresi yang selalu bikin gue gemas pengen mencubit pipinya. But obviously, i cant do that now.

"Nggak usah dibukain, kaya nona sama drivernya aja."

Gue tertawa pelan. lalu kembali masuk ke dalam mobil. Gue nggak pernah nyangka, ini akan kelihatan seperti kencan diantara kami.

"We looks like we want to get some fancy dinner instead of a cup of ice cream matcha." gue menoleh kearahnya.

"Yeah, we do. Tapi sepertinya kalau kamu sih emang sudah terbiasa dandan rapi dan necis kaya gini."

"Really? well i dont think so. Biasa cuma pakai jeans sama kaus hardrock kok. But by the way you look nice in that baggy sweater."

Dia melirik kearahku. "Thanks for your complementing. But I feel like drowning in this shitty sweater."

"You do look cute, Rin. as always."

Bam. Gue salah ngomong. itu kalimat paling bodoh yang gue pernah gue bilang ke dia. This is the first time I go out with her after 5 years not knowing each other, and now, I told her that she looks cute as always? what a fool i am.

Dia terdiam, lalu berdeham untuk mencairkan suasana. "So i think we should go now, jakarta biasanya macet jam segini."

Aku melihatnya, somehow merasa salah tingkah. "Yeah, we should go now. Ice cream matcha, we're coming!"

Dia lalu tertawa.

***

Together with The SundownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang