Chapter 2 [√]

6.6K 255 18
                                    

Selamat membaca...

****

"Kehilangan bukanlah akhir dari segalanya, bisa saja dengan kehilangan justru kisahmu yang sebenarnya baru dimulai."

*****

KRING.. KRING...KRING (suara alarm)

"Enggghh.." erang Seorang Gadis yang baru bangun tidurnya.

Gadis itu adalah Raina.

POV Raina

Gue melirik ke arah jam di atas nakas. Entahlah tapi rasanya Gue sangat malas pergi ke sekolah.

"Rain bangun... Kamu gak sekolah??" teriak Mamah dari lantai bawah.

Sekilas mengenai Rumah. Rumah ini tidak terlalu besar sih cuma bisa dikatakan mewah dengan 2 lantai dan halaman yang luas. Bisa dibilang cukup minimalis dan aestetic.

"Iya mah, Rain udah bangun kok" jawab Gue malas.

Gue Raina Putri, anak tunggal dari Bapak Arif dan Ibu Devi. Papah bekerja sebagai salah satu karyawan tetap di sebuah perusahaan besar yang ada di Jakarta, bergerak dalam bidang proverti dan sudah berkembang sangat pesat. Sekarang Gue sedang bersiap pergi ke Sekolah dengan seragam yang tentunya sangat pas di tubuh Gue. Seragam baru yang gue harap membawa keberuntungan.

Sekilas Gue menatap diri Gue di cermin. Gue selalu ngerasa kalo diri Gue cantik. Oke, cantik itu relatif, tapi gak salahkan kalo Gue muji diri gue sendiri? Di Zaman penuh istilah insecure ini tentu Gue harus bisa lebih mencitai diri Gue sendiri, setidaknya dengan cara itu Gue bisa bahagia.

"Baiklah Gue udah siap Sekolah"

Gue turun ke lantai bawah dan langsung pergi ke meja makan. Disana kedua Orang tua Gue udah duduk manis sambil menikmati sarapannya.

"Pagi Mah, Pah" sapa Gue sambil memberikan Morning Kiss di kedua pipi Mereka.

"Pagi Sayang, ayo cepat sarapan" jawab Mamah lembut

Yang Gue suka dari mamah adalah tutur katanya yang lembut, tapi kadang cerewet sih. But, gak masalah toh mamah cerewet juga karena sayang sama Gue.

"Dengan senang hati" ucap Gue riang

Asal kalian tau, Gue itu gak pernah mau nangis di depan orang tua Gue. Seberat apapun masalah yang sedang Gue hadapi sebisa mungkin Mereka tidak perlu tahu. Jadi, mereka tahunya Gue itu anak yg sangat ceria dan periang.

"Ayo Sayang kita berangkat" ajak Papah

"Iya Pah sebentar" Gue berlari mengejar Papah

Di jalan Gue sama papah saling diam, jujur ini gak kaya biasanya. Gue rasa papah ngelamun, tapi masa sih. Sampai-sampai tanpa Gue duga hal itu terjadi.

"Aaaaaaaa.... Papa awas" jerit Gue

BRAKK

Mobil Papah tertabrak sebuah Truk pengangkut barang dan masuk ke arah Jurang, Gue syok. Sekarang ini, mobil Papah terguling-guling. Gue berusaha ngelindungin kepala Gue, Gue lirik Papah yang ada disebelah Gue, Papah terlihat sama syoknya. Tapi satu yang narik perhatian Gue sekarang, Papah ikut berusaha melindungi diri Gue.

BRUKK

Mobil itu terjatuh cukup keras, Gue sempet liat kepala Papah yg mengeluarkan banyak darah hingga akhirnya kegelapan menyelimuti terang dan Gue gak bisa lihat apa-apa lagi.

***

Tut..tut..tut..tut

Suara yang berasal dari mesin EKG berbunyi cukup keras dari ruangan ICU. Di ruangan itu terbaring seorang Gadis dengan alat pernapasan dan kabel-kabel penunjang kehidupan.

RAINKA - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang