Chapter 6 [√]

4.2K 206 5
                                    

"Aku tidak tahu apa kesalahanku, aku juga tidak tahu apa alasanmu membenciku. Aku hanya berharap kejadian ini tidak terulang lagi"

***

"AKHHHHH" Raina melempar kotak itu sambil berteriak dengan keras

Mamah Raina terkejut mendengar anaknya menjerit, dia segera berjalan cepat untuk menemui Raina. Dia melihat tubuh Raina bergetar hebat.

"Kenapa Rain?" tanya Mamah cemas.

"I-itu mah, isi kotaknya" ucap Raina gemetar.

Mamah melihat ke arah kotak yang di lempar oleh Raina, di dalam kotak itu ada seekor tikus besar yang berlumuran darah dan secarik kertas yang sepertinya ada tulisannya. Mamah Raina mengambil kertas itu dan membacanya.

Gue akan pastikan nasib lo kaya tikus ini Raina!!

Nanti pasti lo bakalan "MATI" di tangan gue!

INGAT ITU!! LO AKAN MATI!!

from: "A"

Mamah Raina benar-benar tak menyangka akan ada orang yg membenci anaknya, setahunya Raina itu anak baik bahkan sangat baik. Jadi tidaklah mungkin seseorang ingin Dia cepat mati seperti itu.

"Mah Rain takut" ucap Raina gemetar.

"Jangan takut sayang. Kamu gak akan kenapa-napa kok nak. Mungkin itu Cuma orang iseng" ucap Mamah lembut.

Raina memeluk erat Mamahnya dan menumpahkan tangisnya. Dia ketakuatan.

"Hiks...hiks... Mah siapa yang lakuin ini? Rain takut mah" ucap Raina lirih.

"Udah sayang jangan nangis" ucap Mamah berusaha menenangkan Raina.

Malam harinya, Raina duduk termenung di taman belakang rumahnya, kejadian itu benar-benar mengguncang jiwa Raina. Seingatnya, Dia tidak pernah berbuat salah pada siapapun dan Dia benar-benar tidak mengerti kenapa bisa ada seseorang yang menginginkan kematiannya.

"Siapa yang lakuin ini? Apa orang itu gatau kalo Gue paling takut sama hal kaya gini" gumam Raina cemas.

Raina menengadah menatap langit, seulas senyum kecil tercetak di wajahnya. Kebahagiaannya akan datang. Langit itu sedang mendung.

"Langit kau mendung? apakah hujan akan turun? jika iya maka cepatlah aku merindukan hujan" ucap Raina penuh harap.

Berbicara kepada langit sudah menjadi kebiasaan Raina sejak kecil, dia sangat suka ketika langit itu mendung. Tidak lama tetes demi tetes air hujan jatuh mengenai wajah Raina.

Jdeerrr

Suara petir sangat keras memekakan telinga, tak lama hujan turun deras. Senyum Raina semakin mengembang, setidaknya hujan bisa membuatnya sedikit melupakan masalah. Saking sukanaya Raina terhadap hujan, dia bahkan sudah tidak takut pada suara gemuruh petir. Dia malah sangat menikmatinya.

"Hujan kau datang disaat yang tepat, terimakasih sudah menemaniku" ucap Raina.

Seorang wanita paruh baya mengintip di balik jendela, dia melihat anak gadisnya tengah berada diantara hujan yang deras. Kebiasaan Raina ketika hujan tidak pernah hilang, Dia akan selalu diam dibawahnya tanpa sedikitpun niat untuk berteduh. Katanya, hujan itu menyenangkan.

"Rain masuk nanti kamu sakit, jangan hujan-hujanan Sayang. Ini udah malem" ucap mamah dari dalam Rumah.

Raina menatap Mamahnya dan tersenyum.

"Iya Mah" jawab Raina keras karena suaranya terendam hujan.

Raina menatap langit yang seolah-olah menangis ketika Raina akan pergi ke dalam Rumah.

RAINKA - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang