Chapter 8

495 33 0
                                    

***

Aku sudah menyerah bahkan saat segalanya baru dimulai,

Aku meninggalkanmu dengan kegamangan hati,

Menyisakan perih bagai luka yang terpatri,

Walau kata maaf kulontarkan berkali-kali,

Bagimu, artiku tlah tiada lagi

***

Jessica duduk menyendiri di kamarnya, meratapi nasibnya yang tragis. Sejak ia memutuskan untuk balas dendam, Ia sudah bertekad untuk melupakan segalanya. Masa lalunya yang indah, juga seluruh harta bendanya yang kini mungkin sedang diperebutkan oleh keluarganya. Seharusnya Ia tidak menyesalinya, tapi hatinya masih bertanya-tanya, bukankah dulu Ia gadis biasa yang menerima cukup kebahagiaan? bagaimana bisa takdir membawanya sejauh ini?

Sementara itu, Kris pergi ke kasino merangkap bar yang dulu sering dikunjunginya. Baru saja masuk beberapa langkah, seseorang meneriakkan namanya, "Kris!" seorang pria melambaikan tangan kearahnya, mengisyaratkan padanya untuk menghampirinya yang sedang bermain kartu bersama beberapa orang lain. Kris dengan senang hati menghampirinya, namun Ia sedikit terkejut karena menemukan Hyuna disana.

Gadis itu tampil mengenakan gaun panjang berwarna merah hati dengan rambut berwarna keemasan yang Ia biarkan tergerai, membuatnya tampak lebih muda dari usianya. Ia tersenyum pada Kris, menyambutnya dengan ramah.

"apa kau memang kesini setiap hari?" Kris sudah berdiri disebelah Hyuna, berbisik agak keras ditelinganya karena bunyi bising dari orang-orang yang bermain kartu.

"hanya kebetulan kita bertemu disini lagi. Mungkinkah jodoh?"Kris tertawa renyah mendengar ucapan Hyuna yang dianggapnya bercanda.

Hyuna sedikit tersinggung mendengar tawa Kris. Ia pura-pura ikut tertawa, lalu berusaha mengalihkan topik dengan berkata "Kris, kau mau main?"

Kris menggeleng, "ayo, temani aku minum" tanpa mendengar persetujuan Hyuna, Kris sudah menggandengnya menuju depan meja bartender lalu memesan dua gelas wine.

"dimana kekasihmu, kau tidak mengajaknya?" Kris menghentikan aksi minumnya, lalu terdiam beberapa saat sebelum menjawab

"dia tidak suka minum"

"ah, benarkah?" Kris tahu bahwa Hyuna tidak benar-benar bertanya sehingga Ia tidak menjawabnya lalu kembali menuang wine ke gelasnya yang baru saja kosong. Keduanya kembali terdiam, berada dalam pikiran masing-masing. Entah mengapa disaat Ia bersama Hyuna, Ia masih saja memikirkan Jessica. Apa gadis itu baik-baik saja? Ia merasa menjadi pengecut karena tidak berani langsung bertanya padanya, malah melarikan diri dari masalah.

Kris tidak sadar jika sedari tadi Hyuna tidak berpaling dari menatap wajahnya. Gadis itu menatap dengan sendu, 'kenapa dulu aku menyia-nyiakanmu?aku benar-benar menyesal' batinnya. Ia buru-buru meminum wine digelasnya saat tiba-tiba Kris berbalik menatapnya.

"bagaimana pekerjaanmu? kau masih pegang pelabuhan? aku dengar kau semakin hebat saja" Hyuna berusaha memecahkan kesunyian, namun Kris justru mengeraskan wajahnya, tidak menyukai topik pekerjaan yang Hyuna lontarkan.

"sedang tidak baik" Kris menjawab jujur sebelum menenggak segelas wine lagi. Bahkan walau Ia merahasiakannya pada Hyuna, gadis itu akan dengan mudah mengetahuinya karena koneksinya begitu banyak.

Hyuna tidak bertanya mengapa karena sudah tahu pasti apa jawabannya, namun Ia masih begitu menyayangi Kris dan tidak ingin melihatnya kesulitan, sehingga tanpa ragu Ia menawarkan bantuan, meski Ia tahu Kris mungkin akan menolaknya mentah-mentah "kau butuh bantuanku? aku bisa memberinya cuma-cuma"

Till Death Do Us PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang