Chapter 9

450 37 2
                                    

***

Aku merangkak dalam gua dingin yang diselimuti kabut,

Hatiku berharap menemukan dirimu di ujung,

Kembali padaku dengan tatapan haru,

Namun aku dengan bodohnya berbalik,

membiarkanmu dibawa cahaya yang menyilaukan,

Maka aku sekali lagi kehilangan engkau,

yang kucinta sepanjang masa

***

Udara pegunungan yang dingin langsung menyapu kulit mereka yang tidak tertutup pakaian tebal. Sejauh mata memandang, bunga-bunga matahari membentang membentuk hamparan luas berwarna kuning yang menyegarkan. Meski jam telah menunjukkan pukul 9 pagi, kabut tipis masih menutupi sebagian pemandangan indah itu. Jessica membentangkan kedua tangannya lebar, membiarkan udara dingin menyusupi tiap inci kulitnya, memberikan sensasi rileks di sekujur tubuh. Kris melipat kedua tangannya di dada, memandangi gadis di depannya dengan senyum kecil mengembang. Ia tahu Jessica akan menyukainya, makanya Ia mengajak gadis itu ke bukit yang penuh dengan bunga matahari.

"Kris, sejak kapan kau tahu tempat ini? pemandangannya benar-benar mengagumkan" Jessica membalik badannya, menatap Kris dengan senyum lebar tergambar jelas di wajahnya. Jessica yang kegirangan tampak seperti anak kecil yang manis, Kris sangat menyukainya.

"kau suka?" tanya Kris basa-basi karena Ia jelas sudah tahu jawabannya

"tentu saja" Jessica menghampirinya, lalu menariknya maju "ayo kita berteriak!" ajak Jessica, namun Kris buru-buru menolaknya "shireo!"

"ayolah, tidak akan ada yang dengar" Jessica terus mendesaknya, menyikut lengan Kris berkali-kali agar Kris menuruti permintaannya

"pokoknya tidak, itu sangat kekanak-kanakan" tolak Kris sekali lagi

"tidak apa, kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang menganggapmu kekanak-kanakan" Jessica tidak berhenti membujuknya, sehingga Ia dengan terpaksa menuruti permintaan gadis itu. Entah sudah berapa kali Ia mengalah demi gadis keras kepala yang kini sedang merajuk disampingnya.

Jessica dengan sabar menunggu Kris berteriak, namun pria itu kembali mengurungkan niatnya "kau kenapa sih? ayolah, kau tinggal berteriak saja apa susahnya?" Jessica sudah tidak bisa bersabar lagi

"ck, kalau begitu kau duluan saja" Kris mendecak kesal, merutuki sifat tukang paksa Jessica

"baik" Jessica menghirup udara dalam-dalam, lalu berteriak kencang " sa-rang-hae-yo" suaranya menggema beberapa kali hingga menghilang di kejauhan

"sekarang giliranmu" katanya setelah puas berteriak

"benar-benar polusi suara" protes Kris, namun Ia tetap melakukannya "aakh!" teriaknya singkat, membuat Jessica gemas lalu menepuk keras punggung Kris. Kris yang tidak terima kembali memprotes "ya! apa-apaan kau?!"

"suaramu barusan lebih keras dari yang tadi, kau tahu? apa aku harus memukulmu dulu baru kau bisa berteriak dengan bagus?"

"kenapa aku harus berteriak dengan bagus?"

"karena kalau tidak bagus baru disebut polusi suara"

"kalau begitu lebih baik tidak usah berteriak, seperti orang gila saja"

Perdebatan itu tidak akan cepat berakhir, sehingga Jessica memutuskan untuk diam dan melakukan gencatan senjata. Jessica mendesah malas, Ia pikir mereka akan melakukan adegan romantis serupa drama-drama yang pernah ditontonnya, tapi Ia baru sadar bahwa kekasihnya itu tidak punya sedikitpun kadar romantisme dalam dirinya. Jessica pun berbalik, berniat meninggalkan Kris dengan wajah cemberut, tapi teriakan Kris selanjutnya membuatnya tersenyum bahagia "saranghae, yeoja pabo!"

Till Death Do Us PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang