[KONSPIRASI ALAM SEMESTA = TEMAN HIDUP]
Pernah ngga sih, kepikiran bakal nikah sama tetangga sebelah rumah? Kepikiran bakal nikah sama teman dari kecil, teman dari zaman TK sampai lulus SMA.
Hilman Baskara Putra ngga nyangka bakal nekat menikahi Ang...
Tiga tahun lalu gue masih stuck jadi cungpret yang hidupnya di kejar sama kerjaan di pabrik. Mau libur aja susah. Sampai harus ngorbanin anak dan istri sendiri. Setelah fix resign dari pabrik, gue pelan-pelan belajar merintis usaha meubel sendiri. Masih satu lini sama perusahaan papa. Awalnya susah. Banget.
Selain karena orang-orang belum tahu hasil karya gue, mereka juga masih meragukan semua kinerja gue sampai gue akhirnya bisa membuktikan kalau gue bisa maju dengan usaha gue. setelah itu baru papa pensiun dan menyerahkan perusahaannya sama gue.
"Hilmaaaan!!! Ini anak kamu habis ngapain? MasyaAllah!!!" teriakan Gia membuat gue buru-buru menghampirinya. "Kenapa nyaah?" tanya gue jahil. Gia melotot, dia menunjuk lantai yang becek. Sementara itu di depan gue, ada Ganendra–anak gue—yang lagi ketawa lebar sambil memegang selang yang airnya berhamburan kemana-mana.
"Buset. Abaaangg!!!" pekik gue. Nendra malah cekikikan sementara pelototan Gia makin ganas.
"Ucettt!!!" Nendra malah mengikuti ucapan gue. aduh! Mampus! Di tendang dari kamar nih gue!
"Abang! Ga boleh ngomong gitu!" tegas Gia. Ganendra cemberut. Dia masih memainkan selangnya. Bajunya sudah basah ngga karuan. "Man... Aku nggak mau tau, pokoknya Ganendra harus kaya tadi sebelum aku tinggal!" tegasnya. Sedangkan bocah lelaki di depan gue cuma cengar-cengir sambil mainin selang. Gue menggaruk belakang kepala gue yang tidak gatal. "Kan tadi Nendra udah mandi, Yang?"
Gia melotot. "Terus? Kamu kemana aja? Dia sampe basah kuyup kaya kejebur kolam gitu." Sentaknya. Gue bungkam. Iya, kalo masalah Nendra gue akan lebih banyak ngalah. Experience is the best learn. Makanya gue nggak akan banyak omong. Lagian Gia kalo udah nyangkut Nendra bakal kaya induk singa yang jagain anaknya. Sementara gue membujuk Nendra buat kembali mandi, Gia sendiri menuju ruang tengah.
Wait, ruang tengah?
Mampus! Beneran ditendang dari kamar nih gue!
"Hilmaaan!!!" lagi gue mendengar teriakan Gia. "Jadi kamu lebih mentingin PS daripada Nendra?" gue nggak menjawab teriakannya karena sibuk nuntun anak gue supaya mau masuk kerumah dan kembali mandi.
"Iymaaannn~" Nendra malah menirukan teriakan Gia. Gue berjongkok untuk menyejajarkan tinggi dengannya. "Bang, Papa punya game seru lho. Tapi cuma boleh dimainin kita berdua aja...."
"Only two playels, Papa?" gue mengangguk. "Namanya 'No Word'"
"No Wold?"
"How to play it, Papa?" tanyanya. Gue menyeringai lebar. Kemudian berbisik.
*****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai memandikan Nendra, gue membawanya menuju ruang makan. Gia sudah mengganti bajunya dengan pakaian santai. Istri cantik gue lagi sibuk nyiapin makanan di meja. Gue dan Nendra tugasnya duduk manis nungguin Gia.