"Ad-Adrian?"
Satu kata itu berhasil keluar dari bibir Avi ketika ia menemukan Adrian berdiri di depan Vilanya. Tadi, ia ingin mengambil air ke dapur setelah menenangkan David di kamar.
Ia sama sekali tidak menyangka jika Adrian akan datang jauh ke sini. Apalagi cuaca malam hari begitu dingin, dan pria itu hanya mengenakan kemeja.
"Kamu kenapa ke sini?" tanya Avi sambil berjalan mendekati Adrian. Ia menggenggam jemari Adrian dan meminta pria itu masuk ke Vilanya.
Adrian lantas menolaknya. Ia menepis tangan Avi dan membuat perempuan itu meringis.
"Kamu kenapa?" tanya Avi khawatir. Seperti ada yang Adrian sembunyikan.
Adrian mendongak dan ia begitu terkejut melihat mata Adrian yang merah. Avi hendak menyentuh wajah Adrian, tapi lagi-lagi tangannya ditepis.
"Adrian!" teriak Avi kesal. "Jangan kayak anak kecil!"
Adrian mengepalkan tangannya dan ia merengkuh tubuh mungil Avi. Kemudian, Avi tertegun. Ia mendengar isakan Adrian.
Oh astaga, apa sepupunya ini sedang menangis? Karena demi apa pun, ini kali pertama ia mendengar isakan Adrian.
"Seriously, I love you ...."
Mulut Avi terbuka seiring dengan debaran jantungnya. Ia bahkan tidak mempercayai pendengarannya. Bagaimana bisa Adrian yang notabene adalah sepupunya, mencintainya.
"Adrian, aku nggak ada wakt---"
"Kan, kamu nggak mungkin percaya. Lagipula, kamu udah nikah dan kecil kemungkinan aku bisa miliki kamu."
Avi termenung. Ia melepaskan pelukannya untuk melihat sekilas cahaya kesedihan di mata sepupunya itu, tapi Adrian lagi-lagi memeluknya. Ia tidak menyangka Adrian yang selama ini ada di sisinya dan selalu menjahilinya ternyata memiliki perasaan lebih kepadanya. Sekalipun Avi tidak pernah membayangkan hal ini.
"Kamu pulang aja, Adrian. Aku nggak mau ada kesalahpahaman di mata David."
Adrian melepaskan pelukannya dan senyuman sinisnya masih terpasang di wajah tampannya. Ia menatap dalam-dalam mata Avi dan mencari tahu bagaimana perasaan sepupunya itu kepadanya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan kasihan. Miris memang.
"Sepertinya ada tamu yang tidak diundang."
Avi dan Adrian menoleh ke belakang Avi dan menampilkan David yang baru saja bangun dari tidurnya.
"David, kamu kenapa bangun?"
David tidak merespon. Ia berjalan ke arah mereka dan menggenggam tangan Avi dengan kuat. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi di hadapan Adrian dan memberikan pria itu tatapan yang mematikan.
"Avi sekarang sudah menjadi istri saya, jadi bisakah anda pergi dan tidak berbuat seenaknya kepada Avi? Apa anda memiliki hak untuk memeluknya?"
Adrian semakin mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras mendengar perkataan David. Ia pun maju selangkah dan wajahnya berjarak sedikit di wajah David.
"Aku sahabat dan sepupunya, jadi jelas aja aku punya hak," balas Adrian tajam. Kemudian, ia mundur selangkah dan menenangkan diri. "Aku harap kamu jadi suami yang baik untuk Avi, karena kalau kamu buat Avi nangis sekali aja, aku yang akan maju, ngebunuh kamu. Persetan dengan hukum dan kekuasaan yang kamu punya, Tuan Alvareno!"
"Tentu saja, kamu bisa ngelakuin apa pun ke aku kalau Avi terluka. Lagipula, nggak ada alasan yang jelas untuk aku lukain Avi," terang David merubah nada bicaranya.
Adrian tersenyum sinis dan maju ke arah Avi. "Aku pegang janjimu. Kalau hari itu tiba, kamu harus mau nyerahin Avi ke aku."
"Aku bukan barang, Adrian," seru Avi mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me
RomanceMenyakitkan ketika kau menikah dengan kekasih kembaranmu dan ternyata mereka bermain di belakang ketika kau sendiri sedang hamil. || Copyright ©2016 by Kyuri.