"Avi!"
Avi terkesiap ketika David pulang dari kantornya dan menemukannya sedang bermain hujan. Sebenarnya, Avi tidak main hujan, hanya saja tadi ia kehujanan, jadi ia lanjutkan saja. Toh, ia tidak salah. Lagipula Avi pikir tidak apa-apa untuk bermain selagi ia melakukannya di taman belakang.
"Masuk!" Suara tegas David terngiang di kepalanya. Ia takut dengan kemarahan David, tapi ia tidak ingin berhenti.
"Lima menit lagi, David," rengek Avi.
"Tidak ada kata lima menit, masuk sekarang juga atau aku bakal cari cara buat ngusir kamu dari rumah sakit itu!" Ancaman itu lagi. David benar-benar pengecut. Selalu mengancamnya supaya ia keluar dari rumah sakit sebagai dokter. Menyebalkan sekali.
"Cepat Navila Alvareno!"
"Namaku Navila Keegen!" ralat Avi sedikit berteriak.
"Namamu sudah aku rubah, Avi, dan juga, kenapa kamu masih di situ? Kamu mau buat anak aku sakit, Navila?"
Avi sangat kesal. Ia menghentakkan kakinya dan berjalan ke arah David dengan tatapan tajamnya. David tersenyum puas.
"Puas?!"
"Sangat, Navila. Sekarang masuk ke kamar dan bersihkan diri. Aku buatkan susu dulu."
Dengan langkah yang kesal, Avi berjalan ke lantai atas dan berhasil membuat lantai becek. Sebelum membuatkan Avi susu, David meminta para pelayan untuk membersihkan lantai agar nanti Avi tidak apa-apa saat berjalan.
Sedangkan Avi, ia berhasil tiba di kamarnya dan langsung berjalan ke kamar mandi. Setelah itu ia keluar dan mengambil pakaiannya. Ia mengenakan celana pendek dan kaos kebesaran. Ia berjalan ke meja rias, dan melihat dirinya di cermin. Rambutnya masih basah dan ia tidak suka menggunakan hair dryer. Ia lebih suka membiarkan rambutnya kering sendiri.
Tepat saat itu David datang dengan segelas susu strawberry. Ia berjalan ke arah Avi dan memberikannya pada Avi. Avi menenggaknya dengan cepat dan mengembalikan gelas itu pada David.
David meletakkan nampan di atas nakas dan berjalan ke walk-in closet. Ia keluar dengan sebuah handuk kecil. Kemudian, ia berjalan ke arah Avi dan itu semua membuat Avi bingung. Tiba-tiba saja David meletakkan handuk itu di kepala Avi dan mengeringkan rambut Avi.
"Kalau nggak dikeringkan, kamu bisa masuk angin. Jangan dibiasakan."
Avi tersentuh. Ia merasa bahwa perlakuan David benar-benar jauh dari kata sempurna. Ia pun tersenyum sumringah.
"Besok kita ke Lombok."
Avi mengerutkan keningnya. "Kenapa ke Lombok? Memangnya ada apa?"
"Liburan."
Avi mengambil handuk yang ada di tangan David dan menatap manik cokelat David. "Kok dadakan? Besok aku ada operasi, dan Danie---"
"Aku udah kasih tahu Bibi Alena. Dokter penanggung jawab untuk pasien yang dioperasi kamu udah diganti." David mengambil kembali handuk yang diambil Avi dan ia kembali mengeringkan rambut Avi. "Kamu nurut, ya? Jangan bantah suami."
Avi mempoutkan bibirnya. "Kenapa sih kok aku harus nurut suami? Papa aja takut sama Mama."
David terkekeh geli karena pertanyaan aneh Avi. Ia menyampirkan handuk kecil itu di bahunya, sedangkan kedua tangannya menangkup pipi Avi. "Itu udah kewajiban kamu, Avi. Lagipula aku ngelarang kamu ini itu supaya kamu nggak kualat. Mau kualat sama suami?"
Avi terdiam. Ya Tuhan, ia bisa merasakan jantungnya berdetak tidak karuan karena perhatian David. Tiba-tiba saja air matanya jatuh dan itu membuat David bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me
RomanceMenyakitkan ketika kau menikah dengan kekasih kembaranmu dan ternyata mereka bermain di belakang ketika kau sendiri sedang hamil. || Copyright ©2016 by Kyuri.