Part 11- Wish

79.9K 5.6K 141
                                    

Avi diam saja ketika ia melihat kedatangan Lavi dan David. Ia tidak tahu bagaimana kedua orang itu bisa bersama, karena setahunya David ada di sini tadi. Rasanya, Avi ingin sekali bertanya pada David, tapi melihat gelagat aneh dari keduanya membuat Avi mundur.

Ia sesekali melihat Lavi tersenyum ke arah David dan itu membuat ia merasa kesal? Mungkin. Melihat seseorang memperhatikan suamimu lebih jauh.

Avi menghela napasnya. Ia ingin segera pulang. Ia pun berjalan ke arah David yang baru saja menikmati makanan buatan Aleta.

"Ada apa?" tanya David.

"Pulang, ya? Aku capek."

"Kok cepat? Acaranya belum selesai."

Avi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku mau tidur."

David mengerutkan keningnya dan Avi semakin ingin pulang.

"Kenapa cepat sekali? Kamu tidur di kamar kamu aja di sini." Tiba-tiba saja Aleta menyahut, dan saat itu pula Avi melihat Lavi sedang memperhatikan mereka lamat-lamat.

"Iya, kamu tidur di sini aja. Nanti aku bangunkan," seru David.

"Kamu ikut tidur juga, ya? Aku nggak mau tidur sendiri."

David terdiam.

"Udah kamu temani Avi aja, maklum ibu hamil. Agak sensitif dan manja," seru Aleta.

David menganggukkan kepalanya. Sekarang ia mengerti atas perubahan sikap Avi. Ternyata hormon kehamilan.

"Yaudah, ayo." David meletakkan piring makanannya dan menggandeng tangan Avi. Ia membawa Avi naik ke lantai dua dan mereka pun tiba di kamar Avi.

Avi langsung melepaskan genggaman tangan David dan naik ke ranjang.

"Sini," seru Avi.

David pun menuruti perkataan Avi dan tidur di samping Avi.

Avi menghela napasnya seraya memperhatikan langit kamarnya. Ia merasa gugup dan ingin sekali menanyakan sesuatu yang membuat hatinya gelisah. Namun, ia takut dengan David. Ia takut pria itu akan marah kepadanya.

"David ...."

Panggilan Avi terhenti. Ternyata David sudah tidur. Ia pun memiringkan badannya dan memperhatikan wajah tampan David. Ternyata, jika pria itu dilihat lebih dekat, ia semakin tampan dan itu membuat Avi tersenyum dengan lebarnya. Ini kali pertama ia melihat wajah David sedekat ini. Dan ia merasa seakan dunianya baru dimulai untuk menjadi lebih baik.

Tok Tok

Avi terkesiap. Ia langsung bangun dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya. Di sana, Lavi sudah berdiri dengan wajah yang tak bisa Avi baca.

"Bisa kita bicara?"

Avi terdiam. Ia tahu pasti bahwa pembicaraan ini akan menjadi pembicaraan yang menegangkan. Namun, ia tidak bisa lari dari masalah yang dihadapinya ini. Ia harus bicara pada Lavi dan menyelesaikan semuanya. Lagipula ia penasaran dengan apa yang ada di pikiran Lavi.

Avi mengangguk. Mereka pun memilih untuk bicara di ruang santai yang berada di antara kamar mereka.

Di sinilah mereka berada. Di sofa cokelat yang akan menjadi saksi dari pembicaraan serius mereka.

"Kak Lavi mau bicara apa?"

Lavi mendongak. Ia lalu menghela napasnya sebentar. "Lo cinta sama David?"

Avi terdiam. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, maka ia tidak yakin Lavi tidak akan marah. Akhirnya ia memilih diam.

"Kenapa lo diam?"

You Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang