Part 14- You Hurt Me!

117K 6.5K 190
                                    

Ada satu hal yang sekarang menjadi kebencian Avi; melihat Lavi yang seperti memaksakan diri untuk berada di samping David. Oke, katakan saja bahwa dirinya egois. Katakan saja dirinya terlalu kejam karena memilih suaminya daripada kembarannya. Persetan akan semua itu. Karena faktanya Avi akan tetap memilih David, tidak peduli apa yang akan terjadi.

Saat ini, Avi berada di kamar vilanya seraya menunggu kedatangan David. Tadi, ia mengundurkan diri untuk tidak mendekati mereka yang berpelukan. Avi terlalu lemah akan hal itu. Ia memilih untuk duduk di ranjang dengan kedua tangan yang memeluk erat kakinya. Kali ini ia terlihat sedikit lebih baik karena air matanya tidak keluar, tapi air mata hatinya mengalir dengan deras bagaikan air terjun. Anggap ia berlebihan karena memikirkannya sampai seperti ini, tapi memang itulah yang akan perempuan lakukan jika melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Terlebih lagi wanita itu adalah kembarannya. Memangnya Avi harus bahagia jika dalam kondisi seperti ini? Jangan bercanda, ini bukan fiksi.

Ia mengembuskan napasnya dan merebahkan dirinya di ranjang. Ia sedikit pusing karena terlalu banyak memikirkan hal ini. Rasanya seakan-akan beban tidak pernah berkurang dari pundaknya. Ralat, beban hidupnya memang tidak berniat untuk berkurang.

Avi mulai tidur menyamping ketika langkah kaki David terdengar. Ia mencoba untuk memejamkan matanya saat David sudah duduk di sampingnya dan menyentuh pundaknya.

"Kamu kenapa?"

Avi membuka matanya. Ia bangkit dan duduk menghadap David. "Kita pulang sekarang, ya?"

"Kenapa? Kamu ngerasa nggak enak badan? Mana yang sakit?" tanya David panik sambil meletakkan tangannya di kening Avi untuk melihat apakah istrinya itu baik-baik saja. "Kita ke rumah sakit, ya?"

Avi menggeleng dan menjauhkan tangan David dari keningnya. "Aku mau pulang!"

David mengernyitkan keningnya bingung. Ia tidak tahu apa alasan di balik perubahan Avi yang mendadak seperti ini.

"Kamu kenapa?"

"Aku mau pulang, cuma itu. Susah banget ya bawa aku pulang? Apa karena Kak Lavi? Huh?"

David semakin bingung. Ini seperti Avi yang berbeda di hadapannya. Dan juga kenapa Avi membawa-bawa nama Lavi? Namun, David tidak ingin memikirkan hal itu.

David pun mengembuskan napasnya. Ia tidak ingin memperpanjang masalah. "Baik, kita pulang nanti sore. Sekarang kamu istirahat aja, jangan membantah."

Avi mengangguk. Toh, David sudah menyetujui permintaannya jadi ia akan menuruti permintaan David juga. Ia kembali merebahkan diri dengan bantuan David dan kembali memejamkan mata.

Sebelum matanya benar-benar terpejam, Avi merasakan pergerakan David yang pergi meninggalkan dirinya. Hal itu tentu saja membuat Avi penasaran akannya. Ia pun membuka kembali matanya dan melihat David yang sudah pergi dari kamar itu. Tiba-tiba saja rasa yang tidak enak dari hatinya muncul. Ia terlalu takut untuk berpikir saat ini. Namun, hal itu tidak menggoyahkan niatnya untuk melihat kemanakah David pergi.

Ia bangkit dari tempatnya, dan berjalan ke luar menuju vila Lavi. Ia tidak tahu mengapa dirinya berjalan ke vila Lavi, tapi kakinya membawa kemari dan seperti yakin bahwa David berjalan kemari. Ia menyusup masuk ke vila yang persis sama dengan miliknya dan David. Ia berjalan perlahan ke arah kamar Lavi dan mencoba untuk menguping apakah ada suara David atau tidak. Namun, ia tidak mendengarkan suara David. Ia merasa lega. David tidak kemari.

Ia pun berbalik dan berniat untuk pergi, tapi sebuah tangisan yang sangat ia kenal mengurungkan niatnya. Ia berjalan menuju asal suara dan terkejut melihat Lavi yang tersungkur ke bawah dengan tangisan derasnya.

"Aku cinta kamu, Vid. Kamu tahu itu, tapi kenapa kamu buat aku kayak gini? Kenapa?"

Avi melirik ke arah yang lainnya dan ia menemukan David yang berdiri di hadapan Lavi dengan tatapan cinta dan ... kasihan?

You Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang