Part 5- Decision

140K 8.1K 99
                                        

Avi memang mencintai David, tapi ia tidak bisa begitu saja menerima pertanggungjawaban David. Ia Navila Keegen, dan ia bisa menjaga dirinya sendiri. Ia berbalik menghadap David dan menatap mata cokelat itu sekali lagi.

"Jangan pernah berpikir jika aku mau menerima pertanggungjawabanmu," ucapnya pedas. Ia pun masuk ke ruangannya dan menutup pintunya rapat-rapat. Sedangkan David? Ia ternganga bukan main.

Di dalam, Avi menangis sejadi-jadinya. Ia merasa hancur. Ia merasa diinjak beribu kali oleh David. Ia terlihat seperti perempuan murahan.

Avi memilih untuk pulang lebih awal, tapi ia pulang ke rumah Kakek dan Neneknya karena ia terlalu malas menampakkan diri ke hadapan orang tuanya. Sejujurnya, ia masih memiliki jadwal dua operasi, tapi ia menyerahkannya kepada Adrian dan pria itu menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah Verina dan Arsen, Avi berjalan ke ruang tengah dan langsung disambut oleh kehangatan tangan Verina.

"Kamu tumben ke sini, ada apa, Sayang?" Verina menuntun dirinya ke sofa.

"Aku cuma kangen Nenek, udah lama nggak ketemu. Pekerjaan di rumah sakit benar-benar menguras pikiran Avi," jelasnya. Ia memeluk tubuh yang selama ini menjadi sandarannya itu. "Nek, Avi berdosa."

Verina melepaskan pelukannya dan menatap lebih jauh bola mata Avi. Verina tahu jika cucunya itu memiliki masalah yang tidak mungkin bisa ia selesaikan sendiri. "Avi ingin cerita pada Nenek?"

Avi terdiam. Ia butuh wadah untuk ceritanya, dan haruskah ia menjadikan Verina wadah itu?

"Aku mau di kamar saja, Nek."

Verina dengan lembut menggandeng tangan Avi dan membawanya ke kamar.

"Astaga, Avi ...."

Avi sudah menceritakan semuanya dan siapa sangka hal itu membuat Verina ikut menangis. Wanita tua itu memeluk Avi dengan erat dan mencoba untuk menenangkan cucu cantiknya itu.

"Avi salah, Nek. Nggak seharusnya Avi biarin dia nyentuh Avi. Maaf ...."

Avi tidak salah. Ia seharusnya tidak menyalahkan dirinya.

"Kamu kenapa nggak terima saja pertanggungjawaban dia, Avi?" Verina menatap Avi dengan dalam.

Avi menggeleng. "David mencintai Lavi, bukan Avi. Avi nggak mau masuk ke dalam pernikahan konyol ini. Avi sudah melihat masa depan Avi yang suram, dan Avi nggak mau itu."

"Avi ...."

"Nek, bisakah aku ke Jerman? Aku ingin pergi dari sini. Aku akan menjaga anakku sendirian. Aku bisa melakukannya."

Verina menggelengkan kepalanya dan memegang kedua pipi Avi. "Sayang, anak kamu butuh Ayah dan kamu butuh seseorang."

"Aku bisa menjadi Ayah dan Ibu untuk anakku. Aku pasti bisa, Nek."

Verina lagi-lagi menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. "Kamu mungkin akan terbebas dari rasa sakit, tapi tidak untuk anakmu, Sayang. Dia tidak akan bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah. Apa kamu mau merusak hidup anakmu hanya karena egomu?"

Avi terdiam. Perkataan Verina berhasil menghantam benteng yang ia bangun untuk menjaga keputusannya.

"Sayang, kalau kamu cinta sama dia, maka buatlah dia cinta sama kamu. Meskipun sulit, tapi kamu sudah berusaha."

Avi terdiam lagi. Ini benar-benar pilihan yang sulit. Menerima David sama saja membiarkan ribuan duri masuk ke hatinya.

"Aku tidak bisa, Nek. Jika dia bahagia karena Lavi, kenapa aku harus menghancurkannya?"

You Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang