Sore itu, Feeya dikejutkan oleh kedatangan 5 orang pria berpakaian formal yang meminta supaya dia ikut bersama mereka.
Feeya menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan sekolah dan dia juga ada janji dengan Brook besok. Ashley menghela napas,
"Kalian diperintahkan oleh kakek Lou untuk menjemput putriku? Kenapa sampai harus seperti ini?" Tanya Ashley bingung.
Salah satu dari 5 pria itu mengangguk sopan kemudian menjawab pertanyaan Ashley. "Ini karena nyawa Putri Anda bisa saja terancam. Dan menurut saya, membawa gadis itu ke istana adalah cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk melindunginya."
"Baik. Tapi aku akan ikut," ujar Ashley.
"Baik nyonya. Itu tidak masalah."
***
Feeya menggeram kesal didalam kamarnya.
Apa-apaan ini. Sama sekali tidak adil!
Ia terus saja mengoceh sepanjang ia merapihkan baju-baju yang akan dimuatnya kedalam sebuah koper berukuran sedang. Besok, mereka akan berangkat ketempat antah-berantah yang disebut sebagai istana kerajaan werewolf.
Dan dengan terpaksa ia harus ikut karena Ashley juga akan ikut bersamanya. Tidak ada alasan untuk lari.
Gadis itu terus memandangi ponselnya, ia baru saja mengirim pesan pada Brooklyn. Memberitahu kalau besok ia tidak bisa pergi dengan pria itu.
Baiklah.. tidak apa Fey, kita bisa pergi lain kali.
Balasan Brook semakin membuat Feeya ingin terjun ke air terjun Niagara saking merasa bersalahnya.
Kasur Feeya bergerak. Tapi ia tidak peduli, karena ia tahu siapa yang masuk kedalam kamarnya. Inilah satu-satunya keahlian para werewolf yang dimiliki oleh Feeya. Penciuman tajam.
Dan bau orang ini adalah... kakaknya.
"Mau apa?" Tanya Feeya ketus.
"Mau godain kamu..."
"Kak! Aku lagi gak mood ah! Pergi sana." Feeya mendudukan dirinya dan mendorong-dorong tubuh El menjauh.
"Loh... kamu ngusir kakakmu? Nanti kalau udah pergi kesana kangen sama kakak." Balas El asal sambil membaringkan dirinya disebelah paha Feeya.
"Aku gamau pergi kak." Lirih Feeya.
"Tapi kamu harus. Mereka benar, kamu gak aman disini. Apalagi cuma ada para omega dan paman Ed disini. Papa dan paman Peter juga ada disana. Kamu pasti lebih aman." El berusaha memberikan pengertian untuk adik semata wayangnya itu.
"Sebenarnya aku itu kenapa? Kenapa aku harus dilindungin sampe kayak gini kak?" Feeya menghapus air matanya yang baru saja jatuh.
El memejamkan matanya. Ia ragu, apa ia harus memberitahu Feeya alasan mereka melakukan semua ini?
"Dark witch yang melakukan hal ini. Dia menyihir Feeyana supaya membenci dan tidak mengenali matenya sendiri. Sekarang mungkin ia baik-baik saja. Tapi besok... tidak ada yang tahu apa yang bisa dilakukan penyihir itu." Ujar salah satu pria yang memiliki kulit paling putih diantara 4 lainnya.
"Kak? Aku kenapa?" Tanya Feeya gusar saat dirinya tidak mendapat jawaban apapun dari kakaknya.
"Ah, enggak. Kamu gapapa. Ada hal yang kakak gak bisa jelasin ke kamu. Karena hal ini bukan bagiannya kakak buat nyampein ke kamu." Balas El dengan senyum menenangkan.
El mengacak poni panjang Feeya dan tertawa kecil,
"Kakak pasti kangen kamu. Jangan lama-lama ya dek, kakak gamau kamu terlalu lama menderita." Matanya menyendu saat mengatakan ini. El sungguh menyayangi adik semata wayangnya itu.
Mereka kembar. Dan El turut bisa merasakan apa yang dirasakan Feeya. Ia tahu, jauh didalam hati kecil gadis itu ada suara yang berteriak nyaring. Tapi ia selalu menepis hal itu. Dan ditambah dengan sihir yang entah apa namanya dari dark witch terkutuk itu.
Feeya mengangguk dengan senyum kecil diwajah bingungnya.
"Iya kak."
El melambaikan tangannya pada Ashley dan Feeya yang menjauh dengan mobil jemputan dari kakek Lou.
Suasana hati Feeya pun terlihat sudah lebih baik. Ia sudah tidak lagi menggerutu, walaupun ekspresi kesal masih tercetak diwajah tirusnya.
Ashley menatap Feeya dalam.
Mama akan lindungi kamu, nak.
Batinnya berteriak.Ibu mana yang tidak khawatir mengetahui bahwa sekarang putrinya berada dibawah pengaruh sihir? Dan sewaktu-waktu sihir itu bisa mencelakai diri Feeya sendiri.
"Ma... mama kenapa nangis?" Tanya Feeya khawatir melihat setitik air jatuh dari ujung mata Ashley.
Ashley tergagap. Dengan cepat ia menghapus jejak air mata dipipinya. "Enggak. Mama cuma lagi kangen sama papamu. Dia gak pernah pergi selama ini kan? Hehehe"
Syukurlah Feeya sepertinya percaya pada kebohongan yang Ashley katakan.
Untuk sekarang, biarlah seperti ini.
Aku akan membunuh Peter kalau sampai ia tidak bisa menjaga putriku dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING YOU (Sequel My Nerd Mate)
WerewolfKupikir, mencintaimu tak sesulit ini. Tapi, nyatanya aku salah. Kita tak bisa bersama, bukan karna perbedaan umur. Tapi aku yang tidak akan pernah bisa mencintaimu, persetan dengan embel-embel "Mate" diantara kita. Aku tidak peduli. "Aku Feeyana Je...