L'Y14

2.9K 170 40
                                    

El menatap wajah adik kembarnya yang sudah terlelap. Dalam hatinya, ia mengutuk orang yang setega ini pada adiknya. Seharusnya, para witch itu dibantai habis sejak awal.

Air mata calon penerus Black Moon pack itu luruh, ia ingin adiknya memiliki hidup yang normal, mengerjakan tugas di perpustakaan kota, pergi berkencan, memilih baju yang bagus bersama sahabatnya. Tapi Feeya tidak pernah melakukan hal itu.

"Itu karena ia baru 13 tahun, El."

Elkana berbalik, menatap Peter yang baru saja masuk ke dalam kamar adiknya. "Paman."

Tatapan mata Peter terfokus pada gadis di pangkuan El saat ini. "Ia akan melakukan semua itu, ia akan menjadi gadis normal nantinya. Ia juga akan tumbuh menjadi gadis yang cantik."

"Kau benar." El tersenyum masam.

"Kau hanya terlalu takut kehilangannya, iya kan?" tanya Peter. "Akupun begitu."

Peter menghela napas. Ia berbalik, berniat akan kembali ke ruang latihan. "Jaga dia, El."

Terdiam.

El sebenarnya masih tidak mengerti tentang hubungan Peter-Feeya. Karena setiap kali ia bertanya pada orang yang sekiranya mengerti, mereka tidak pernah menjawab secara jelas dan lengkap. Tapi sekarang, El akan lebih fokus berlatih dengan Edmund supaya dia bisa ikut bertarung untuk Feeya.

***

"Shawn!"

"Aku tidak bisa melakukannya!"

"Tidak!"

"Shawn!"

Xavier menatap Shawn yang terlihat gelisah di sampingnya. Keduanya menatap Ashley yang sedang berkutat dengan ketakutannya di dalam barrier buatan Xavier.

"Ini baru fase pertama, apa ia kuat?" Xavier tersenyum melihat Ashley.

Shawn terkekeh. "Ia pasti bisa."

"Dia adalah wanita yang luar biasa."

Xavier bisa melihat itu, arti tersembunyi dibalik tatapan hangat Shawn pada Ashley yang sedang berjuang mengontrol kekuatannya.

"Ini tidak akan mudah, tapi kalau ia memang memiliki setengah kekuatan wanita barbar itu," Xavier menoleh kearah Shawn. "Ini akan selesai dalam satu hari."

"Benarkah bisa selesai dalam satu hari?" tanya Peter yang baru saja datang.

Ashley masih sibuk berteriak nyaring karena panik berada didalam barrier itu sendirian dan bola berwarna biru ditangannya tak kunjung keluar padahal ia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, untuk berteriak.

"Lihat wajah lelahnya itu. Aku seperti kembali ke masa lalu." Peter mengenang. "Waktu itu aku melihatnya yang tengah tertidur di dalam gubuk reot dalam keadaan yang benar-benar mengenaskan."

Shawn menekuk wajahnya. "Hei."

"Ia lari dari seorang pria bodoh yang saat itu justru pergi menemui wanita yang sudah mereject nya. Sungguh malang."

Xavier menaikkan alisnya. "Dan siapa pria itu?"

Peter mengarahkan dagunya ke arah Shawn yang sudah terdiam. "Suaminya ini."

"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN?! CEPAT KEMARI DAN BANTU AKU!"

Ketiga pria itu berjengit kaget.

"Lord, kau bilang pelindung itu kedap suara?" Shawn benar-benar shock mendengar teriakan istrinya.

Xavier mengangguk. "Memang benar, barrier yang kuciptakan selalu kedap suara. Ini pertama kalinya ada suara yang bisa keluar dari dalam. Luar biasa, kurasa ini tidak akan lama. Ayo,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVING YOU (Sequel My Nerd Mate) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang