Hari itu juga, Kakek Lou mengumpulkan semua pasukan dan pahlawan-pahlawan gagah perkasa yang sudah terbiasa berperang.
Kobaran semangat di kedua bola mata kakek Lou ikut membuat para pengikutnya semangat, ditambah dengan kehadiran Shawn, Alpha yang dikenal sangat tegas dan Peter yang kejam dan tidak kenal ampun pada musuh-musuhnya.
"Yang akan kita hadapi bukan lagi Rogue atau Vampire. Ini penyihir. dan dia penyihir hitam. Shawn dan Peter akan mengadakan training selama beberapa minggu kedepan untuk menghindari hal-hal yang kalian sendiri tidak ingin membayangkannya." Itulah kata-kata terakhir sebagai penutup pidato penyemangat untuk para prajurit yang rela mati demi membela calon Ratu mereka, Feeya.
"Kakek.. terima kasih." Bisik Peter di telinga Kakeknya. Kakek Lou tersenyum sangat tipis hingga tidak ada yang menyadari bahwa dia tersenyum bahkan Peter.
"Ini bukan kulakukan untukmu, tapi untuk Nenekmu dan Debora sendiri." Ujar Kakek Lou datar.
Peter terkekeh. "Aku menyayangimu, Kakek."
Kakek juga, Peter.
Kakek Lou hanya mengangguk dan berjalan meninggalkan Peter dan kembali berkoar di depan kelompok lainnya.
Ashley menemani Feeya yang menangis seharian di kamar yang diberikan Kakek Lou padanya untuk ditempati.
"Sudahlah, Nak. Kalau semuanya sudah selesai kita akan kembali." Ujar Ash lelah. Sudah ribuan kata penenang yang di ucapkannya tapi Feeya tetap tidak bergeming.
Ia hanya menatap ponselnya yang menampilkan foto Brook dan dirinya yang sedang tersenyum bahagia ke arah kamera.
"Kamu menyukainya, Fey?"
Feeya menoleh. Mata dan hidungnya merah dan terlihat membengkak. Ashley mengelus kepala gadis itu sayang.
"Aku pikir begitu, Mama. Bolehkah?" Jawab Feeya menatap Ashley penuh harap.
"Itu..."
"Tentu, kamu boleh menyukai siapapun Fey. Termasuk pria itu. Dia pria yang sopan." Ucapan Ashley dipotong oleh kedatangan Shawn yang tiba-tiba.
"Diamlah Alpha." Jawab Ash setengah menyindir.
"Kamu boleh menyukainya. Tapi hanya sampai batas menyukai, karna kamu masih terlalu kecil untuk mengenal apa itu cinta, Feeya." Ashley mengecup pipi putrinya sayang.
"Aku rindu Kak El. Aku mau pulang."
Ashley tersenyum. Ia sudah menghubungi El kemarin, dan seharusnya El sudah-
"Kakak disini, Fey!" El datang dengan membawa satu buah tas jinjing cukup besar yang Ashley dan Shawn tebak adalah baju dan cemilannya.
Mata Feeya melebar begitu juga dengan senyumnya, "Kakak! You're here!"
"I do, my princess." Jawab Elkana kemudian mendekat dan memeluk adiknya erat.
"Merindukanku Fey?" Bisik El pelan ditelinga Feeya.
Gadis muda itu mengangguk cepat. "Tentu bodoh! Aku sangat sangat sangat merindukanmu!"
Elkana beralih menatap Shawn, mereka berkomunikasi menggunakan mind link. Singkatnya, Shawn menyuruh El untuk mengikutinya. Elkana mengangguk. Ia melepas pelukan Feeya dan mencium dahi adik kembarnya itu lama. Sembari mengucapkan doa-doa untuk keselamatan dan kebahagiaan sang adik.
"Aku dan Papa akan melakukan sedikit pemanasan. Kamu diamlah disini dan makan makananmu, oke?" El sengaja menekan kata makan karna ditelpon kemarin Ashley sudah mengatakan bahwa Feeya tidak mau makan.
Feeya mencembungkan pipinya. Bahkan sekarang El sudah tidak memihak padanya lagi. Padahal ia sengaja mogok makan agar Papa dan Mamanya tahu kalau dia tidak suka berada ditempat ini. Dia mau pulang dan bertemu dengan Brook!
"Baik. Kamu gak mau makan? Aku bisa saja menggores kulit mulus Brook dengan kuku jarik-"
"BAIK BAIK! AKU AKAN MAKAN! KALIAN PUAS?!" Teriak Feeya setengah jengkel kemudian mengambil piring yang sedari tadi di pegang Ash agak kasar dan mulai memakannya sambil memberikan ketiga orang lainnya diruangan itu tatapan tajam.
Shawn dan El terkekeh, mereka bertos ala pria kemudian saling merangkul keluar kamar.
"Fey, kamu tahu? Kadang Mama bingung kenapa bisa mencintai Papamu itu." Ujarnya melirik jijik tempat Shawn menghilang tadi.
"Karna Mama adalah Mate Papa." Jawab Feeya sadar.
Ashley tersenyum.
"Kalau begitu, kamu akan mencintai Matemu juga?"
Feeya melepaskan sendoknya dan menatap Ashley. "Ma, please. You know that i didn't love him. I hate him."
"No, you didn't hun. You just don't know it." Ashley mengelus kepala Feeya sayang tapi gadis itu langsung menepisnya kasar.
"I didn't know what? My feeling? Seriously Ma. How could i didn't know about my feeling, but you did?" Suara Feeya semakin meninggi.
"Cause I know what happened here Feeyana! Mama tahu kamu tidak nyaman dengan situasi ini, Mama juga! Tapi kamu harus lebih bersabar sayang. Semua akan ada waktunya."
"Waktu untuk apa Ma?" Suara Feeya semakin mengecil. Ia benci situasi seperti ini, ia berteriak pada Mamanya. Dan Feeya menyesali hal ini. Sangat.
"Waktu untuk kamu menjalani hidupmu yang sebenarnya, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING YOU (Sequel My Nerd Mate)
LobisomemKupikir, mencintaimu tak sesulit ini. Tapi, nyatanya aku salah. Kita tak bisa bersama, bukan karna perbedaan umur. Tapi aku yang tidak akan pernah bisa mencintaimu, persetan dengan embel-embel "Mate" diantara kita. Aku tidak peduli. "Aku Feeyana Je...