LY'9

2.1K 195 23
                                    

Sudah 3 bulan semenjak Kakek Lou mengumpulkan semua warrior yang tersebar di New York dan beberapa Negara tetangga yang ingin membantu melindungi calon Ratu mereka.

Shawn tidak hanya melatih dan memberikan beberapa arahan pada ribuan bahkan jutaan pasukan itu, tapi ia juga membantu menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk mereka selama berada di istana ini. Selain itu, Shawn sudah meminta agar Edmund menyusul ke pusat kerajaan werewolf ini. Karena mereka membutuhkan bantuan sebanyak-banyaknya sekarang.

Peter? Jangan ditanya.

Semenjak kejadian Feeya yang dengan asal-asalan mereject nya, ia semakin semangat dan berapi-api dalam bersiap menghadapi pertempuran dengan Penyihir yang juga mantan calon neneknya.

"Shawn, apa semua berjalan baik?" Ashley memijat pelan bahu Shawn yang terduduk disofa kamar mereka.

"Entahlah, sejauh ini semua berjalan dengan baik. Sekarang justru yang kupikirkan bukanlah masalah Feeya dan Peter. Tapi sekolah si kembar itu, mereka meninggalkan sekolah dan pelajarannya Ash." pria itu memandang layar ponselnya yang memperlihatkan deretan email dari kepala sekolah yang menanyakan dan memberi surat peringatan untuk kedua anaknya.

Ashley mendengus. "Biasanya kamu yang paling senang kalau mereka tidak sekolah. Kamu akan mengatakan, mereka akan lebih baik kalau berlatih saja demi masa depan pack ini, belajar tidak ada gunanya untuk kepentingan pack." cibir Ashley. Dan itu berhasil membuat Shawn terkekeh malu. Itu hanya masa lalu, lagipula ia mengatakan itu saat El dan Feey masih berada di kindergarten.

Ashley mengambil tempat duduk disebelah Shawn, ia memejamkan matanya seolah sedang berpikir. "Shawn."

"Hm?"

"Aku rasa, aku punya seseorang yang tepat untuk membantu kita dalam masalah ini." Ashley membuka kedua matanya.

"Siapa?"

"Ibu."

                -Loving you-

"Kak. Aku bosan, tidak bisakah kita pergi keluar dan bermain?" rengek Feeya pada El yang sedang berbaring disebelahnya.

"Tidak."

"Bisakah kita ke dapur dan mengambil beberapa cemilan?"

El mengambil sebuah telepon kuno dari nakas yang berada tepat disebelah kepalanya dan memberikan telepon itu pada adiknya. "Telepon saja para omega, mereka akan mengantarnya kesini."

Hati Feeya begitu gondok hari ini, sudah berbulan-bulan lamanya ia berada disini tanpa teman mengobrol atau teman bermain. El benar-benar tidak bisa diandalkan. Dan papanya juga selalu sibuk dengan para warrior, melatih mereka untuk hal yang tidak dimengerti oleh gadis berusia 13 tahun.

"Aku rindu sekolah." bisik Feeya menyandarkan tubuhnya pada tubuh El.

Feeya mendecih saat mendengar suara tawa menyembur dari bibir kakak kembarnya. "Kamu bukan merindukan sekolah Feey, kamu merindukan Brook."

Elkana memutar tubuhnya, sekarang posisi kepala Feeya berada tepat diatas perutnya. El mengusap pelan rambut Feeya.

"Kamu tahu Feey, aku mungkin bukan kakak yang baik." El menarik napas.

"Tapi aku tidak bisa diam saja kalau kamu sedang dalam bahaya. Kamu adikku, biarpun kita hanya berbeda beberapa menit. Aku tetap kakakmu, dan tugas seorang kakak adalah melindungi adiknya." Feeya terdiam mendengarkan ucapan El.

"Untuk apa melindungi kalau pada akhirnya aku akan terluka juga?" gadis belia itu menatap wajah El.

"Aku tidak akan membiarkanmu terluka barang sedikitpun. Karna satu goresan dikulitmu itu bagaikan ratusan tusukan pedang Papa diperutku."

LOVING YOU (Sequel My Nerd Mate) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang